AKHIR ZAMAN PEWAYANGAN (1/3)
Perang Kurusetra sudah berlalu 50 tahun
berselang, menorehkan aib maha-dahsyat bagi sejarah kehidupan manusia.
Bagaimana tidak belasan mungkin puluhan juta nyawa melayang dilibas nafsu kekuasaan
dunia, nafsu dendam kebencian amat dalam bagi anak-anak manusia yang terlibat.
Dan kematian konyol bagi yang bersimpati demi kebaktian semu untuk kejayaan
Maharajanya. Karena Negara taklukan saat itu harus turut memberikan bantuan
harta dan prajuritnya kepada Negara Induk. Namun bukan Negara taklukan saja
yang turut berpatisipasi, Negara sahabat, kerabat, simpatisan juga tidak segan-segan menyumbangkan segalanya. Maka tidak heran dikatakan Perang Kurusetra akan
menjadi tempat kubangan darah dan bukit tumpukan mayat-mayat manusia yang tidak
sempat dikubur.
Kini usai perang maha-dahsyat itu, lembah Kurusetra yang semula merupakan lembah sabana indah hijau subur membentang keempat penjuru angin, bagai permadani hijau nan karunia alam, berubah menjadi lembah kematian menyeramkan. Mayat-mayat manusia bertumpukan membentuk lapisan baru diatas lapisan padang sabana yang hijau. Lapisan tumpukan manusia berwarna merah kehitaman karena darah beku, membersitkan bau anyir dan busuk luar biasa, tapi merupakan bau parfum dan sumber makanan melimpah bagi serangga-serangga, burung nasar, srigala, anjing hutan dan semua binatang buas pemakan bangkai. Sehingga saat setelah kurun waktu 50 tahun, lembah Kurusetra berubah pemandangan jadi bukit timbunan tengkorak-tengkorak manusia, atau boleh dikatakan menjadi lembah tengkorak.
Peristiwa dan keadaan dilembah Kurusetra
tidak luput dari pantuan para Dewa Suralaya. Betara Guru dan Betara Narada
berkali-kali mengadakan rembukan bersama semua Dewa, namun tidak menghasilkan jawaban yang
menenangkan dan membahagiakan suasana Suralaya. Keadaan resah dan gara-gara ini
menyebabkan kawah Candradimuka terus-menerus bergemuruh semakin meresahkan Para
Dewa-Dewi. Lima Dewa utama, Betara Sambu, Brahma, Indra, Bayu dan Wisnu tidak
berani lagi kembali kekahyiangan tempat mereka bermukim, lagipula keadaan
Kahyangan mereka sungguh sudah tidak nyaman, kotor, dinding-dinding berlumut, semua
tanaman ditaman meranggas kering mati dan membusuk dan udara kahyangan memanas.
Betara Narada beserta kelima Dewa utama
Betara Sambu, Brahma, Indra, Bayu dan Wisnu duduk bersidakep didekat singgasana
Sang Hyang Otipati, yang bolak-balik membuka kaca lopian, pustaka darya dan
Ratna Dumilah mencari jawaban gara-gara alam saat itu. Tidak juga mendapat jawaban,
Hyang Otipati berniat minang-saraya meminta pertolongan kepada kedua kakaknya
Semar dan Togog.
Semar dan Togog yang hadir dibalairung Para
Dewa, memberikan perjelasan singkat bahwa ada peristiwa luar biasa mengenai
nasib Kahyangan Suralaya. Semar menyarankan agar Betara Guru meminta bantuan
kepada SangHyang Tunggal - ayah mereka.
Betara Guru matek aji berusaha berkomunikasi
dengan ayahnya SangHyang Tunggal. Tapi kejadian berikut sungguh diluar dugaan semua
Dewa-dewa yang hadir di balairung, karena yang hadir bukan saja SangHyang Tunggal
tetapi semua leluhur Dewa hadir, yaitu SangHyang Wenang ayah SangHyang Tunggal,
lalu SangHyang NurRasa ayah SangHyang Wenang dan terakhir SangHyang NurCahya ayah
dari SangHyang NurRasa, sesepuh dan moyang Dewa-dewa Suralaya. Tidak sampai disitu,
semua kerabat leluhur Dewa juga hadir memadati Balairung Jonggring Salaka
Surayala.
