Awal
Waktu Prasejarah (sesi 6/8 sesi).
“Dari
delapan planet yang mengitari matahari, mengapa kakang memilih bumi sebagai
tempat tinggal manusia kelak, apa karena kita sudah pernah menempati bumi dan
seluruh umat manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan bisa hidup dengan baik”, ujar
Togog mengajak bertukar-pikiran dengan saudara tuanya. “Pertanyaan itu tidak
salah, memang untuk apa susah payah kita memilih diantara delapan benda bulat
berpijar ini, jika memang sudah tahu jawabannya. Ingat kitapun diberi kekuasaan
untuk menentukan, tetapi alangkah naifnya jika tidak dipelajari kenapa Allah
menentukan bumi sebagai tempat diturunkannya eyang Adam dan eyang putri Siti
Hawa. Allah mengungkapkan bagaimana bumi dan langit dijaga dengan kuasaNya yang
agung, sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap dan
sungguh jika keduanya akan lenyap tidak ada seorang pun yang dapat menahan
keduanya selain Allah. (sekarang tertera dalam QS. Faathir : 41)”, jawab Semar.
“Apakah Allah juga memberi wangsit mengenai batasan dan arahan untuk tujuan
yang akan kita kerjakan, kakang.”, tanya Togog. “Ya aku memang ingin
membicarakan hal ini denganmu, tetapi sebelumnya coba apa pendapatmu dengan
alasanku memilih bumi sebagai tempat tinggal atau yang paling layak ditinggali
untuk manusia dan semua makhluk hidup termasuk tumbuh-tumbuhan”, ujar Semar
kali ini dia yang mengajak untuk berdiskusi.
Semar
memilih bumi planet ke-3 untuk tempat tinggal manusia dengan pertimbangan
perbandingan dengan ke-8 planet lainnya kelak jika sudah dibentuk.
“Kita
mulai Planet pertama adalah Pluto. Planet terjauh dari matahari, planet ini akan
sangat dingin, dengan suhu sekitar -238oC. Atmosfernya tipis dan akan berbentuk
gas jika planet ini berada hanya sedikit lebih dekat ke matahari pada orbitnya
yang berbentuk agak elips. Lain saat, atmosfernya menjadi lapisan es. Pluto,
ringkasnya, adalah bola tanpa kehidupan yang diselimuti es.
Bergerak
mendekat matahari, menjumpai Neptunus. Planet ini dingin juga, sekitar - 218oC. Atmosfernya terdiri dari hidrogen,
helium, dan metan, beracun bagi kehidupan. Angin yang bertiup kencang,
mendekati 2.000 km per jam, bergemuruh di seluruh permukaan planet.
Lantas
Uranus, planet gas yang pada permukaannya terdapat batuan dan es. Suhu
permukaannya adalah -214oC dan atmosfernya, lagi-lagi, terdiri dari hidrogen,
helium, dan metan, tak cocok bagi kehidupan manusia.
Selanjutnya
planet Saturnus. Ini adalah planet terbesar kedua dalam tata surya, dan
terutama terkenal dengan sistem berbentuk cincin yang mengitarinya. Cincin ini
terdiri dari gas, batuan, dan es. Salah satu dari sekian banyak hal menarik
tentang Saturnus adalah planet ini seluruhnya terdiri dari gas: 75% hidrogen
dan 25% helium, dan kerapatannya kurang daripada kerapatan air.
Berikutnya
adalah Yupiter: planet terbesar dalam tata surya, 318 kali lebih besar daripada
bumi. Seperti Saturnus, Yupiter juga planet yang dibentuk oleh gas. Karena
sulit membedakan “atmosfer” dan “permukaan” pada planet seperti ini, sulit juga
ditentukan berapa suhu “permukaan”nya, namun pada lapisan atas atmosfer, suhu
mencapai -143oC. Bentukan alam yang menarik di atmosfernya adalah apa yang
disebut “Bintik Merah Raksasa”, itu adalah badai yang luar biasa kuatnya yang
telah berkecamuk di atmosfer selama berabad-abad. Badai ini cukup besar untuk
menelan beberapa planet seukuran bumi. Yupiter planet yang mendebarkan, bukan tempat
bagi manusia, manusia seketika akan tewas karena temperatur yang membekukan,
angin yang ganas, dan radiasi yang tinggi.
Lantas
muncul Mars. Atmosfer planet ini tidak mungkin mendukung kehidupan manusia
sebab sebagian besar terdiri dari karbon-dioksida. Seluruh permukaannya
dipenuhi kawah: hasil dari tubrukan meteor yang terus-menerus dan angin kencang
yang bertiup di seluruh permukaannya, yang dapat menimbulkan badai pasir
berhari-hari bahkan berminggu-minggu. Suhu agak bervariasi namun turun hingga
53oC.
Pencarian
kita membawa kita ke sebuah planet bernama Venus. planet ini diselimuti kabut
putih cemerlang namun suhu permukaannya 450oC, yang cukup untuk melelehkan
timah. Sebagian atmosfernya berupa karbon-dioksida. Di permukaan planet,
tekanan atmosfer setara dengan 90 kali tekanan atmosfer bumi: di bumi, manusia
harus menyelam satu kilometer ke dalam laut untuk mendapatkan tekanan setinggi
ini. Di atmosfernya terdapat berlapis-lapis gas asam belerang sedalam beberapa
kilometer. Tidak ada seorang pun atau kehidupan lain yang mampu bertahan
sedetik pun di tempat yang keras seperti ini.
Kita
bergerak terus dan mencapai Merkurius, dunia kecil berbatu, ditempa panas dan
radiasi matahari. Rotasinya begitu terhambat oleh kedekatannya dengan matahari,
menyebabkan planet ini melakukan hanya tiga rotasi aksial penuh selama dua kali
peredaran mengelilingi matahari. Dengan kata lain, di Merkurius, dua “tahun”
sama dengan tiga “hari”. Disebabkan perputaran harian yang begitu lama, satu
sisi planet menjadi begitu panas sementara sisi lainnya begitu dingin.
Perbedaan suhu antara sisi siang dan sisi malam dapat mencapai 1.000o C. Tentu
saja lingkungan seperti ini tidak mungkin menopang kehidupan.
Ringkasnya,
kita telah mengamati delapan planet dan tidak satu pun darinya, termasuk lima
puluh tiga satelitnya menyediakan sesuatu yang mungkin menopang kehidupan.
Semuanya tak lebih dari bola gas, es atau batu tanpa kehidupan.
Dan
sekarang bagaimana dengan bumi? Ia berbeda dari yang lain. Dengan atmosfer yang
ramah, kondisi permukaan, suhu permukaan, medan magnet, ketersediaan unsur-unsur,
serta posisi pada jarak yang tepat dari matahari, tampak seperti telah
dirancang secara khusus untuk tempat hidup. Nah bagaimana pendapatmu mengenai
pengamatanku ini”, Semar mengakhiri uraian panjang lebarnya untuk dimintai
masukkan atau pendapat saudaranya.
“Luar
biasa kakang kau sudah menerawang jauh kemuka, kepada kondisi planet-planet ini
seperti apa jadinya. Bagi kita dan saudara-saudara Dewa Suralaya rasanya tidak
bermasalah dengan kondisi yang kakang gambarkan itu, tapi untuk manusia,
makhluk hidup dan tanam-tanaman yah.. memang tidak mungkin, tapi begini kakang,
bukankah manusia itu diberi kemampuan Allah SWT. kemampuan yang disebut
“menyesuaikan diri (adaptasi)”, dan bagi mereka yang terbiasa menerima teori
evolusi sebagai kebenaran ilmiah dan percaya sepenuhnya akan konsep “adaptasi”.
Ini berarti “perubahan suatu makhluk atau bagiannya yang membuat keberadaannya
semakin sesuai dengan kondisi lingkungan”. Teori evolusi menyatakan bahwa
seluruh makhluk hidup di bumi berasal dari satu makhluk (nenek moyang tunggal).
Nenek moyang tunggal itu sendiri muncul secara kebetulan, dan teori ini sangat
sering menggunakan makna kata “adaptasi” untuk mendukungnya. Pendukung evolusi
percaya bahwa makhluk hidup berubah menjadi spesies baru dengan beradaptasi
terhadap lingkungan. Kita tahu bahwa mekanisme adaptasi makhluk hidup terhadap
kondisi alam hanya terjadi dalam suatu kondisi tertentu, dan adaptasi tidak
pernah bisa mengubah suatu spesies menjadi spesies lain, atau perubahan
lingkungan menyebabkan perubahan struktur binatang dan tumbuhan yang dapat
diteruskan kepada keturunannya.
Dari
kepercayaan pada kemampuan makhluk hidup untuk beradaptasi, hanya perlu
selangkah lagi untuk sampai kepada gagasan bahwa kehidupan dapat terbentuk di
planet lain seperti halnya pernah terbentuk di bumi. Kemungkinan ada makhluk
kecil hijau hidup di Pluto, yang hanya sedikit berkeringat ketika suhu mencapai
238oC, yang menghirup helium, alih-alih oksigen, dan yang minum asam belerang,
alih-alih air. Kita sendiri sudah melihat Dewa-dewa dan makhluk lain dari
galaksi lain yang bermacam-macam rupa dan kemampuannya”, jelas Togog.
