AKHIR
ZAMAN PEWAYANGAN (2/3)
Seteleah
eksodus Para Dewa Suralaya dipimpin oleh Hyang Otipati dan Betara Narada,
Semarpun bersiap memindahkan seluruh bangunan Swargaloka ketempat bumi pararel,
tempat dimana ayah dan kakeknya beserta semua leluhurnya mengasingkan
mensucikan diri. Tak ada selembar daun semua taman-taman dan sebutir batu
tertinggal ketika Swargaloka dipindahkan.
Singkat
kata semua bangunan nan megah antik dan amat sakral dari material pilihan,
swargaloka sudah dipindahkan Semar, dan kini mereka bersiap meratakan pegunungan
yang dinamakan Mahameru yang dipercaya pegunungan tertinggi didunia saat itu,
dimana pegunungan tempat Para Dewa bermukim sering disebut Pegunungan Sundul
Langit. Rencananya adalah pegunungan itu akan diratakan menjadi dataran rendah
berbentuk sabana, padang rumput atau mungkin padang pasir, biar waktu dan alam
yang akan mengaturnya kelak.
Saat itu
keduanya sudah matek aji, kemudian bertepuk tangan tiga-kali dan cepat
mengembangkan tangan. Aji Kemayan Gugah Jagad dikerahkan, kemudian laksana
ledakan puluhan bom nuklir, pegunungan Mahameru dalam radius ribuan
kilometer-persegi berturut-turut bergelombang terangkat meledak mengabu dengan
suara jutaan petir menggelegar membahana seluruh permukaan bumi hingga
atmosfir. Ledakan masih berlanjut terus keatas kepuncak semua-gunung hingga
semua pegunungan rata dengan tanah. Terlihat Gunung Suci Candradimuka
memuntahkan lahar panas disertai tembakan-tembakan bola-bola api seakan
berteriak putus-asa meminta tolong melihat tubuhnya menghancur mengabu menebar
menutup langit dengan selimut abu panasnya. Bagaikan karpet yang
dikebut-kebutkan menerbangkan semua yang ada diatasnya, demikian juga area
Mahameru diangkat-angkat hingga semua bebatuan gunung beterbangan menutupi
cahaya matahari, suasana menjadi sangat gelap mencekam, dan ledakan-ledakan
runtuhan gunung masih terus berlanjut.
Kabut
pasir dan kerikil sangat mengotori area pegunungan, maka Semar berpikir perlu
mendatangkan air bah raksasa, stunami raksasa menyapu debu kerikil melibas
bersih area ledakan. Kecepatan limpasan gelombang air seakan berlomba dengan
kecepatan ledakan gunung, sehingga seakan tidak memberi kesempatan lagi untuk
abu ledakan terbang mengudara mengotori angkasa menutup cahaya matahari, karena
sudah dihanyutkan diseret dan ditenggelamkan gelombang stunami raksasa.
Diantara
limpasan gelombang raksasa stunami, Semar dan Togog melihat bahtera raksasa
ikut terombang-ambing bersama gelombang raksasa itu. Mereka faham siapa pemilik
bahtera-raksasa itu, dialah Nabiullah Nuh as. salah seorang Nabi Utusan Allah
setelah SangHyang Adam. Maka Semar berinisiatip membantu perjalanan eksodus
bahtera itu dengan meniup lembut, sehingga bahtera itu terdorong jauh dari area
'penghancuran' kebarat. Semar faham juga, Nabi Nuh sangat direpotkan sekali
dengan perilaku umatnya yang penuntut, pembantah menyanggah semua ajaran yang
Allah turunkan kepada Nabi Nuh. Gelembung-gelembung dari roh Rahwana ciptaan
Semar sungguh merasuki otak perilaku orang-orang seluruh dunia, juga ummat Nabi
Nuh. Tapi Semar tidak memusnahkan gelembung-gelembung itu, karena mereka
membutuhkan suatu 'Katalis' untuk mempercepat memunculkan siapa sialim dan
siapa sikafir.