Semar, Togog, Batara Guru dan semua anak-anak Dewa bersimpuh takjim menyambut kehadiran rombongan leluhur Dewa terutama
sesepuh utama Dewa - SangHyang NurCahya.
"Memang benar yang dikatakan Semar, akan
ada peristiwa besar yang menyangkut nasib Kahyangan ini, karena akibat
peristiwa besar dari Perang Kurusetra.", SangHyang NurCahya membuka
pembicaraan.
"Peristiwa besar apa itu nanti akan
disampaikan langsung SangHyang Adam bapak kita semua dari SangHyang Esa. Dewa-dewa yang tidak saya sebutkan sebaiknya bermeditasi untuk keselamatan Kahyangan ini.
Yang akan mendampingi aku menyambut hadirnya SangHyang Adam adalah, kau
NurRasa, Wenang, Tunggal, Semar, Togog, Manikmaya dan Narada. Kita sebaiknya menunggu diluar karena
peristiwa besar itu akan 'ditampakkan' Hyang Esa diluar setelah kedatangan
Bapak Adam", ujar Hyang NurCahya.
Benar saja tidak lama setelah mereka berada
diangkasa Suralaya, dari dikeheningan langit malam dan cahaya bulan purnama, turun
karpet terbang yang ditunggangi Nabi Adam dan Siti Hawa. Kedelapan Dewa itu
segera bersimpuh takjim hormat dipimpin SangHyang NurCahya. "Salam
sejahtera dan selamat datang di Kahyangan Suralaya Eyang SangHyang Adam, kami
cucu-cucu turunan gembira berkesempatan bertemu-muka dengan Bapak kami semua",
sapa hormat SangHyang NurCahya.
Seperti diketahui SangHyang NurCahya masih
buyut langsung Nabi Adam, karena dia adalah putra dari Hyang Anwar kembaran
dari Sayidina Anwas dan cucu dari Nabi Sys. Nabi Sys adalah salah satu dari 40
pasang anak kembar putra-putri Nabi Adam dan Siti Hawa. Perawakan Nabi Adam dan
Siti Hawa masih tegap berwibawa namun sudah memperlihatkan raut muka sepuh
dengan rambut perak bercahaya diterpa sinar bulan dan kulit wajah berkeriput
memucat sesuai untuk usia manusia sepuh apalagi untuk manusia dengan usia 1000
tahun.
"Terima kasih salam sejahtera juga dari
kami cucu-cucuku senang akhirnya dapat jumpa dan bersilahturahim dengan keturunanku
dari fihak ananda Anwar. Kakek sedih karena pertemuan akan tidak mengenakkan
sehubungan berita dan tugas yang harus kakek sampaikan. Untuk lebih jelasnya
silahkan berdiri disamping kiri dan kanan kakek." tutur Nabi Adam.
Segera para Dewa berdiri berjajar disebelah
kiri dan kanan Nabi Adam. Paling ujung kanan Nabi Adam berturut-turut berdiri
SangHyang Tunggal, disusul SangHyang Wenang, SangHyang NurRasa dan sebelah
kanan persis Nabi Adam adalah SangHyang NurCahya. Adapun sebelah kiri Nabi Adam berturut-turut Semar, Togog, SangHyang Otipati dan paling ujung Betara Narada.
Nabi Adam menggenggam tongkat kayunya erat-erat seraya berujar: "Lihatlah anak-anakku itulah pesan yang disampaikan Allah untuk
kalian semua". Usai Nabi Adam berujar tampak dihadapan mereka kejadian
gaib, seluruh bangunan wilayah swargaloka Suralaya berubah menjadi bangunan
berdinding marmer putih cemerlang termasuk lantainya. Dan sekeliling bangunan
diapit pilar-pilar menjulang tinggi bercahaya menerangi hingga ketempat mereka
berdiri melayang diangkasa. Ditengah bangunan putih cemerlang itu mecolok
berdiri gagah bangunan persegi hitam yang ternyata menjadi titik sentral pusat
perhatian jutaan manusia berpakaian putih-putih memadati seluruh
bangunan itu seraya mengumandangkan kata-kata dan teriakan-teriakan dari ayat
suci dengan logat aneh namun menyejukkan segenap manusia yang mendengarnya.