“Benar,
benar sekali kau Togog, luar biasa pertimbanganmu yang tepat, adaptasi..
yah..yah, namun yang lebih mengetahui
biologi dan biokimia bahkan tidak mencoba untuk mempertahankan pernyataan
seperti itu. Mereka mengetahui dengan sangat pasti bahwa kehidupan hanya ada
jika tersedia kondisi dan unsur yang diperlukan. Jika mereka benar-benar
percaya terhadap ini semua, pendukung makhluk hijau kecil (atau bentuk
kehidupan alien lainnya) adalah mereka yang setia buta terhadap teori evolusi
dan mengabaikan bahkan dasar-dasar biologi dan biokimia. Dalam pengabaian,
mereka juga melahirkan skenario yang tidak masuk akal. Jadi, dalam memahami
kesalahan dari konsep adaptasi, hal pertama yang patut diperhatikan adalah
bahwa kehidupan hanya ada jika terdapat kondisi dan unsur penting tertentu.
Satu-satunya model kehidupan yang berdasarkan kriteria ilmiah adalah kehidupan
berbasis karbon, dan rasanya akan tidak ada bentuk kehidupan lainnya di manapun
di alam semesta”, jelas Semar. “Ah ..kau memang kakakku yang cerdas kakang
Semar, jadi maksudmu lebih baik kita jangan berjudi dengan sesuatu yang belum
teruji, aku setuju sekali”, sambut Togog senang dan kagum.
“Aku
ada pemikiran Togog berkenaan dengan adaptasi, bukan tidak mungkin Azazil
memaksakan sesuatu untuk menciptakan makhluk tertentu ditempat tertentu pula,
bagaimana kalau mulai ‘sekarang’ kau mulai membayangi dan menjadi ‘bayangan’
Azazil kemanapun dia pergi dan dimanapun dia berada, walau sampai ratusan ribu
bahkan jutaan tahun lamanya. Sebab akupun membentuk bumi akan memakan waktu
tidak jauh berbeda lamanya, Allah tidak mengijinkan kita memaksakan membentuk
bumi ‘seketika’ dengan kemampuan kita”, usul Semar.
“Aku
setuju kakang, kau tidak kerepotan jika bekerja sendiri kakang?”. “Aku baik-baik
saja, tetapi kau simak dulu batasan-batasan yang kuterima untuk membentuk bumi
dan mengawasi perkembangannya”, pinta Semar. Togog sebenarnya berat
meninggalkan saudara tuanya bekerja sendiri, tapi dia tahu watak Semar, dia
lembut, kalem penyabar namun amat keras pada prinsip. “Baik kakang, aku amat
tertarik”.
“Tempat
Kedudukan Bumi, di samping keseimbangan yang menakjubkan ini, posisi bumi di
dalam tata surya dan di alam semesta juga merupakan bukti lain kesempurnaan
penciptaan Allah. Pentingnya keberadaan planet lain bagi bumi. Ukuran dan
posisi Yupiter, sebagai contoh, ternyata begitu penting. Perhitungan
astrofisika menunjukkan bahwa, sebagai planet terbesar dalam tata surya,
Yupiter menjamin kestabilan orbit bumi dan planet lain. Tanpa planet besar yang
dengan tepat ditempatkan di posisi Yupiter, bumi tentunya telah ditabrak ribuan
kali lebih sering oleh komet dan meteor serta serpihan antar-planet. Intinya,
struktur tata surya telah dirancang khusus bagi umat manusia untuk hidup. Allah
berujar; Allah tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada
di antara keduanya tanpa hikmah. (sekarang terangkum dalam QS. Shaad, 38: 27).
Sistem
pada Bumi, beserta atmosfer dan lautannya, beserta biosfernya yang rumit,
beserta kerak yang terbentuk dari bekuan batuan metamorfik berlapis-lapis, yang
relatif teroksidasi, kaya akan silika, dan menyelimuti (lapisan dan inti yang
terdiri dari magnesium silikat) biji besi, beserta puncak salju, gurun pasir,
hutan, padang lumut, rimba belantara, padang rumput, danau air tawar, padang
batubara, kantong minyak, gunung api, lubang lahar, pabrik, mobil, tanaman,
binatang, medan magnet, ionosfer, pegunungan di tengah laut, lapisan penyangga.
Karbon
adalah dasar kehidupan di bumi sebab seluruh molekul makhluk hidup (seperti
asam nukleat, asam amino, protein, lemak dan gula) dibentuk oleh kombinasi
karbon dengan unsur lain dalam berbagai cara. Karbon membentuk berjuta-juta
jenis protein setelah bergabung dengan hidrogen, oksigen, nitrogen dan lain-lain.
Tidak ada unsur lain yang dapat menggantikan karbon, tak ada unsur selain
karbon yang memiliki kemampuan untuk membentuk begitu banyak rantai kimia yang
amat diperlukan oleh kehidupan. Akibatnya, jika kehidupan dapat terjadi di
planet lain di mana pun di alam semesta, maka kehidupan ini pasti berbasis
karbon.
Terdapat
sejumlah kondisi yang mutlak penting bagi berlangsungnya kehidupan berbasis
karbon. Misalnya, senyawa berbasis karbon (seperti protein) hanya dapat
bertahan pada rentang temperatur tertentu. Senyawa ini akan mulai terurai pada
temperatur lebih dari 120oC dan rusak tak terpulihkan jika didinginkan di bawah
20oC. Namun, tidak hanya suhu yang berperan penting dalam penentuan batasan
kondisi yang cocok untuk keberadaan kehidupan berbasis karbon: juga jenis dan
kekuatan cahaya, kekuatan gaya gravitasi, komposisi atmosfer, dan kekuatan
medan magnet. Bumi harus menyediakan dengan tepat kondisi-kondisi yang
memungkinkan kehidupan tersebut. Jika bahkan satu saja keadaan diubah, misalnya
suhu rata-rata melebihi 120oC, tidak akan ada kehidupan di bumi.
Maka
makhluk kecil hijau kita, yang mungkin hanya sedikit berkeringat ketika suhu
mencapai 238oC, yang menghirup helium, alih-alih oksigen, dan yang minum asam
belerang, alih-alih air, tidak mungkin ada di mana pun karena makhluk hidup
berbasis karbon tidak mampu bertahan dalam kondisi seperti itu, dan satu-satunya
kehidupan adalah kehidupan berbasis karbon. Kehidupan hanya mungkin ada dalam
lingkungan dengan batas-batas tertentu, dan dalam kondisi yang dengan sengaja
dirancang bagi kehidupan. Ini adalah kebenaran bagi kehidupan secara umum dan
bagi manusia khususnya.
Sekarang
tentang Suhu Bumi. Suhu dan atmosfer adalah unsur penting pertama bagi
kehidupan di bumi. planet biru ini memiliki dua hal, baik suhu yang
memungkinkan untuk hidup maupun atmosfer yang dapat digunakan makhluk hidup
untuk bernapas, khususnya bagi makhluk hidup yang kompleks seperti manusia.
Namun, dua faktor yang sama sekali berbeda ini telah ada sebagai akibat dari
kondisi yang ternyata ideal bagi keduanya.
Salah
satu kondisi ideal ini adalah jarak antara bumi dan matahari. Bumi tidak akan
menjadi tempat kehidupan seandainya lebih dekat ke matahari seperti Venus atau
lebih jauh seperti Yupiter atau Pluto. Molekul berbasis karbon hanya mampu
bertahan pada suhu antara 20oC dan 120oC, dan bumi satusatunya planet dengan
suhu rata-rata dalam batas tersebut.
Ketika
seseorang memandang alam semesta sebagai suatu keseluruhan, mendapati rentang
suhu sesempit ini merupakan hal yang sangat sulit karena suhu di seluruh alam
semesta bervariasi dari beberapa juta derajat pada bintang terpanas hingga nol
mutlak (273oC). Dalam selang suhu yang begitu lebar, toleransi suhu yang
memungkinkan adanya kehidupan sungguh sempit; namun bumi memilikinya. Keistimewaan
suhu rata-rata di bumi, kehidupan seperti yang kita ketahui hanya mungkin
terjadi pada selang suhu yang sangat sempit. Selang suhu ini mungkin hanya 1
atau 2 persen dari selang suhu antara nol mutlak dan suhu permukaan matahari. Terjaganya
selang suhu ini juga berkaitan dengan jumlah panas yang dipancarkan matahari,
di samping jarak bumi dengan matahari. Menurut perhitungan, penurunan 10% saja
dari panas yang dipancarkan matahari akan membuat permukaan bumi ditutupi
lapisan es setebal beberapa meter, dan andaikan panas yang dipancarkan matahari
naik sedikit saja, seluruh makhluk hidup akan hangus dan mati. Tidak saja suhu
rata-rata harus ideal. Panas yang tersedia harus tersebar cukup merata ke
seluruh planet. Sejumlah kondisi khusus telah diciptakan untuk memastikan hal
ini benar-benar terjadi.
Sumbu
rotasi bumi miring 23o27' terhadap bidang ecliptic (garis edar bumi mengitari
matahari). Kemiringan ini mencegah panas berlebihan pada atmosfer di wilayah
antara kutub dan khatulistiwa, membuat suhu menjadi lebih sedang. Jika
kemiringan ini tidak ada, perubahan suhu antara kutub dan khatulistiwa akan
jauh lebih tinggi dan daerah bersuhu sedang (temperate zone) tidak akan ada atau
tidak dapat ditinggali. Kecepatan rotasi bumi pada sumbunya juga menjaga penyebaran
panas menjadi seimbang. Bumi melakukan satu rotasi penuh dalam 24 jam
menghasilkan periode pergantian terang dan gelap cukup singkat. Karena periode
ini singkat, perubahan panas antara sisi terang dan gelap cukup rendah.
