Akibat gelembung buih ciptaan Semar - Togog
dari hasil pecahan roh Rahwana kemudian menimbulkan evolusi mental dan karakter
manusia hingga sampai 300 tahun, menciptakan lingkungan sosial dan kebudayaan
baru yaitu politik, ambisi dan keserakahan.
Manusia mulai mengenal politik untuk mencapai ambisinya, persaingan, nafsu kekuasaan, harta, wanita, perselingkuhan, pencemaran nama baik, fitnah, dendam dan perjudian. Nafsu keduniawian juga melanda para dewa. Para dewa berlomba menjadi backing manusia pilihan yang diharapkan dapat menjadi pion demi mengangkat gengsinya.
Para Dewa juga berlomba memberikan
senjata-senjata pamungkas kepada manusia-manusia pilihannya, yang ternyata
masih titisan dirinya. Perselingkuhan Dewa dan manusia sudah dianggap lumrah
dan biasa. Sehingga pertumbuhan masyarakat yang semula terbentuk berdasarkan
kasta-kasta dari Agama leluhur, mulai berangsur berubah bergeser kepada
pemahaman kasta baru. Kasta baru kini membuat urutan baru bukan ditentukan dari
derajat kehormatan dari masyarakat atau jasa kepahlawanannya, namun sudah
ditentukan berdasarkan garis keturunan. Semula garis termulia setelah brahmana disusul
para keturunan raja dan ksatria. Dari pemahaman kasta baru saat itu garis keturunan
termulia adalah dari keturunan Para Dewa Suralaya. (Kisah epik pergeseran-pergeseran
nilai hidup, pergolakan ambisi dan karakter anak manusia tertuang apik dalam
kisah Mahabarata ditutup perang akbar Bratayudha dalam cergam karangan RA
Kosasih).
Pergeseran nilai-nilai agama inilah yang
dipertanyakan secara rahasia oleh Bisma disaat-saat akhir hayatnya. Genjatan
senjata peperangan Bratayudha sementara dilakukan untuk menghormati Resi Bisma
yang sekarat. Bergantian keluarga Pandawa dan keluarga Kurawa membesuk eyang
mereka memberi penghormatan terakhir. Resi Bisma menolak ketika hendak dibawa ketenda
kehormatan Pandawa atau Kurawa, dia lebih suka dibaringkan dimana dia
dirobohkan oleh Srikandi. Resi Bisma berujar tidak akan mati sebelum matahari
bergeser keutara. Keinginan sebenarnya adalah dia ingin bertemu dengan dua
pengasuh setianya yaitu Semar dan Togog.
Semar dan Togog waspada akan keinginan
majikan sepuh sekaligus 'anak-asuh' mereka. Maka tanpa menarik perhatian semua
orang yang sedang buas-buasnya menyabung nyawa, mereka berdua menyelinap
ketempat dimana Resi Bisma terbaring.
"Sampurasun uwa Semar dan Uwa Togog,
terima kasih mau memenuhi panggilan saya. Mendekatlah uwa berdua, ada yang
ingin aku pertanyakan sebelum aku meninggalkan kehidupan ini", sapa Resi
Bisma lemah.
"Aduuh Juragan Sepuh kenapa berbaring
ditempat kotor ini, tidak mau ikut saran keluarga Pandawa atau keluarga Kurawa
pindah ketenda kehormatan", sapa Semar dan Togog.
"Sudahlah uwa berdua tidak perlu
hormatan-hormatan kepada saya. Dengan begini aku bisa bertanya leluasa kepada
uwa berdua."
Semar dan Togog semakin rikuh dan bergeserkan
diri mendekat merapat ketubuh Resi Bisma.
Resi Bisma sejenak memejamkan mata, menarik
nafas berat karena perut yang terajam puluhan panah, membasahi bibirnya sebelum
mulai berbicara.