"Itu gambaran bangunan 20 ribu tahun
dimasa depan, yang dipadati ummat Nabi Muhammad, Nabi penutup sesudah aku. Bangunan
persegi sederhana itu bernama Ka'bah yang menjadi pusat arah beribadah semua ummat Muhammad.
Lihat mereka dengan serempak melakukan gerakan-gerakan ritual bersujud kepada Allah,
berdampingan bersembahyang berdoa bersama tidak memperdulikan asal dan derajat
pangkat manusia disekitarnya, tidak bisa dibedakan apakah seorang raja yang
sedang beribadah, pimpinan perang, ksatria, pendeta, bangsawan atau apakah dia
seorang pengemis, pekerja kasar, buruh, pelayan. Tidak ada perbedaan kasta saat semua berada disekitar bangunan persegi itu,
bersama bersujud dan bersama berseru mengagungkan Allah, melepas semua pakaian
kebesaran, melucuti semua simbol-simbol dan tanda-tanda kebangsawanan, simbol-simbol kebanggaan
duniawi, menanggalkan baju keduniawian menuju baju Ketuhanan. Melatih diri
menahan nafsu-nafsu sahwat agar tidak lagi memperbudaknya, berserah diri kepada kemurahan
Tuhannya untuk pengampunan atas segala dosa-dosa yang dilakukan selama hidup,
dengan harapan Allah akan ridlo menerima kepulangannya kelak kealam keabadian.
Selain wujud kerendahatian seperti tersebut
diatas, juga ibadah disitu memperlihatkan wujud kesederhanaan, seperti terlihat
dari cara berpakaian yang dikenakannya, seragam sederhana tidak mencolok dan
dari bahan murahan, bahan yang dipakai untuk membungkus jasad saat dia
dimakamkan.
Lalu kenapa harus menyembah di Ka'bah ini?
Dalam pandangan keimanan ibadah Ka’bah
bertujuan untuk sampai pada hakikat Baitullah atau Ka’bah melalui perjalanan
fisik-spiritual. Hakikat Baitullah atau Ka’bah dijabarkan pada dua hal yaitu di
dalam jiwa alam raya dan di dalam jiwa manusia.
Maksud dalam jiwa manusia dihubungkan dengan
kalbu manusia biasa disebut hati, dada, atau jiwa rasional yang utama. Ka’bah
dapat dipandang secara fisik dan Ka’bah secara spiritual. Ka’bah secara fisik yaitu bentuk bangunan
bersegi empat. Sedangkan Ka’bah secara
spiritual ialah jiwa alam raya. Jadi Baitullah atau Ka’bah, baik dalam arti
fisik maupun spiritual, merupakan kiblat peribadatan. Bahkan, dikatakan, 'Tidak
sah sembahyang bagi mereka yang tidak menghadap ke Ka’bah'. Ka’bah sebagai
objek tawajjuh (mengingat) merupakan ke niscayaan karena seluruh ibadah, hidup
dan kehidupan serta kematian kita semuanya hanya untuk Allah SWT, Sang Pemilik
Ka’bah.
Ka’bah adalah titik sentral ibadah seluruh
ummat Muhammad di dunia. Ibadah apapun akan menjadikan Ka’bah sebagai pusatnya.
Sembahyang sebagai ibadah wajib dilaksanakan, harus menghadapkan wajah mengarah
kepada Ka’bah. Ketika dikuburpun wajah seorang muslim dihadapkan kepada Ka’bah.
Begitu penting posisi Ka’bah sebagai rumah Allah sehingga seluruh ibadah
dianggap tidak sah apabila dilakukan tidak menghadap Ka’bah.
Mengapa Kiblat Sembahyang harus ditujukan
kearah Ka’bah. Orang beriman diajar untuk menyembah kepada Allah SWT dan Tuhan
itu sesungguhnya Maha Ghaib, karena Tuhan Yang Maha Esa itu ada dimana-mana di
semesta raya itu. Maka untuk persoalan ini Allah memerintah agar Kiblat shalat
itu ditujukan kesatu-arah yaitu Ka’bah.