Pentingnya hal ini dapat dilihat dalam contoh ekstrem planet Merkurius, di mana
siang lebih dari setahun dan perbedaan suhu antara siang dan malam mendekati
1.000oC.
Geografi
bumi juga membantu menyebarkan panas secara merata di seluruh permukaan bumi.
Terdapat perbedaan suhu sekitar 100oC antara kutub dan khatulistiwa. Jika
perbedaan suhu sebesar ini terjadi pada daerah yang benar-benar rata, hasilnya
adalah angin dengan kecepatan mencapai 1.000 km per jam menyapu segala sesuatu
yang dilaluinya. Namun, bumi dipenuhi penghalang berupa bentukan alam yang
menghambat perpindahan cepat udara yang dihasilkan oleh perbedaan suhu itu.
Penghalang ini berupa pegunungan, seperti yang membentang antara Pasifik di
timur dan Atlantik di barat, dimulai dari Himalaya di Cina dan dilanjutkan dengan
Pegunungan Taurus di Anatolia dan Alpen di Eropa. Di laut, kelebihan panas di
daerah katulistiwa dipindahkan ke utara dan selatan berkat kemampuan air yang
luar biasa untuk menghantarkan dan melepaskan panas. Pada saat yang sama,
terdapat sejumlah sistem otomatis yang membantu menjaga suhu atmosfer seimbang.
Misalnya, saat suhu di suatu wilayah naik, laju penguapan air akan meningkat,
menyebabkan terbentuknya awan. Awan ini memantulkan lebih banyak cahaya kembali
ke angkasa, mencegah peningkatan suhu udara dan permukaan di bawahnya.
Selanjutnya
Massa dan Medan Magnet Bumi. Ukuran bumi tidak kalah penting bagi kehidupan
daripada jarak bumi dengan matahari, kecepatan rotasi dan bentukan-bentukan di
permukaan bumi. Memperhatikan planet lain, kita melihat rentang ukuran yang
lebar: Merkurius lebih kecil daripada sepersepuluh bumi, sementara Yupiter 318
kali lebih besar. Ketika kita mengamati ukuran bumi, dengan mudah kita melihat
bawa planet kita dirancang untuk sebesar bumi ini sekarang. Dan ukuran bumi
begitu tepat, tidak terlalu kecil sehingga kehilangan atmosfernya, karena
gravitasi yang kecil gagal mencegah gas lepas ke angkasa, dan tidak terlalu
besar sehingga gravitasinya menahan begitu banyak atmosfer, termasuk gas yang
berbahaya.
Selain
massa bumi, susunan perut bumi juga dirancang khusus. Disebabkan intinya, bumi
memiliki medan magnet kuat yang berperan penting dalam menjaga kelangsungan
hidup. Perut bumi luar biasa besarnya, namun merupakan mesin penghasil panas
yang diseimbangkan secara rumit dengan bahan bakar radioaktif. Andaikan bekerja
lebih lambat, aktivitas geologi akan berjalan lebih lambat. Besi mungkin tidak
mencair dan terbenam membentuk inti cair, dan medan magnet tidak pernah
terbentuk. Andaikan lebih banyak bahan radioaktif, dan mesin bekerja lebih
cepat, gas dan debu vulkanik tentu telah menghalangi matahari, sehingga
atmosfer menjadi pekat mematikan, dan permukaan bumi diguncang oleh gempa dan letusan
gunung api setiap hari. Medan magnet ini berperan penting bagi kehidupan. Medan
magnet ini berasal dari struktur inti bumi. Inti bumi terdiri dari unsur-unsur
berat seperti besi dan nikel yang mampu menahan muatan magnet. Inti dalam
berbentuk padat sementara inti luar cair. Dua lapis inti bergerak saling
mengitari, dan gerakan inilah sumber medan magnet bumi.
Menyebar
jauh di atas permukaan, medan ini melindungi bumi dari radiasi merusak yang
berasal dari angkasa luar. Radiasi dari bintang selain matahari tidak dapat
melewati perisai ini. Sabuk Van Allen, yang medan magnetnya merentang hingga
18.000 km dari bumi, melindungi bola ini dari energi mematikan. Diperkirakan
bahwa awan plasma yang terjebak Sabuk Van Allen terkadang mencapai energi yang
besarnya 100 miliar kali lebih besar daripada bom nuklir yang menimpa
Hiroshima. Radiasi dari langit mungkin sama merusaknya. Tetapi medan listrik
bumi, hanya meloloskan 0,1% radiasi tersebut dan ini diserap oleh atmosfer.
Energi listrik yang diperlukan untuk menciptakan dan mempertahankan medan
listrik sebesar ini mencapai miliaran Ampere, sebanyak yang dibangkitkan umat
manusia sepanjang sejarah. Jika perisai pelindung ini tidak ada, kehidupan
telah dimusnahkan oleh radiasi mematikan dari waktu ke waktu dan mungkin tak
pernah terwujud sama sekali. Namun inti bumi harus dirancang dengan tepat untuk
menjaga planet ini tetap aman. Allah berujar menjadikan langit itu sebagai atap
yang terpelihara. (sekarang termaktub dalam QS. Al Anbiyaa’, 21: 32) !
Ketepatan
Atmosfer. Seperti yang kita saksikan, sifat fisik bumi - massa, struktur, suhu,
dan seterusnya - begitu tepat bagi kehidupan. Namun, sifat-sifat itu saja tidak
cukup untuk memungkinkan kehidupan ada di bumi. Faktor penting lain adalah
susunan atmosfer. Atmosfer bumi terdiri dari 77% nitrogen, 1% oksigen, dan 1%
karbon-dioksida. Mari kita mulai dari gas yang paling penting, yakni oksigen.
Oksigen begitu penting bagi kehidupan, karena gas ini terlibat dalam sebagian
besar reaksi kimia yang melepaskan energi yang dibutuhkan setiap makhluk hidup.
Senyawa karbon bereaksi dengan oksigen. Hasil reaksi ini adalah air, karbon-dioksida,
dan energi. Ikatan kecil energi yang disebut ATP (adenosine triphosphate), yang
digunakan oleh sel hidup dihasilkan dari reaksi ini. Karena inilah kita selalu
memerlukan oksigen untuk hidup, dan bernafas untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Hal yang menarik dari kejadian ini adalah bahwa kadar oksigen dalam udara yang
kita hirup telah dengan tepat disesuaikan. Dapatkah atmosfer mengandung lebih
banyak oksigen dan masih mampu menopang kehidupan? Tidak! Oksigen adalah unsur
yang sangat mudah bereaksi. Bahkan kandungan oksigen dalam atmosfer 21%, adalah
mendekati batas-atas keselamatan untuk kehidupan pada suhu lingkungan.
Kemungkinan kebakaran hutan tersulut naik 70% untuk setiap penambahan 1%
oksigen di atmosfer. Kandungan oksigen di atas 25%, sedikit sekali dari
tumbuhan saat ini yang mampu bertahan dari amukan api yang memusnahkan hutan
hujan tropis dan padang lumut kutub. Kandungan oksigen saat ini adalah pada
titik di mana risiko dan keuntungan tepat seimbang.
Bahwa
kadar oksigen di atmosfer saat ini bertahan pada nilai yang tepat, adalah
berkat sistem “daur ulang” yang luar biasa. Binatang terus-menerus menghirup
oksigen dan menghasilkan karbon-dioksida, yang bagi mereka tidak dapat
digunakan untuk bernafas. Tumbuhan melakukan tepat sebaliknya: Mereka menghirup
karbon-dioksida yang mereka perlukan untuk hidup, dan sebaliknya mengeluarkan
oksigen. Berkat sistem ini, kehidupan terus berlanjut. Tumbuhan melepaskan
jutaan ton oksigen ke atmosfer setiap hari. Tanpa kerjasama dan keseimbangan
dari dua kelompok makhluk hidup yang berbeda ini, planet kita tidak mungkin
dijadikan tempat hidup. Misalnya, jika makhluk hidup hanya menghirup karbon-dioksida
dan melepaskan oksigen, maka atmosfer bumi akan jauh mempermudah pembakaran daripada
saat ini, dan bahkan percikan api kecil dapat menyebabkan kebakaran yang
dahsyat. Sebaliknya, jika seluruh makhluk menghirup oksigen dan melepaskan karbon-dioksida,
kehidupan pada akhirnya akan musnah ketika seluruh oksigen telah habis
digunakan. Kenyataannya, atmosfer berada dalam keadaan seimbang. Aspek lain
dari atmosfer adalah kerapatannya, yang telah disesuaikan dengan tepat sekali
bagi kita untuk bernafas.