"Uwa berdua sudah mengasuh saya dan
kakang Abiyasa sejak kami masih bayi. Menuntun dan membimbing kami, sehingga kami dewasa dan mempunyai pilihan hidup, aku memilih ksatria diasuh oleh Uwa Togog, dan kakang Abiyasa
memilih menjadi pertapa menjauhi kehidupan duniawi dan uwa Semar yang membimbing
dia. Itu yang menjadi ganjalan dipikiran saya, hakikat hidup dan hakikat dunia,
uwa Semar dan uwa Togog. Apabila kita akan pergi, sebelum melangkahkan kaki kita
harus mengetahui tujuannya dan mengetahui apa maksud dari kepergian itu. Dengan
mengetahui hal-hal tersebut maka kepergian kita akan terarah dan akan lebih siap
menghadapi rintangan-rintangan yang mungkin terjadi selama menempuh perjalanan
itu. Demikian pula dengan perjalanan
hidup manusia di dunia ini, kemana tujuan hidup ini dan apa hakekat dari perjalanan
hidup ini. Kita harus mengerti agar perjalanan hidup ini terarah dan kita akan
lebih siap dalam menghadapi rintangan-rintangan yang mungkin terjadi selama
menempuh perjalanan ini.
Tapi kenyataan yang terjadi adalah pemenuhan nafsu kehidupan dunia yang mati-matian diperjuangkan, seperti sekarang yang sedang
diperjuangkan cucu-cucuku Pandawa dan Kurawa. Kemana seharusnya kehidupan
berjalan dan berarah kemana uwa Semar dan uwa Togog", tanya Resi Bisma lemah
namun lancar.
Togog mempersilahkan Semar menjawab. "Hyang
Esa bernama Allah SWT menyayangi umat manusia, sehingga dalam perjalanan
hidupnya manusia diberikan tuntunan melalui firman-firman-Nya yang tertuang
dalam kitab-kitab suci yang disampaikan kepada manusia yang menjadi Utusan-utusanNya.
Hyang Esa Allah S.W.T. berfirman kepada para
Malaikat;
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan
seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
Engkau?”. Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui”.
Kemudian Hyang Esa Allah mengajarkan semua
hal rahasia tentang langit dan bumi dan semua yang kita lahirkan dan apa yang disembunyikan kepada Bapak Adam. Sehingga para Malaikat tidak punya alasan untuk
menolak ketika disuruh sujud kepada Bapak Adam, kecuali Iblis. Ia enggan dan
takabur karena merasa lebih baik dari Bapak Adam maka ia termasuk golongan
orang-orang yang kafir. Iblis tidak mau jatuh sendiri, dia ingin menyeret pula
Bapak Adam, maka dengan berbagai upaya dilakukanlah penggodaan-penggodaan.
Akibatnya karena godaan Iblis Bapak Adam tergelincir dari perintah Allah dan
diusir dari Syurga dan dikeluarkan dari keadaan semula dan berdiam di bumi,
jauh dari kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan. Tapi Adam menerima
beberapa kalimat dan diajarkan beribadah kepada Tuhan, sehingga Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya
Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.
Firman Allah tersebut menerangkan tentang
riwayat manusia mendiami bumi ini, yaitu dijadikan sebagai khalifah di muka
bumi oleh Allah SWT, yang mendapat komentar dari para malaikat. Namun Allah SWT
mengajarkan kepada Nabi Adam “nama-nama” yang kemudian diperlihatkan kepada
malaikat, untuk menunjukkan bahwa manusia layak menempati bumi ini. Skenario
Allah SWT untuk menempatkan manusia di bumi ini adalah ketika Adam dan Hawa
ditempatkan di syurga, Adam dan Hawa melanggar aturan yang ditetapkan oleh
Allah SWT, karena terbujuk oleh tipuan syaitan. Sehingga mereka dikeluarkan
dari syurga dan disuruh menempati bumi. Iblis sangat menaruh dendam pada
manusia, karena kehadiran manusialah ia menjadi dikutuk Allah SWT. Iblis juga
terusir dari syurga, memohon pada Allah diberi panjang umur untuk menggoda
manusia agar menjadi temannya di neraka, berpaling dari ajaran-ajaran Allah.
Jadi pada dasarnya tujuan manusia hidup di
dunia ini adalah perjuangan menghadapi ujian dan cobaan untuk mencapai tempat
semula manusia yaitu Bapak Adam dan bunda Hawa yang diciptakan di syurga.