Seluruh ummat Muhammad dalam melaksanakan
sembahyang meskipun badan dan wajah dihadapkan kepada Ka’bah sebagai syarat
wajib, tapi tidak sekali-kali menyembah Ka’bah, yang kita sembah adalah Allah
pemilik dari Ka’bah. Jadi Ka’bah adalah sebagai perantara (wasilah) hamba
dengan Tuhannya karena keyakinan bahwa Ka’bah adalah rumah Allah.
Ka’bah sebagai wasilah karena Ka’bah hanya
buatan manusia. Ka’bah itu bukan tempat mengurung Allah, Maha Suci Allah dalam
segala sifat-sifat itu, Ka’bah hanya sebagai simbol persatuan ummat Muhammad seluruh
dunia, sebagai pemersatu ummat yang meyakini itu sebagai rumah Allah. Rumah
yang akan membinasakan segala yang palsu untuk memasuki wilayah keTuhanan.
Rumah yang dimaksud diatas juga adalah sebuah
system agar manusia memiliki arah untuk menelusuri kaki akhiratnya. Ka'bah
hanyalah simbolisasi dari dimensi kaki akhiratnya manusia. Ia akan membentuk
sebuah strata bathiniyah hingga mencapai peningkatan yang paling tinggi, yakni
Wilayah KeTuhanan dan berjumpa dengan Tuhannya.
Kalau kita tidak bisa menjumpai Allah, walau
pergi ke Ka’bah sekalipun tetap juga tidak bisa menjumpai Allah. Diumpamakan
dengan berenang, kalau tidak bisa berenang disini, maka dilautan juga tidak
bisa, karena berenangnya sama-sama diair. Karena kuncinya adalah berenang diair, jadi selama tempatnya adalah air kita
dapat berenang apakah dikolam, disungai, danau bahkan disamudera sekalipun.
Jadi kalau manusia tidak mengenal Allah didalam dirinya, tidak mengenal Allah
ketika masih hidup didunia, maka diakhirat pun tetap Allah tidak dikenal karena
Allah yang ada di dunia dengan akhirat adalah sama.
Allah akan dikenal dan dijumpai oleh hati
kita manusia, hati yang bersih, bersinar dan memancar manerangi sekelilingnya.
Tapi bagaimana hati seorang akan bersinar,
kalau hatinya terpenuhi dengan gambar-gambar duniawi. Bagaimana seseorang itu akan
berjalan menuju Allah sedangkan dia terbelenggu dengan berbagai syahwat. Bagaimana
mengharapkan ridloNya, sedangkan dia tidak mensucikan dirinya dari berbagai
kotoran-kelupaan kepada Allah. Bagaimana seseorang akan memahami dalamnya berbagai rahasia, sedangkan
dia belum bertobat dari kotoran-kotoran batinnya.
Bila Allah memperkenalkan diriNya?.
Siapapun yang mengenal Allah maka segala
sesuatu menjadi teramat kecil. Siapapun yang mencintai Allah, segala sesuatu
menjadi hina. Siapa yang mentauhidkan Allah, tak satupun yang membuat dirinya
menyekutukanNya. Dan siapapun yang beriman kepada Allah, ia aman dari segala sesuatu,
serta siapa yang pasrah kepada Allah, ia akan sangat kecil berbuat dosa
kepadaNya.
Allah akan dikenal setelah kita membuka
simpul-simpul kehadiranNya.
Bagaimana bisa digambarkan bahwa sesuatu itu
menutup Allah, sedangkan Allah-lah yang memunculkan segala sesuatu.
Bagaimana bisa digambarkan bahwa sesuatu itu
menutup Allah, sedangkan Allah itu Tampak menyertai segala sesuatu.
Bagaimana bisa digambarkan bahwa sesuatu itu
menutup Allah, sedangkan Allah itu Tampak didalam segala sesuatu.
Bagaimana bisa digambarkan bahwa sesuatu itu
menutup Allah, sedangkan Allah itu Tampak bagi segala sesuatu.
Bagaimana bisa digambarkan bahwa sesuatu itu
menutup Allah, sedangkan Allah itu Tampak sebelum sesuatu ini ada.
Bagaimana bisa digambarkan bahwa sesuatu itu
menutup Allah, sedangkan Allah itu Tampak dari berbagai sesuatu.