Atmosfer
dan Pernapasan. Kita bernafas setiap saat. Kita secara terus-menerus menghirup
udara ke dalam paru-paru dan mengeluarkannya. Kita begitu sering melakukannya
sampai menganggapnya hal yang biasa. Kenyataannya, pernapasan adalah proses
yang sangat rumit. Kemampuan manusia untuk melihat adalah berkat berjuta-juta
sel retina di dalam mata yang terus-menerus dicatu dengan energi yang
diturunkan dari oksigen. Demikian juga, seluruh jaringan tubuh kita dan sel
yang membentuknya memperoleh energi dari “pembakaran” senyawa karbon oleh
oksigen. Hasil pembakaran ini karbon-dioksida
harus dikeluarkan dari tubuh. Jika kadar oksigen dalam aliran darah
turun drastis, tubuh akan lemah; dan jika kekosongan oksigen berlangsung lebih
dari beberapa menit, akibatnya adalah kematian. Dan itulah sebabnya kita
bernafas. Ketika kita menarik nafas, oksigen membanjiri sekitar 300 juta ruang
kecil dalam paru-paru kita. Pembuluh darah kapiler yang melekat pada ruang ini
menyerap oksigen dalam sekejap dan membawanya, mula-mula ke jantung, lantas
diteruskan ke seluruh bagian tubuh. Sel tubuh kita menggunakan oksigen ini, dan
melepaskan karbon-dioksida ke dalam darah, yang membawanya kembali ke paru-paru,
di mana zat ini kemudian dikeluarkan. Seluruh proses memerlukan waktu tak lebih
dari setengah detik: Oksigen “bersih” masuk dan karbon dioksida “kotor” keluar.
Pada
ketinggian sejajar permukaan laut, tekanan udara adalah 760 mm air raksa dan
kerapatannya sekitar 1 gram/liter. Masih pada ketinggian sejajar permukaan
laut, viskositas udara sekitar 50 kali dari air. Kita mungkin menganggap angka
ini tidak penting namun angka ini sangat menentukan hidup kita. Komposisi
keseluruhan dan sifat umum dari atmosfer kerapatannya, viscositasnya,
tekanannya, dan lain-lainnya harus sama seperti sekarang ini, khususnya bagi
makhluk yang menghirup udara.
Ketika
bernapas, paru-paru menggunakan energi untuk melawan gaya yang disebut
“hambatan udara”. Gaya ini adalah hasil dari keengganan udara untuk berpindah.
Namun berkat sifat fisik atmosfer, hambatan ini cukup lemah sehingga paru-paru
dapat menarik masuk dan mendorong keluar udara dengan menggunakan energi
minimum. Jika keengganan udara lebih besar, paru-paru akan dipaksa untuk
bekerja lebih keras agar mampu bernapas. Sudah jelas bahwa andaikan salah satu
dari viskositas atau kerapatan udara lebih besar, hambatan udara tidak akan
memungkinkan untuk bernapas, dan tidak ada rancangan sistem pernapasan lain
yang akan mampu mengantarkan oksigen yang cukup bagi makhluk hidup yang
menghirup udara dengan metabolisme yang aktif.... Dengan memperkirakan seluruh
kemungkinan tekanan atmosfer terhadap kandungan oksigen yang mungkin, menjadi
jelas bahwa hanya ada satu wilayah unik... di mana berbagai kondisi untuk
kehidupan terpenuhi.... Ini tentunya hal yang luar biasa penting bahwa beberapa
kondisi menentukan terpenuhi pada sebuah daerah yang sempit ini dari semua kemungkinan
keadaan atmosfer.
Nilai
numerik dari atmosfer bukan hanya kita perlukan untuk bernapas, namun
menentukan bagi planet Biru kita untuk tetap biru. Jika tekanan atmosfer di
atas permukaan laut jauh lebih kecil dari nilai sekarang, laju penguapan air
akan jauh lebih tinggi. Air yang meningkat dalam atmosfer akan mengakibatkan
“efek rumah kaca” menjebak lebih banyak panas dan meningkatkan suhu ratarata
bumi. Sebaliknya, jika tekanan jauh lebih tinggi, laju penguapan air akan turun.
(Akibatnya air di laut tetap berada di laut, air di daratan akan mengalir ke
laut), membuat sebagian planet menjadi gurun pasir.
Dan
planet Biru tempat kita hidup adalah telah dirancang secara khusus dan “disempurnakan”
oleh Allah bagi manusia, Firman Allah Allah lah yang manjadikan bumi bagi kamu
tempat menetap dan langit sebagai atap. (Tersebut QS. AnNaazi’aat, 79: 30). Dan
Firman Allah, Allah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah
di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezkiNya. (termaktub dalam QS.
Al Mu’min, 40: 64).
Keseimbangan
yang Memungkinkan Kehidupan, hanyalah sedikit dari keseimbangan rumit yang
begitu menentukan bagi kehidupan di bumi.
*).
Gravitasi di Permukaan: Jika lebih kuat: atmosfer menahan terlalu banyak amonia
dan methana. Jika lebih lemah: atmosfer planet akan terlalu banyak kehilangan
air.
*).
Jarak dengan Bintang Induk (Matahari): Jika lebih jauh, planet akan terlalu
dingin bagi siklus air yang stabil. Jika
lebih dekat, planet akan terlalu panas bagi siklus air yang stabil.
*).
Ketebalan Kerak Bumi: Jika lebih tebal,
terlalu banyak oksigen berpindah dari atmosfer ke kerak bumi. Jika lebih tipis,
aktivitas tektonik dan vulkanik akan terlalu besar.
*).
Periode Rotasi: Jika lebih lama, perbedaan suhu pada siang dan malam hari
terlalu besar. Jika lebih cepat, kecepatan angin pada atmosfer terlalu tinggi.
*).
Interaksi Gravitasi dengan Bulan: Jika lebih besar, efek pasang-surut pada
laut, atmosfer dan periode rotasi semakin merusak. Jika lebih kecil, perubahan tidak langsung pada orbit menyebabkan
ketidak-stabilan iklim.
*).
Medan Magnet: Jika lebih kuat, badai elektromagnetik terlalu merusak. Jika lebih lemah, kurang
perlindungan dari radiasi yang membahayakan dari bintang.
*).
Albedo (Perbandingan antara cahaya yang dipantulkan dengan yang diterima pada
permukaan): Jika lebih besar, zaman es tak terkendali akan terjadi. Jika lebih
kecil, efek rumah kaca tak terkendali akan terjadi.
*).
Perbandingan Oksigen dengan Nitrogen di Atmosfer, Jika lebih besar, fungsi
hidup yang maju berjalan terlalu cepat. Jika lebih kecil, fungsi hidup yang
maju berjalan terlalu lambat.
*).
Kadar Karbon-dioksida dan Uap Air dalam Atmosfer: Jika lebih besar, efek rumah
kaca tak terkendali akan terjadi. Jika lebih kecil, efek rumah kaca tidak
memadai.
*).
Kadar Ozon dalam Atmosfer: Jika lebih besar, suhu permukaan bumi terlalu
rendah. Jika lebih kecil, suhu permukaan bumi terlalu tinggi; terlalu banyak
radiasi ultraviolet.
*).
Aktivitas Gempa: Jika lebih besar, terlalu banyak makhluk hidup binasa. Jika
lebih kecil: bahan makanan di dasar laut (yang dihanyutkan aliran sungai) tidak
akan didaur ulang ke daratan melalui pengangkatan tektonik.
Sekarang
tentang Rancangan pada Cahaya. Sungguh luar biasa bahwa radiasi dari matahari
(dan dari banyak rangkaian bintang) harus termampatkan dalam pita spektrum
elektromagnetik yang sangat sempit sehingga memancarkan radiasi yang tepat bagi
kesinambungan seluruh kehidupan di bumi. Panjang Gelombang yang Tepat pada Cahaya
dan Panas adalah dua perwujudan berbeda radiasi elektromagnetik. Dalam semua
perwujudannya, radiasi elektromagnetik merambat di ruang angkasa dalam
gelombang yang serupa dengan gelombang yang terbentuk ketika sebuah batu
dilemparkan ke danau. Riak air yang terbentuk oleh batu itu dapat memiliki
ketinggian yang berbeda, dan jarak antar-puncak riak mungkin bervariasi pula.
Demikian juga radiasi elektromagnetik, dapat memiliki panjang gelombang yang
berbeda.
Namun,
analogi ini sebaiknya tidak diambil terlalu jauh karena ada perbedaan yang
sangat besar dalam panjang gelombang radiasi elektromagnetik. Beberapa di
antaranya memiliki panjang beberapa kilometer sedangkan lainnya lebih pendek
dari sepermiliar sentimeter, dan panjang gelombang lain dapat ditemukan pada
spektrum kontinu dan tanpa tersela di antara kedua angka ini. Untuk
mempermudah, para ilmuwan membagi spektrum ini berdasarkan panjang gelombang,
dan mereka memberi nama berbeda bagi setiap bagian. Misalnya, radiasi dengan
panjang gelombang terpendek (sepertriliun sentimeter) disebut “sinar Gamma”;
sinar Gamma memiliki energi yang sangat besar. Panjang gelombang terpanjang
disebut “gelombang radio”; gelombang ini panjangnya mencapai beberapa kilometer
namun membawa energi sangat kecil (karena kandungan energi ini, gelombang radio
sama sekali tidak berbahaya bagi kita, sementara terpapar sinar Gamma bisa
berakibat fatal). Cahaya adalah sebuah bentuk radiasi elektromagnetik yang
terletak di antara kedua ekstrem panjang gelombang tersebut.