Tentang hakekat hidup manusia di dunia. Dengan mengetahui tujuan hidup manusia di
dunia, maka dalam menempuh perjalanan hidup didunia ini agar dapat tabah dan
kuat dalam menghadapi rintangan-rintangan, cobaan-cobaan dan ujian-ujian,
maka perlu mengetahui dan meresapi hakekat hidup manusia di dunia.
Rintangan-rintangannya adalah godaan-godaan yang datangnya dari iblis untuk
mengganggu manusia dari jalan yang lurus. Sedangkan cobaan-cobaan dan ujian-ujian
datang dari Allah SWT untuk menguji keimanan manusia, sebagaimana firmanNya: "Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk
syurga, padahal belum datang kepadamu cobaan, ditimpa oleh malapetaka dan
kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga
berkatalah Utusan Allah dan orang-orang yang beriman bersamanya: 'Bilakah datangnya
pertolongan Allah?' Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat".
Firman-firman tersebut menunjukkan, bahwa
manusia di dalam menjalani hidup di dunia ini akan menerima cobaan-cobaan dan
ujian-ujian dari Allah SWT. Di kala cobaan-cobaan dan ujian-ujian dari Allah
SWT datang menimpa manusia disitulah syaitan menggoda manusia dengan segala
cara, mengganggu manusia dari jalan yang lurus agar ingkar pada Allah SWT.
Manusia itu mahluk yang lemah yang rentan terhadap godaan syaitan yang
menggodanya dari segala arah dan segala cara. Namun demikian Allah SWT
menyayangi manusia, sehingga dalam perjalanan hidupnya Allah SWT selalu memberi
petunjuk-petunjuk-Nya sebagaimana firman-Nya: "Kemudian jika datang petunjuk-Ku
kepadamu, maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada
kekhawatiran atas mereka, dan tidak pula mereka bersedih hati”.
Jadi hakekat hidup manusia di dunia adalah
untuk menyembah kepada Allah SWT., untuk taat pada perintah-perintah-Nya dan
meninggalkan larangan-larangan-Nya. Manusia yang mengamati dirinya dan
orang-orang di sekitarnya, akan mengetahui dengan pasti tentang berbagai
kekuasaan Allah Azza wa Jalla. Dia memahami bahwa kehidupannya di dunia
melewati fase-fase yang pasti dilewati dan tidak bisa dipungkiri jika dia
berumur panjang. Sebelumnya dia tidak ada, kemudian lahir ke dunia sebagai
bayi, lalu menjadi bocah (anak kecil), muda, dewasa, tua, dan akhirnya ajal
menjemputnya.
Kematian pasti datang. Bagaimanapun manusia berusaha lari dari
kematian, kematian itu pasti akan menjemputnya di manapun dia berada. Walaupun dia
berada di dalam gedung yang tinggi dan kokoh. Allah berfirman: "Di mana saja kamu berada, kematian akan
mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.
Bahwa semua orang akan mati, tidak ada pilihan, tidak ada sesuatupun yang akan
menyelamatkannya dari kematian, sama saja apakah seseorang itu berjihad atau
tidak. Karena sesungguhnya manusia itu memiliki ajal yang telah ditetapkan dan
waktu yang telah dibagikan".
Dunia ini fana. Itulah hakekat dunia ini, yaitu fana dan
sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan
dan bermegah-megah serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak.
Seperti hujan yang menyirami tanam-tanaman, semula tumbuh subur menghijau, kemudian bersama berjalannya waktu tanaman itu akan menjadi kering dan
warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat kelak ada azab yang keras
dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain
hanyalah kesenangan yang menipu.
Ada dua kelompok manusia yaitu orang-orang
yang beriman dan orang-orang kafir. Keadaan kehidupan kelompok kedua yaitu
orang-orang kafir yang merasa tenteram dengan dunia, dan disebutkan bahwa
kehidupan dunia itu termasuk perkara-perkara kecil yang tidak akan membuat
orang-orang yang berakal condong dan tenteram kepadanya. Dunia ini ‘permainan’
yang tidak ada hasilnya kecuali capai, ‘dan suatu yang melalaikan’, melalaikan
manusia dari perkara yang bermanfaat dan penting baginya, dan ‘perhiasan’ yang
tidak akan menghasilkan kemuliaan hakiki.