Bagaimana bisa digambarkan bahwa sesuatu itu
menutup Allah, sedangkan Allah itu adalah Satu-satunya, yang tidak satupun
menyertaiNya.
Bagaimana bisa digambarkan bahwa sesuatu itu
menutup Allah, sedangkan Allah itu lebih dekat kepadamu dibanding segalanya.
Bagaimana bisa digambarkan bahwa sesuatu itu
menutup Allah, sedangkan tanpa adanya Allah, segala sesuatu itu tidak pernah
ada.
Betapa mengherankan, bagaimana Yang Maha Ada,
tampak dalam ketiadaan. Atau bagaimana sesuatu yang baru berada beserta Dzat
yang memiliki sifat Qidam (Tiada yang mendahului yang Ada atau tiada awal wujud
atau tiada permulaan wujud).
Setelah mengenal Allah, manusia hendaknya
menjadi pelayan Allah, bukan menjadi pelayan dunia dalam hal ini adalah harta
benda, maka sebelum mengajak manusia kepada wilayah keTuhanan, harus mengenal
beberapa karakter manusia kaitannya dengan dunia.
1.Manusia yang tidak ingin dunia dan mereka
tidak punya dunia. Mereka hanya terus beribadah kepada Allah.
2.Manusia yang tidak ingin dunia dan mereka
mempunyai dunia melimpah. Mereka terus beribadah kepada Allah.
3.Manusia yang ingin dunia dan mereka tidak
punya dunia. Mereka tetap beribadah kepada Allah.
4.Manusia yang ingin dunia dan mereka
mempunyai dunia tetapi secara sederhana, serta mereka tetap beribadah kepada
Allah.
5.Manusia yang ingin dunia dan mereka tidak
punya dunia. Mereka tidak mau beribadah kepada Allah.
6.Manusia yang ingin dunia dan mereka punya
dunia melimpah. Mereka tidak mau beribadah kepada Allah.
7.Manusia yang ingin dunia dan mereka diberi
dunia sederhana tetapi tidak mau beribadah kepada Allah.
8.Manusia yang tidak ingin dunia dan mereka
diberi dunia, tetapi Mereka tidak mau beribadah kepada Allah.
9.Manusia yang tidak ingin dunia dan mereka
tidak punya dunia dan mereka tidak mau beribadah kepada Allah.
Semua penjelasan diatas sangat dipahami
Iblis, yang memberi kalian kemampuan dan kekuasaan luar-biasa sehingga mampu
membuat tiruan kerajaan Allah lengkap dengan sorga dan neraka, dan oleh manusia
disebut sebagai Dewa. Semua kejadian selama ini memang sudah dalam rencana
Iblis, mencari orang-orang yang dapat digunakan sebagai boneka untuk membelokkan
iman manusia kearah kemunafikan, kemusrikan, pendosa, kefasikan dan kemurtadan.
Mari kita buka-buka siapa sebenarnya Iblis yang
membangkang kepada Allah. Iblis pernah beribadah kepada Allah selama 80.000 tahun,
menjadi juru-kunci surga selama 40.000 tahun, 30.000 tahun guru dan penasehat
malaikat, selama 20.000 tahun menjadi pimpinan malaikat karubiyyin (adalah
pemimpin para malaikat, yaitu malaikat muqorrobin), 1000 tahun menjadi pimpinan
malaikat rohaniyyin (malaikat yang berada dihadirotul quds dilangit ke tujuh),
14.000 tahun selalu towaf di Arasy Allah. Jadi hampir 180.000 tahun mengabdi
kepada Allah dan 14.000 tahun towaf di Arasy Allah, yang berarti selalu dekat
dengan Allah. Tetapi akhirnya tersungkur dan jatuh akibat membangkang dan
sombong kepada Allah, hanya karena disuruh hormat kepadaku. Jadi pengabdian 180.000 tahun
lenyap hanya karena dosa membangkang dan sombong kepada Allah, bukan dosa
menjadi penyebab tewasnya puluhan juta manusia, dosa menghalangi dan mengalihkan
ingatan ibadah manusia, dosa memberi senjata pamungkas kepada manusia untuk saling bunuh.