Hal
pertama untuk diperhatikan tentang spektrum elektromagnetik adalah betapa
lebarnya spektrum tersebut: Panjang gelombang terpanjang adalah 1E+25 kali
ukuran panjang gelombang terpendek. Misalnya, 4 miliar tahun (perkiraan umur
bumi) berarti sama dengan sekitar 1E+17 detik. Jika Kita ingin menghitung dari
1 sampai 1E+25, dan melakukannya dengan kecepatan satu angka per detik tanpa
berhenti, siang dan malam, penghitungan ini akan menghabiskan waktu 100 juta
kali lebih lama daripada umur bumi itu sendiri. Ini merupakan spektrum sangat
lebar yang di dalamnya tersebar panjang gelombang berbeda-beda dari energi
elektromagnetik alam semesta. Sekarang, yang menarik tentang hal ini adalah
bahwa energi elektromagnetik yang diradiasikan oleh matahari kita berada pada
bagian spektrum yang sangat, sangat sempit. Sebanyak 70% radiasi matahari
mempunyai panjang gelombang antara 0,3 dan 1,5 mikron, dan dalam pita sempit
tersebut terdapat tiga jenis cahaya: cahaya tampak, cahaya inframerah dekat, dan
cahaya ultraviolet.
Tiga
jenis cahaya itu tampaknya sudah cukup, namun gabungan ketiganya merupakan
bagian yang hampir tidak berarti dibandingkan keseluruhan spektrum. Mengapa
cahaya matahari dibatasi pada cakupan yang begitu sempit?
Jawaban
pertanyaan itu sangat penting karena satu-satunya radiasi yang mampu mendukung
kehidupan di bumi adalah radiasi dengan panjang gelombang yang berada dalam
batas sempit ini. Sungguh luar biasa bahwa radiasi dari matahari (dan dari
banyak rangkaian bintang) harus termampatkan dalam pita spektrum
elektromagnetik yang sangat sempit sehingga memancarkan radiasi yang tepat bagi
kesinambungan seluruh kehidupan di bumi. Sekarang, mari kita mencermati
“rancangan cahaya yang menakjubkan” ini.
Dari
Ultraviolet ke Inframerah. Telah disebutkan, terdapat selisih 1:1E+25 dalam
ukuran panjang gelombang elektromagnetik terpanjang dan terpendek. Telah
disebutkan pula bahwa kandungan energi bergantung pada panjang gelombang:
panjang gelombang lebih pendek mengandung energi lebih besar daripada panjang
gelombang lebih panjang. Perbedaan lainnya mengenai bagaimana radiasi pada
panjang gelombang yang berbeda berinteraksi dengan materi.
Bentuk-bentuk
radiasi terpendek disebut (dengan urutan panjang gelombang meningkat) “sinar
gamma”, “sinar X”, dan “sinar ultraviolet”. Semua radiasi ini memiliki
kemampuan membelah atom karena kandungan energinya yang begitu besar. Ketiga
radiasi tersebut dapat menyebabkan molekul-molekul khususnya molekul organik
terurai. Dampaknya, ketiga radiasi tersebut menguraikan materi pada level atom
atau molekul.
Radiasi
dengan panjang gelombang lebih panjang daripada cahaya tampak dimulai dari
inframerah, dan melebar hingga gelombang radio. Pengaruh radiasi ini terhadap
materi kurang serius karena energinya tidak terlalu besar.
“Pengaruh
terhadap materi” tersebut berkaitan dengan reaksi kimia. Sejumlah reaksi kimia
yang penting dapat terjadi hanya jika energi ditambahkan pada reaksi tersebut.
Energi yang dibutuhkan untuk memulai reaksi kimia disebut “ambang batas energi
(energy threshold)”. Jika energi kurang dari ambang batas ini, reaksi tidak
akan pernah dimulai dan jika energi lebih besar, tidak ada gunanya: dalam kedua
kasus, energi akan terbuang.
Dalam
keseluruhan spektrum elektromagnetik, hanya terdapat satu pita kecil yang
mempunyai energi sesuai dengan ambang batas energi. Panjang gelombangnya
berkisar antara 0,7 mikron dan 0,4 mikron, dan jika kita ingin melihatnya, kita
bisa: hanya dengan menengadahkan kepala dan melihat sekeliling, dan ini disebut
“cahaya tampak”. Radiasi ini menyebabkan terjadinya reaksi kimia dalam mata kita,
dan karena itulah kita dapat melihat.
Radiasi
yang disebut sebagai “cahaya-tampak” membentuk 41% cahaya matahari, meskipun
radiasi ini menempati kurang dari 1/1E+25 dari keseluruhan spektrum
elektromagnetik. Radiasi yang berguna untuk memulai reaksi kimia yang teratur
terdiri dari sebagian besar radiasi matahari kita. Bahwa matahari harus
meradiasikan cahaya yang begitu tepat untuk kehidupan, benar-benar merupakan
contoh rancangan yang luar biasa.
Apakah
sisa cahaya yang diradiasikan matahari ada gunanya?
Ketika
kita mengamati bagian cahaya ini, kita mendapati bahwa sebagian besar radiasi
matahari yang jatuh di luar rentang cahaya tampak berada pada bagian spektrum
yang disebut “inframerah-dekat”. Inframerah-dekat dimulai setelah cahaya tampak
berakhir dan sekali lagi, meliputi bagian yang sangat kecil dari keseluruhan
spektrum kurang dari 1/1E+25.
Apakah
sinar inframerah berguna? Ya, namun kali ini tidak ada gunanya mengamati
sekeliling karena kita tidak dapat melihatnya dengan mata telanjang. Tetapi, kita
dengan mudah dapat merasakannya: Kehangatan yang kita rasakan pada wajah saat
memandang matahari yang bersinar pada musim panas atau musim semi disebabkan
oleh radiasi inframerah dari matahari. Radiasi inframerah matahari adalah
radiasi yang membawa energi panas, yang menjaga bumi tetap panas.
Dan
bagian ketiga matahari? Apakah bermanfaat?
Kita
boleh yakin terhadapnya. Ini adalah “sinar ultraviolet-dekat” dan membentuk
bagian terkecil dari sinar matahari. Seperti semua sinar ultraviolet, sinar ini
berenergi tinggi dan dapat menyebabkan kerusakan sel hidup. Namun sinar
ultraviolet matahari merupakan jenis “paling kurang berbahaya” karena paling
dekat dengan cahaya tampak. Meskipun paparan berlebihan terhadap sinar
ultraviolet matahari telah terbukti menyebabkan kanker dan mutasi sel, sinar
ini memiliki satu manfaat: Sinar ultraviolet yang berada pada pita begitu
sempit. Dengan kata lain, semua radiasi yang dipancarkan oleh matahari penting
bagi kehidupan: tidak sedikit pun sia-sia. Yang menarik adalah bahwa semua
radiasi ini dibatasi pada cakupan 1/1E+25 dari keseluruhan spektrum
elektromagnetik, namun cukup untuk menjaga kita tetap hangat, bisa melihat, dan
memungkinkan terjadinya semua reaksi kimia yang diperlukan kehidupan.
Bahkan
kalaupun semua kondisi lain yang diperlukan kehidupan telah ada, jika cahaya
yang diradiasikan matahari jatuh pada bagian lain spektrum elektromagnetik, maka
tidak akan ada kehidupan di atas bumi ini. Sangat tidak mungkin menjelaskan
terpenuhinya persyaratan ini, yang memiliki kemungkinan 1 banding 1E+25, dengan
logika kebetulan.
Selanjutnya
tentang Fotosintesis dan Cahaya. Pada proses ini ada reaksi antara Air dan karbon-dioksida
dan cahaya matahari menghasilkan gula dan oksigen.
Saat
reaksi selesai, hasilnya adalah sebuah molekul glukosa, gula sederhana yang
merupakan elemen makanan yang penting, dan enam molekul gas oksigen. Sebagai
sumber semua makanan di planet kita, glukosa mengandung energi yang sangat
besar. Walaupun reaksi ini tampaknya sederhana, ternyata sangat rumit. Hanya
ada satu tempat di mana reaksi ini terjadi: pada tumbuh-tumbuhan. Tumbuh-tumbuhan
di dunia ini menghasilkan makanan dasar bagi semua makhluk hidup. Setiap
makhluk hidup lainnya pada akhirnya mendapat asupan glukosa dengan berbagai
cara. Binatang herbivora memakan tumbuh-tumbuhan secara langsung, dan binatang
karnivora memakan tumbuh-tumbuhan dan atau binatang lain. Manusia tidak
terkecuali. Akan tetapi, fotosintesis penting untuk alasan lain. Reaksi ini
menghasilkan dua produk: Di samping glukosa, reaksi ini juga melepaskan enam
molekul oksigen. Yang terjadi di sini adalah bahwa tumbuh-tumbuhan selalu
membersihkan atmosfer yang terus-menerus “terpolusi” oleh makhluk bernapas
manusia dan binatang, yang energinya berasal dari pembakaran dengan oksigen,
sebuah reaksi yang menghasilkan karbon-dioksida. Jika tumbuh-tumbuhan tidak
melepaskan oksigen, penghirup oksigen akhirnya akan menghabiskan semua oksigen
dalam atmosfer, dan ini akan menjadi akhir bagi makhluk-makhluk tersebut. Alih-alih,
oksigen di atmosfer secara terus-menerus diperbarui oleh tumbuh-tumbuhan.
Tanpa
fotosintesis, kehidupan tumbuh-tumbuhan tidak akan ada; dan tanpa kehidupan tumbuh-tumbuhan,
tidak akan ada kehidupan binatang atau manusia. Reaksi kimia yang mengagumkan
ini, yang belum pernah ditiru laboratorium mana pun, terjadi pada rerumputan
yang kita injak, dan pada pepohonan yang mungkin bahkan tidak pernah kita
tengok. Ini juga pernah terjadi pada sayuran di atas piring makan malam kita.