Bahwa bersamaan dengan itu, dunia itu cepat
binasa dan segera hancur, demikian juga perhiasan dunia yang sangat mengagumkan
orang-orang kafir. Adapun seorang yang beriman, jika melihat perkara yang
mengagumkan, maka fikirannya akan tertuju kepada kekuasaan Penciptanya Hyang
Esa Allah, sehingga dia menjadi kagum terhadap kekuasaan Allah. Sedangkan orang
kafir, fikirannya tidak melampaui apa yang dia lihat, sehingga warna-warni
dunia membuatnya tenggelam di dalam kekaguman. Allah memisalkan waktu yang
telah dilalui oleh manusia dengan satu tumbuhan yang tumbuh dari tanah karena
air hujan, kemudian hancur dan binasa kurang dari satu tahun. Ini mengisyaratkan
alangkah cepat dan dekat kehancurannya. Setelah Allah menjelaskan kehinaan
dunia ini dan memerintahkan manusia agar menganggap kecil urusan dunia dan
menjauh diri agar tidak tenggelam di dalamnya, Allah menjelaskan keagungan
urusan akhirat, mengagungkan kelezatan dan kepedihan siksa di akhirat agar mendorong
manusia meraih kenikmatannya yang abadi dan memperingatkan siksanya yang pedih.
Penyebutan siksa yang pedih di hadapan dua perkara: ampunan dari Allah dan
keridhaan-Nya, demikian juga penyebutan ‘siksa yang pedih’ tanpa menyebutkan dari
Allah, mengisyaratkan kepada dominannya rahmat Allah dan bahwa tujuan yang
utama adalah kebaikan. ‘Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan
yang menipu’, yaitu bagi orang yang merasa tenteram terhadap dunia dan tidak
menjadikan kehidupan dunia ini sebagai sarana untuk kebaikan akhirat dan alat
untuk meraih kenikmatannya.
Keutaman akhirat. Kenikmatan dan keutamaan akhirat yang sangat
besar dibandingkan kesenangan di dunia ini. Perbandingannya adalah sebanyak air
yang menempel di telunjuk yang dicelupkan ke lautan, itulah dunia dan lautan
adalah akhiratnya.
Berlomba didalam kebaikan. Jika manusia telah mengetahui hakekat dunia
yang fana ini, maka selayaknya dia selalu ingat dan waspada, jangan sampai
tergoda kenikmatan dunia yang sementara, kemudian melalaikan akhirat yang sangat
berharga. Sepantasnya manusia berlomba melakukan ketaatan-ketaatan dan
meninggalkan kemaksiatan-kemaksiatan untuk meraih kebaikan akhirat.
Demikian tujuan hidup kita. Ajaran luhur ini
akan diturunkan dan dikitabkan kepada manusia pilihan Hyang Esa Allah SWT. belasan ribu tahun kemudian,
aku hanya mendapat saripati ajarannya saja". Demikian Semar mengakhiri penjelasannya.
Masih sambil berbaring, gemetar Resi Bisma
meraih tangan kanan Semar kemudian menciumnya punggung dan telapak tangan Semar
dan kemudian meletakkan dikeningnya, demikian juga terhadap Togog. Tiba-tiba ada suara
salam "sampurasun". Mereka bertiga menjawab serempak. Resi Abyasa
tiba-tiba sudah berada ditempat mereka, menangis langsung meraih tangan Semar
dan Togog, memperlakukan sama yang dilakukan Resi Bisma. Kemudian merangkul Resi
Bisma, lama.
"Selamat datang kakang Abyasa, sayang
pertemuan kita tidak selayak apa adanya." lemah Bisma memberi salam. "Berangkatlah
Adi Bisma, matahari sudah bergeser keutara", jawab Abyasa.
Resi Bisma berdoa sebentar, kemudian
menghembuskan nafas terakhirnya.
**88**
BERSAMBUNG ke AKHIR ZAMAN PEWAYANGAN.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih telah berkunjung ke Blog saya, semoga semua hari-hari anda sejahtera dan sukses selalu, diberi petunjuk oleh-Nya, amin.