Katalis
adalah suatu zat yang mempercepat laju reaksi-reaksi kimia pada suhu tertentu,
tanpa mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi itu sendiri. Suatu
katalis berperan dalam reaksi tapi bukan sebagai pereaksi ataupun produk.
Melihat
bahtera Nabi Nuh as.,Semar dan Togog mendapat pembelanjaran bahwa melepaskan
usia manusia hingga bisa mencapai ratusan bahkan diatas seribu tahun sungguh
tidak berguna, karena mereka melihat bagaimana ummat Nabi Nuh yang berusia
rata-rata diatas 800 tahun, tidak mendapat mungkin tidak mau mengambil
pembelajaran dari nabinya. Sebagai makhluk yang ditugaskan menjaga
keseimbangan-alam, mereka tidak akan lagi melepas usia manusia hingga mencapai
150 tahun. Pengalaman membuktikan pada Perang Kurusetra, usia panjang yang
diberikan malah semakin menumpuk dosa dan dendam kebencian.
Maka
sejak saat bahtera Nabi Nuh mendarat akan menjadi WAKTU BATAS DEMARKASI USIA
MANUSIA. Setelah waktu itu, tidak ada lagi manusia berusia ratusan tahun lagi.
Kembali
kepada air bah raksasa yang menenggelamkan seluruh permukaan bumi hingga
berhari-hari, berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. Lepas 100 hari lebih, dataran
kembali normal, begitu pula area pegunungan Mahameru, kini rata berpayau dan
dibatasi perbukitan-perbukitan kecil. Dengan berjalannya waktu, dataran
Mahameru kini menjadi daerah tandus dan gersang. Sepanjang mata-memandang hanya
permukaan padang pasir nan gersang dan sunyi. Berbulan, bertahun,
puluhan-tahun, ratusan-tahun, hingga akhirnya kesunyian padang pasir Mahameru,
dipecahkan tangis bayi kehausan, ibunya sudah putus-asa karena tidak ada air
susu ibu yang bisa diberi kepada bayinya. Hingga dia bolak-balik antara dua
perbukitan mencari seteguk air. Tangannya terus menggali-gali timbunan-timbunan
pasir dengan kepercayaan akan pertolongan Tuhannya. Usahanya membuahkan hasil,
rembesan air jernih keluar berhasil didapatnya. Ternyata mata-air terus mengalir,
sehingga wanita bersama bayinya memutuskan untuk menetap sambil menunggu
suaminya kembali. Kian hari berita mata-air nan jernih sudah menyebar
kemana-mana dari para pedagang-pedagang nomadin, malah banyak yang memutuskan
untuk menetap sehingga akhirnya terbentuk perkampungan disekitar mata-air ajaib
itu.
Waktu
berjalan bertahun-tahun, sibayi sudah berangkat dewasa, bersama ayahnya, mereka
memutuskan untuk mendirikan suatu bangunan untuk simbol pemersatu belasan suku
daerah itu yang kian menjamur. Maka dibangunlah suatu bangunan sederhana
berbentuk bujur-sangkar dengan tinggi sekitar 20m. Bangunan itu demikian amat
dibanggakan dan berhasil menjadi simbol pemersatu. Laki-laki itu mulai
sedikit-demi sedikit membelokkan perhatian masyarakat dari bangunan itu kapada
pemilik sejati bangunan itu.
Kelak
bangunan bujur sangkar itu akan dinamakan Ka'bah. Lokasi tempat keluarga penemu
mata air akan dinamakan Mekkah, dan mata-air itu akan dikenal sebagai air
zamzam yang ternyata tidak pernah kering hingga sekarang. Pria yang membangun
Ka'bah itu dikenal sebagai Nabi Ibrahim as. beserta istrinya Siti Hajar dan
putra mereka Nabi Ismail as.
(
BERSAMBUNG ke sesi 3/3)
===============================================
No comments:
Post a Comment
Terima kasih telah berkunjung ke Blog saya, semoga semua hari-hari anda sejahtera dan sukses selalu, diberi petunjuk oleh-Nya, amin.