Ini merupakan salah satu proses dasar kehidupan.
Klorofil
adalah molekul yang melangsungkan fotosintesis. Mekanisme fotosintesis dimulai
dengan penyerapan cahaya matahari oleh molekul klorofil. Namun agar
fotosintesis terjadi, cahaya yang diterima harus berupa warna yang sesuai.
Cahaya dari warna yang salah tidak akan menghasilkan keajaiban ini.
Tidak
ada tumbuhan yang mampu melakukan fotosintesis kecuali dalam batas yang sangat sempit
dari panjang gelombang cahaya. Dan batasan tersebut persis dengan cahaya yang
diberikan oleh matahari.
Pada
pembahasan Cahaya pada Mata Kita, kita telah mengamati bagaimana cahaya
matahari yang hanya terdiri dari tiga berkas sempit spektrum elektromagnetik
sampai kepada kita:
+1.
Cahaya inframerah, dengan panjang gelombang lebih panjang daripada cahaya tampak
dan yang menjaga bumi tetap hangat.
+2.
Sejumlah kecil cahaya ultraviolet, dengan panjang gelombang lebih pendek
daripada cahaya tampak dan salah satu manfaatnya untuk pembentukan vitamin D.
+3.
Cahaya tampak, yang memungkinkan penglihatan dan mendukung tumbuhan
berfotosintesis.
Keberadaan
“cahaya tampak” penting untuk penglihatan biologis di samping untuk proses
fotosintesis. Alasannya adalah, tidak mungkin bagi mata biologis untuk melihat
pita spektrum mana pun di luar spektrum cahaya-tampak dan sedikit inframerah-dekat.
Merancang
mata organik yang dapat melihat bagian lain spektrum elektromagnetik ternyata
tidak mungkin di dalam dunia yang didominasi oleh kehidupan yang berbasis
karbon. Mata organik hanya dapat melihat dalam kisaran spektrum cahaya tampak.
Sementara model mata lain yang, secara teoritis, dapat dirancang, tidak ada
satu pun yang dapat melihat kisaran spektrum lain. Sinar UV, X, dan sinar Gamma
terlalu berenergi dan sangat merusak, sedangkan inframerah dan gelombang radio
terlalu lemah untuk dideteksi karena energi mereka untuk berinteraksi dengan
materi terlalu kecil. Jadi akan jelas bahwa untuk beberapa alasan berbeda, bagian
tampak spektrum elektromagnetik merupakan bagian yang sangat sesuai untuk
penglihatan biologis.
Kita
akan membahas tentang Rancangan pada Air. Sebagian besar planet kita harus diselimuti
air. Samudra dan laut menempati tiga perempat bagian permukaan bumi, sementara
pada daratannya sendiri terdapat sungai dan danau yang tidak terhitung
jumlahnya. Salju dan es di puncak gunung-gunung tinggi adalah air dalam bentuk
bekunya. Sejumlah besar air bumi berada di langit: Setiap awan mengandung
ribuan - terkadang jutaan - ton air dalam betuk uap. Dari waktu ke waktu,
sebagian uap air ini berubah menjadi tetesan dan jatuh ke tanah: dengan kata
lain, turun hujan. Bahkan udara yang kita hirup sekarang mengandung sejumlah
uap air. Air adalah zat yang dirancang secara khusus untuk menjadi dasar
kehidupan. Setiap sifat fisik dan kimianya khusus diciptakan untuk kehidupan.
Kesesuaian
Air. Betapa pentingnya cairan bagi pembentukan kehidupan. Jika hukum alam
semesta memungkinkan keberadaan zat padat atau gas saja, maka tidak akan pernah
ada kehidupan. Alasannya adalah bahwa atom-atom zat padat berikatan terlalu
rapat dan terlalu statis dan sama sekali tidak memungkinkan proses molekuler
dinamis yang penting bagi terjadinya kehidupan. Sebaliknya, dalam gas, atom-atom
bergerak bebas dan acak: Mekanisme kompleks bentuk kehidupan tidak mungkin
berfungsi dalam struktur seperti itu. Singkatnya, lingkungan cair mutlak
dibutuhkan dalam proses-proses pembentukan kehidupan. Yang paling ideal dari
semua cairan - atau tepatnya, satu-satunya cairan ideal - untuk tujuan ini
adalah air.
Sifat
Panas Air yang Luar Biasa. Ada lima macam sifat termal air yang tidak biasa:
1)
Semua zat padat yang dikenal akan menyusut jika semakin dingin. Ini juga
terjadi pada semua zat cair yang dikenal: Ketika suhunya menurun, zat cair ini
kehilangan volume. Ketika volume berkurang, kekerapan meningkat sehingga bagian
yang lebih dingin dari zat cair itu menjadi lebih berat. Ini sebabnya volume
bentuk padat suatu zat lebih besar daripada bentuk cairnya. Ada satu kasus di
mana “hukum” ini dilanggar: air. Seperti zat cair lain, volume air menyusut
ketika suhunya turun, namun ini berlaku hanya sampai pada suhu tertentu (4oC)
dan seterusnya- tidak seperti semua zat cair lainnya yang diketahui-air tiba-tiba
mengembang dan ketika akhirnya air membeku, air semakin mengembang. Sebagai
akibatnya, “air padat” lebih ringan daripada “air cair”. Menurut hukum fisika
normal, air padat, yang disebut es, seharusnya lebih berat daripada air cair,
dan seharusnya tenggelam ketika menjadi es; namun ternyata, es mengapung.
2)
Ketika es mencair atau air menguap, es atau air menyerap panas dari
lingkungannya. Ketika transisi tersebut dibalik (yaitu ketika air membeku atau
uap mengembun, panas dilepaskan. Dalam fisika istilah “panas laten (latent
heat)” digunakan untuk menggambarkan panas yang dilepaskan tersebut. Semua zat
cair mempunyai panas laten seperti itu namun air termasuk di antara zat cair
yang mempunyai panas laten tertinggi. Pada suhu “normal”, satu-satunya zat cair
dengan panas laten lebih tinggi dari air ketika membeku adalah amonia. Di sisi
lain, dalam kaitannya dengan sifat panas laten pada pengembunan, tidak ada zat
cair yang bisa mengimbangi air.
3)
“Kapasitas termal” air, yaitu jumlah panas yang diperlukan untuk meningkatkan
suhu air per satu derajat, lebih tinggi dari kebanyakan zat cair lainnya.
4)
Daya hantar panas air, kemampuannya untuk menghantarkan panas, paling tidak
empat kali lebih besar daripada zat cair lainnya.
5)
Sebaliknya, daya hantar panas es dan salju rendah.
Sebuah
Dunia Bersuhu Sedang. Kelima macam sifat termal air juga memainkan peran
penting dalam menghasilkan iklim yang ramah dan seimbang yang dimiliki bumi. Panas
laten dan kapasitas termal air yang lebih besar dibandingkan zat cair lainnya
adalah penyebab air memanas dan mendingin lebih lambat daripada daratan. Pada
daratan, perbedaan suhu antara tempat terpanas dan terdingin dapat mencapai 140oC:
di laut, perbedaan tersebut paling banyak berkisar antara 15o-20oC. Situasi
serupa terdapat dalam perbedaan suhu di malam dan siang hari: pada lingkungan
gersang di daratan, perbedaan suhu bisa mencapai 20o - 30oC; di laut,
perbedaannya tidak pernah lebih dari beberapa derajat. Dan tidak hanya laut
yang dipengaruhi seperti ini: Uap air di atmosfer juga merupakan agen
keseimbangan yang besar. Salah satu akibatnya adalah di daerah gurun di mana
uap air sangat sedikit, perbedaan antara suhu siang dan malam hari sangat
ekstrem sedangkan daerah di mana iklim laut dominan, perbedaan tersebut lebih
kecil.
Berkat
sifat-sifat termal air yang unik, perbedaan suhu antara musim panas dan musim
dingin atau antara malam dan siang yang selalu konstan dalam batasan-batasan
tertentu sehingga manusia dan bentuk kehidupan lainnya dapat bertahan hidup.
Jika permukaan dunia kita memiliki air lebih sedikit daripada daratan,
perbedaan suhu antara malam dan siang akan jauh lebih besar, bidang daratan
yang luas akan menjadi gurun, dan kehidupan tidak mungkin ada, atau setidaknya,
jauh lebih sulit. Demikian pula, jika sifat termal air tidak seperti sekarang
ini, hasilnya adalah sebuah planet yang sangat tidak sesuai untuk kehidupan.
Tekanan
Permukaan yang Tinggi. Sifat termal: yaitu sifat-sifat yang berkaitan dengan
panas. Air juga memiliki sejumlah sifat fisik yang ternyata juga sangat tepat
bagi kehidupan. Salah satunya adalah tegangan permukaan air yang sangat tinggi.
“Tegangan permukaan” didefinisikan sebagai sebuah perilaku permukaan-bebas dari
zat cair untuk menyerupai kulit elastis di bawah pengaruh tegangan. Perilaku
ini disebabkan oleh gaya tarik antara molekul-molekul dalam permukaan zat cair.
Tegangan
permukaan air jauh lebih tinggi daripada tegangan permukaan zat cair lain.