Dua dari kalian juga sudah dikarunia
pemahaman ilmu tadi secara laduni (wangsit), karena mereka yang akan membantu
aku merampungkan amanat yang dibebankan kepadaku. Mereka adalah Semar dan Togog yang
akan membuka jalan bagi Nabi-nabi sesudah aku, dari penghalang-penghalang yang tidak lumrah
dan tidak lazim manusia.", Nabi Adam menghela nafas, bibir bergetar
menahan berbagai perasaan yang mengaduk-ngaduk batinnya, karena walau bagaimanapun
dia turut menanggung kesalahan secara tidak langsung, tertunduk letih ketika
mengakhiri penjelasannya.
Sedikit reaksi yang muncul, terlihat dari
ekspresi wajah dan gerakan tubuh, karena semua faham akan kesalahan fatal
kedudukan sebagai 'pemimpin' manusia disebut sebagai "Dewa". Tidak
ada komentar juga dari para Dewa, sunyi senyap berbaur dengan keheningan malam
diudara dingin diatas Kahyangan tetapi malah menambah kemasgulan. Nabi Adam
membiarkan mereka mencerna semua penjelasannya, sebelum 'ketukan palu' diberikan.
Suasana masih sunyi hanya lapat-lapat terdengar suara azan dari muazin indah
mendayu-dayu dikeheningan malam, menggetarkan dada siapapun yang mendengarnya
untuk segera mengagungkan Tuhannya. Disusul suara seorang imam membaca ayat-ayat suci memimpin shalat jama'ah, bersamaan terdengar suara derap serempak jutaan
ummat ketika ruku dan sujud. Indahnya lantunan ayat-ayat suci dibacakan Imam
menghanyutkan semua yang menyaksikannya dari atas. Nabi Adam bersama Para Dewa itu melayang
berputar pelan mengelilingi area gaib Ka'bah, sejuk, menentramkan, damai penuh
kepasrahan, tidak ada hal-hal gaib, kesaktian-kesaktian, kanuragan-kanuragan dipertontonkan, semua
menyatu dalam damai.
Suara Nabi Adam memecahkan ketentraman
lamunan mereka. "Terakhir adalah amanat yang dibebankan kepadaku agar disampaikan
kepada kalian. Ada Ka'bah dilangit ketujuh tempat bertawaf para malaikat tempat
itu disebut Baittul Ma'mur yang dikunjungi 70ribu malaikat yang melakukan
sembahyang kepada Allah disana. Jika ditarik garis lurus dari posisi Baittul
Ma'mur ke bumi, maka akan didapatkan titik letak dan posisi Ka'bah 'disini' ditempat
Kahyangan Suralaya bertempat. Sudah menjadi kehendak Allah tempat ini akan
menjadi Ka'bah dikota dinamakan Mekkah 20.000 tahun lagi, bangunan Ka'bah akan
dikerjakan oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail beberapa ribu tahun lagi. Dan
Kahyangan Suralaya harus dipindahkan kealam dimana kalian moksa dan mensucikan
diri. Semua Dewa-Dewi dan kerabat-kerabat dilarang berhubungan dengan manusia
lagi. Yang tidak bersedia akan mendapat hukuman", tegas Nabi Adam.
Semua tercekat, jadi inilah bencana bagi
Kahyangan Suralaya yang mereka khawatirkan selama ini. Masih tidak ada yang
berkomentar, membiarkan Nabi Adam menyelesaikan penjelasannya. "Selain
Semar dan Togog, semua segera keKahyangan menjelaskan kepada para Dewa-dewa dan
semua kerabat, memimpin mereka untuk pindah kealam lain dan melakukan pertobatan
kepada Allah selama 5000 tahun. Penyiapan lahan kota Mekkah dan lokasi Ka'bah
akan dikerjakan oleh Semar dan Togog, berikut memindahkan seluruh Kahyangan Suralaya.
Kurasa sampai disini saja penjelasan yang bisa kuberikan, semoga niat baik kita
semua diterima oleh Allah SWT. dan kita dapat berkumpul kembali dialam
keabadian.", tutur Nabi Adam serak menahan perasaan sedihnya. "Semar
dan Togog kalian temani aku dahulu, ada pesan dan tugas untuk kalian",
cegah Nabi Adam ketika keduanya berpaling siap terbang turun.
Ketika para Dewa menoleh kebangunan gaib
Ka'bah, bangunan Ka'bah sudah lenyap digantikan oleh Kahyangan Suralaya.