Beberapa konsekuensi biologis dari sifat ini sangat penting dan ini tampak
jelas terutama pada tanaman. Yang memungkinkan rancangan sempurna ini adalah
tegangan permukaan air yang tinggi. Jika tegangan permukaan air sama rendahnya
dengan tegangan pada kebanyakan zat cair lainnya, secara fisiologi tidak
mungkin bagi tanaman besar seperti pohon-pohonan untuk hidup di tanah kering.
Konsekuensi
penting lain dari tingginya tegangan permukaan air adalah peretakan batu.
Karena tegangan permukaannya, air bisa menembus ke celah-celah terdalam melalui
retakan-retakan terkecil di mana air membeku ketika suhu turun di bawah nol.
Seperti kita ketahui, air mempunyai sifat tidak normal dengan mengembang ketika
membeku. Pengembangan ini menimbulkan tekanan di dalam batu yang akhirnya
menyebabkan batu pecah. Proses ini sangat penting karena melepaskan mineral
yang terperangkap dalam batu ke dalam lingkungan dan juga membantu formasi
tanah.
Bagaimana
tentang Sifat-Sifat Kimia Air. Di samping sifat-sifat fisiknya, sifat-sifat
kimia air juga sangat sesuai untuk kehidupan. Di antara sifat-sifat kimia air,
yang terutama adalah bahwa air merupakan pelarut yang baik: Hampir semua zat
kimia bisa dilarutkan dalam air.
Konsekuensi
yang sangat penting dari sifat kimia ini adalah mineral-mineral dan zat-zat
yang berguna yang terkandung tanah terlarut dalam air dan dibawa ke laut oleh
sungai. Diperkirakan lima milyar ton zat dibawa ke sungai setiap tahun. Zat-zat
tersebut penting bagi kehidupan laut.
Air
juga mempercepat (mengkatalisis) hampir semua reaksi kimia yang diketahui.
Sifat kimia air yang penting lainnya adalah reaktivitas kimianya ada pada
tingkat yang ideal. Air tidak terlalu reaktif yang membuatnya berpotensi
merusak (seperti asam sulfat) dan tidak juga terlalu lamban (seperti argon yang
tidak bereaksi kimia).
Viskositas
Ideal Air. Setiap kali kita memikirkan zat cair, bayangan yang terbentuk dalam
pikiran kita adalah zat yang sangat cair. Kenyataannya, zat cair yang berbeda
memiliki tingkat viskositas (kekentalan) yang berbeda. Dan jika kita bandingkan
zat-zat cair tersebut dengan air, perbedaannya menjadi lebih jelas. Air 10 juta
kali lebih cair daripada aspal, 1.000 kali lebih cair daripada gliserin, 100
kali lebih cair daripada minyak zaitun, dan 25 kali lebih cair daripada asam
sulfat. Seperti yang ditunjukkan oleh perbandingan singkat itu, air memiliki
tingkat viskositas yang sangat rendah. Bahkan, jika kita mengabaikan beberapa
zat seperti eter dan hidrogen cair, air ternyata berviskositas lebih kecil dari
apa pun kecuali gas.
Apakah
kekentalan air yang rendah menguntungkan bagi kita? Akan berbedakah keadaan
jika zat cair vital ini memiliki kekentalan lebih besar atau lebih kecil? Kesesuaian
air akan berkurang jika kekentalan air lebih rendah. Struktur sistem kehidupan
akan bergerak jauh lebih acak di bawah pengaruh gaya-gaya deformasi jika
kekentalan air sama rendahnya dengan hidrogen cair. Jika kekentalan air sangat
lebih rendah, struktur yang rawan akan mudah dikacaukan. Dan air tidak akan
mungkin mendukung struktur mikroskopik rumit yang permanen. Jika kekentalan
lebih tinggi, gerak terkontrol makromolekul yang besar dan terutama struktur
seperti mitokondria dan organelorganel kecil tidak akan mungkin, demikian pula proses-proses
seperti pembelahan sel. Semua aktivitas penting sel akan membeku dengan
efektif, dan jenis-jenis kehidupan
seluler yang jauh menyerupai yang biasa kita kenal akan tidak mungkin ada.
Perkembangan organisme yang lebih tinggi, yang secara kritis bergantung pada
kemampuan sel untuk bergerak dan merangkak dalam fase embriogenesis, pasti
tidak mungkin terjadi jika kekentalan air sedikit saja lebih tinggi dari
kekentalan normal.
Kekentalan
air yang rendah tidak hanya penting untuk gerak seluler, namun juga untuk
sistem sirkulasi. Itulah sebabnya kekentalan air sangat penting agar sistem
sirkulasi berfungsi efisien. Jika air memiliki kekentalan seperti aspal
misalnya, pasti tidak ada jantung organisme yang dapat memompanya. Jika air
memiliki kekentalan minyak zaitun, yang lebih kecil seratus juta kali daripada
aspal, jantung mungkin bisa memompanya, namun akan sangat sulit dan darah tidak
akan pernah bisa mencapai miliaran kapiler di seluruh pelosok tubuh kita.
Unsur-Unsur
Kehidupan yang Dirancang Khusus. Di antara unsur-unsur pembentuk, karbon adalah
unsur yang paling penting. Kalau
kita mengamati karbon dengan lebih teliti, kita dapat melihat bahwa tidak hanya
susunan fisik unsur ini saja namun juga sifat kimianya dirancang secara sengaja
agar menjadi seperti seharusnya.
Karbon
murni secara alamiah terjadi dalam dua bentuk: grafit dan berlian. Tetapi
karbon juga membentuk senyawa dengan bermacam unsur lain dan hasilnya adalah
berbagai jenis zat yang berbeda. Secara khusus benda organik kehidupan yang
begitu beragam - membran sel dan kulit kayu, lensa mata dan tanduk rusa, bagian
putih telur dan racun ular - semuanya tersusun oleh senyawa-senyawa yang
berdasar karbon. Karbon, dicampur dengan hidrogen, oksigen, dan nitrogen dalam
beragam jumlah dan susunan geometrik, menghasilkan begitu beragam materi dengan
sifat-sifat yang jauh berbeda.
Baik
ditinjau dari sisi fisika atau kimia, tidak mungkin kehidupan berdasarkan pada
unsur selain karbon. Pada suatu saat, silikon dikemukakan sebagai unsur lain
yang mungkin sebagai dasar kehidupan. Ikatan kimia yang mengikat karbon ketika
membentuk senyawa organik disebut “ikatan kovalen”. Ikatan kovalen terjadi
ketika dua atom berbagi elektronnya.
Karbon
sangat piawai dalam membentuk ikatan kovalen dengan atom lain (termasuk atom
karbon) yang memungkinkan terbentuknya sejumlah besar senyawa. Salah satu
contoh dari senyawa ini yang paling sederhana adalah metana: gas biasa yang
dibentuk dari ikatan kovalen empat atom hidrogen dan satu atom karbon. Hanya
dengan enam elektron, orbit terluar karbon kekurangan empat elektron untuk
menggenapkan menjadi delapan, tidak seperti oksigen yang kekurangan dua, dan
karena inilah, empat atom hidrogen diperlukan untuk melengkapinya.
Terdapat
kelompok senyawa penting lain bentukan dari karbon, hidrogen, dan oksigen yang
berikatan kovalen satu dengan lainnya. Dalam kelompok ini kita temukan alkohol
seperti etanol dan propanol, keton, aldehid, dan asam lemak, sebagai salah satu
dari sekian banyak senyawa. Kelompok senyawa lain yang tersusun dari karbon,
hidrogen, dan oksigen adalah gula, yang mencakup glukosa dan fruktosa.
Selulosa
yang menyusun kerangka kayu dan bahan kertas mentah adalah karbohidrat. Begitu
juga dengan cuka. Demikian pula lilin lebah dan asam formiat. Setiap senyawa
dan bahan-bahan yang begitu beragam yang terbentuk alami di dunia kita ini “tidak
lebih” merupakan susunan berbeda dari karbon, hidrogen, dan oksigen yang diikat
bersama oleh ikatan kovalen.
Ketika
karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen membentuk ikatan seperti itu, hasilnya
adalah sekelompok molekul yang merupakan dasar dan struktur kehidupan itu
sendiri: asam amino yang menyusun protein. Nukleotida yang menyusun DNA juga
merupakan molekul yang dibentuk dari karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen.
Singkatnya,
ikatan kovalen yang mampu dibentuk oleh atom karbon sangat penting untuk
keberadaan kehidupan. Ikatan hidrogen, karbon, nitrogen, dan oksigen tidak
terlalu “berani” saling berbagi elektron, maka kehidupan tidak akan mungkin.
Yang
memungkinkan karbon membentuk ikatan-ikatan tersebut adalah sebuah sifat yang
disebut para ahli kimia sebagai “keadaan meta-stabil”, sebuah keadaan dengan
ambang yang sangat tipis di atas stabil. Molekul meta-stabil berarti molekul
yang mampu melepaskan energi bebas dengan transformasi, namun cukup stabil
untuk bertahan lama kecuali diaktifkan oleh panas, radiasi, atau penyatuan
dengan katalis. Akan tetapi, tepat di sinilah karbon mulai membuat penasaran
karena karbon meta-stabil hanya dalam kisaran suhu yang sangat sempit. Lebih
tepatnya, senyawa karbon menjadi sangat tidak stabil jika suhu di atas 100oC.