Kahyangan sudah kembali seperti semula. Semua Dewa segera bersiap untuk turun
menemui para Dewa lain yang tidak turut menemui Nabi Adam. Penjelasan dilakukan
oleh Batara Guru dibantu Betara Narada. Terjadi kegemparan dari semua Dewa-dewa yang hadir, suara Para Dewa bagai dengung kumpulan tawon, cemas, tidak percaya,
protes, pasrah bersatu dengan tangisan para Dewi-dewi Bidadari-bidadari Suralaya. Tapi apa
mau dikata semua menjadi kehendak Hyang Esa pencipta seluruh alam semesta.
Mereka harus bersiap eksodus kealam dimana para sesepuh memencilkan diri. Rupanya
inilah akhir dari zaman Pewayangan. Memang ada belasan Dewa dan Dewi yang tidak
mau berpisah dari alam manusia, mereka menyelinap pergi secara diam-diam. Tapi saat itu juga mereka dikutuk menjadi
cikal-bakal makhluk peri atau elf atau makhluk bunian, yang bercirikan jin
bukan manusia juga bukan, mereka bertempat menyebar di seluruh pelosok bumi. Mengembangkan kelompoknya membentuk suku-suku bangsa peri atau bunian.
Nabi Adam dan Siti Hawa masih berada diudara
Kahyangan ditemani Semar dan Togog. "Ada tugas untuk kalian yang akan
kusampaikan. Kalian selama ini sudah bertugas menyeimbangkan alam dibumi ini,
namun bumi masih punya kembarannya diantaranya tempat baru yang akan dituju para
Dewa, kalian akan cari sendiri keterangannya, dengan kemampuan kalian itu
tidaklah sulit. Yang sulit adalah alam semesta kita ini mempunyai jutaan pusar-jagat (galaxy), dimana disana juga
hidup dan bermukim makhluk-makhluk yang mempunyai kekuatan seperti kalian para Dewa. Itu semua adalah
rencana iblis, jika gagal mengacau didunia ini dia sudah mempunyai cadangan
pasukan untuk menyerang dan menghancurkan dunia ini. Bahkan jagat kita ini juga
mempunyai kembarannya (jagat-pararel) yang dihuni dan dikuasi makhluk-makhluk luar biasa kesaktiannya. Tapi percayalah dengan bekal dari Allah, sebagai
pasukan Yang Maha Kuasa kalian akan dapat mengatasinya.
Hal itu penting untuk diperhatikan, karena
para Nabi yang segera dipilih Allah sesudah aku, adalah manusia-manusia biasa, walau
mereka akan dibekali mujizat-mujizat, tapi sifat kerendah-hatian, mereka enggan untuk
menggunakan doa-doa mujizat itu. Nah tugas kalian adalah menghalangi makhluk-makhluk dari
jagat lain untuk mengganggu tugas para Nabi itu. Jadi tugas kalian diperluas
tidak lagi menjaga keseimbangan dunia tetapi keseimbangan seluruh jagat-raya
berikut kembarannya.
Kalian juga harus turut dalam jamaah setiap
Nabi, mengamati, menjaga sekaligus mempelajari ajaran-ajaran Allah. Dan jika masa
Nabi terakhir Muhammad saw. berakhir, kalian tetap menemani mereka para penerus
Nabi Muhammad saw. sebagai santri-santrinya, terutama pada setiap Shultonul Aulia,
Wali Qutub-Raja Para Wali yang terpilih", tutur Nabi Adam kali ini
menghela-nafas tampak lega, dia bangga melihat kedua pembantunya sekaligus keturunannya.
"Kami siap apapun tugas diberikan Hyang
Esa Allah SWT. Harap Bapak Adam dan Bunda Siti Hawa bisa kembali kelangit-Alam
Malakut dengan damai", ujar Semar bersimpuh bersama Togog.
"Terima-kasih cucu-cucuku Semar dan Togog,
kalian adalah air penyejuk dari turunan Anwar.", Nabi Adam tersenyum,
kemudian lenyap.
( BERSAMBUNG ke sesi 2/3)
===============================================
Dapet cerita ini darimana
ReplyDeleteJago Ngarangnya
ReplyDelete