Sesungguhnya
sebagian besar senyawa karbon menjadi “tidak alami” pada suhu di atas 100oC,
sebagian besar vitamin misalnya, terurai begitu saja; gula juga mengalami
perubahan struktur dan kehilangan sebagian nilai gizi; dan pada suhu sekitar
150oC, senyawa karbon akan mulai terbakar.
Dengan
kata lain, jika atom karbon harus melakukan ikatan kovalen dengan atom-atom
lain dan jika senyawa yang dihasilkan harus tetap stabil, maka suhu lingkungan
harus tidak lebih dari 100oC. Sebaliknya batas bawah adalah sekitar 0oC: Jika
suhu turun jauh di bawah 0oC, biokimia organik menjadi tidak mungkin.
Saat
ini, kita tentu sudah mendapati kesamaan antara kisaran suhu yang diperlukan
untuk pembentukan dan kestabilan ikatan kovalen senyawa karbon dan kisaran suhu
yang umum pada planet kita. Seluruh alam semesta, suhu berkisar dari jutaan
derajat dalam pusat bintang sampai nol derajat mutlak (273,15oC). Namun bumi,
yang telah diciptakan untuk umat manusia agar hidup di dalamnya, memiliki
kisaran suhu sempit yang mutlak diperlukan bagi pembentukan senyawa karbon
sebagai unsur pembentuk kehidupan.
Namun
“kebetulan” yang menarik tidak berakhir di sini. Kisaran suhu yang sama
merupakan satu-satunya keadaan di mana air tetap cair. Air yang cair merupakan
salah satu syarat utama kehidupan, untuk tetap cair, air memerlukan suhu yang
tepat sama dengan suhu senyawa karbon agar dapat terbentuk dan stabil. Tidak
ada “hukum” fisika atau alam yang mengharuskan keadaan seperti ini, dan
berdasarkan fakta ini, terbukti bahwa sifat fisik air dan karbon dan keadaan
planet bumi diciptakan selaras antara satu dan lainnya.
Ikatan
Lemah dari Ikatan kovalen bukan satu-satunya bentuk ikatan kimia yang menjaga
kestabilan senyawa-senyawa bagi kehidupan. Terdapat jenis ikatan lain dan
berbeda yang dikenal sebagai “ikatan lemah”. Ikatan ini sekitar dua puluh kali
lebih lemah daripada ikatan kovalen, dari sinilah asal namanya; namun ikatan
tersebut tidak kurang penting bagi proses-proses kimia organik. Berkat ikatan
yang lemah ini, protein yang membangun unsur pembentuk makhluk hidup mampu
menjaga struktur tiga dimensi yang rumit dan sangat vital. Untuk
menerangkannya, kita harus membahas secara ringkas struktur protein. Protein
biasanya digambarkan sebagai sebuah “rantai” asam amino. Pada dasarnya pengandaian
ini benar, namun tidak lengkap. Pengandaian ini tidak lengkap, karena bagi
kebanyakan orang sebuah “rantai asam amino” dibayangkan sebagai suatu untaian
mutiara sedangkan asam amino yang menyusun protein memiliki struktur tiga
dimensi yang lebih menyerupai sebatang pohon dengan cabang-cabang berdaun.
Ikatan
kovalen adalah ikatan yang menahan atom-atom asam amino untuk bersatu. Ikatan
yang lemah adalah ikatan yang menjaga struktur tiga dimensi yang penting dari
asam-asam tersebut. Tidak ada protein bisa bertahan tanpa ikatan yang lemah ini.
Dan tentu saja tanpa protein, tidak akan ada kehidupan.
Sekarang
yang menarik dari masalah ini adalah bahwa kisaran suhu yang memungkinkan
ikatan lemah terbentuk sama dengan kisaran suhu yang terdapat di bumi. Hal ini
agak aneh karena sifat fisik maupun kimia ikatan kovalen versus ikatan lemah
merupakan hal yang sangat berbeda dan saling tidak berhubungan. Dengan kata
lain, tidak ada alasan mengapa ikatan-ikatan tersebut memerlukan kisaran suhu
yang sama. Namun begitulah kedua ikatan tersebut: Kedua tipe ikatan tersebut
hanya dapat terbentuk dan tetap stabil dalam kisaran suhu yang sempit itu. Andaikan
tidak - andaikan ikatan kovalen memerlukan kisaran suhu yang sangat berbeda
dari ikatan yang lemah, misalnya - maka ikatan tersebut tidak akan mungkin
membentuk struktur tiga dimensi rumit yang dibutuhkan protein.
Segala
sesuatu yang telah kita ketahui tentang keluar-biasaan sifat-sifat kimia atom
karbon menunjukkan bahwa terdapat keselarasan di antara unsur ini, yang
merupakan pembentuk dasar kehidupan, air yang juga penting bagi kehidupan, dan
planet bumi yang merupakan tempat bernaung kehidupan tersebut. Dari kisaran
suhu yang sangat besar di alam semesta, hanya terdapat satu pita sempit suhu
yang didalamnya kita memiliki (1) air yang cair, (2) senyawa organik meta-stabil
yang melimpah, dan (3) ikatan lemah untuk menstabilkan struktur tiga dimensi
molekul yang rumit. Dari seluruh benda di ruang angkasa yang kita amati, “pita
sempit suhu” ini hanya ada di bumi. Demikian pula, hanya di bumi, dua pembentuk
dasar kehidupan, karbon dan air - ditemukan dalam persediaan melimpah.
Semua
itu menunjukkan bahwa atom karbon beserta sifat-sifat luar biasanya dirancang
secara khusus untuk kehidupan dan bahwa planet kita diciptakan untuk menjadi
tempat tinggal bagi kehidupan berbasis karbon.
Selanjut
Rancangan pada Oksigen. Kita telah mengetahui bagaimana karbon merupakan unsur
pembentuk makhluk hidup yang paling penting dan bagaimana karbon dirancang
secara khusus untuk memenuhi fungsi tersebut. Tetapi keberadaan semua bentuk
kehidupan berbasis karbon mutlak bergantung pada hal kedua: energi. Energi
adalah kebutuhan yang mutlak bagi kehidupan.
Tanaman
hijau memperoleh energi mereka dari matahari melalui proses fotosintesis. Bagi
makhluk hidup lain di bumi - termasuk kita – satu-satunya sumber energi adalah
sebuah proses yang disebut “oksidasi” ( “pembakaran”). Energi organisme
penghirup oksigen diperoleh dari pembakaran makanan yang berasal dari tumbuhan
dan binatang. Seperti yang kita tebak dari istilah “oksidasi”, pembakaran
tersebut merupakan reaksi kimia yang menjadikan zat-zat teroksidasi, dengan
kata lain, zat-zat digabungkan dengan oksigen. Karena itulah oksigen sama
mutlaknya bagi kehidupan seperti karbon dan hidrogen. Artinya bahwa ketika
senyawa karbon dan oksigen bergabung (tentu di bawah kondisi yang tepat),
sebuah reaksi berlangsung sehingga menghasilkan air dan karbon dioksida dan
melepaskan energi yang besar. Reaksi ini paling mudah terjadi pada hidrokarbon
(senyawa hidrogen dan karbon). Glukosa (sejenis gula yang juga hidrokarbon)
adalah senyawa yang secara tetap dibakar dalam tubuh kita untuk menjaga agar
tubuh tetap mendapat pasokan energi.
Begitulah,
hidrogen dan karbon yang menyusun hidrokarbon merupakan unsur yang paling
sesuai untuk berlangsungnya oksidasi. Di antara semua atom lainnya, hidrogen
paling mudah bergabung dengan oksigen dan melepaskan energi paling banyak dalam
proses tersebut. Jika Kita memerlukan bahan bakar untuk membakar dalam oksigen,
kita tidak dapat menemukan yang lebih baik daripada hidrogen. Reaksi-reaksi
kimia, yang karena banyak alasan lain tampak paling sesuai untuk proses
fisiologi, ternyata merupakan reaksi yang mampu mengalirkan energi melimpah ke
dalam arus kehidupan.
Rancangan
pada Api (atau Mengapa Kita Tidak Langsung Terbakar).
Sebagaimana
kita ketahui, reaksi dasar yang melepaskan energi yang diperlukan bagi
kelangsungan organisme penghirup oksigen adalah oksidasi hidrokarbon. Tetapi
fakta sederhana ini menimbulkan pertanyaan menyulitkan: Jika tubuh kita
tersusun terutama oleh hidrokarbon, mengapa hidrokarbon dalam tubuh tidak
teroksidasi juga? Dengan kata lain, mengapa kita tidak langsung terbakar?
Tubuh
kita secara terus-menerus berhubungan dengan oksigen dalam udara namun tidak
teroksidasi: tubuh tidak terbakar. Mengapa tidak?
Alasan
bagi keadaan yang bertolak belakang ini adalah bahwa di bawah suhu dan tekanan
normal, oksigen dalam bentuk molekul (O2) memiliki tingkat kelembaman
(keengganan) atau “nobilitas” (keengganan atau ketidakmampuan sebuah zat untuk
melakukan reaksi kimia dengan zat lain) yang besar. Namun hal ini menimbulkan
pertanyaan lain. Jika molekul oksigen begitu “enggan” sampai menghindar dari
membakar kita, bagaimana molekul yang sama berhasil melakukan reaksi kimia di
dalam tubuh kita?
Jawaban
untuk pertanyaan ini, adalah pada keberadaan enzim dalam tubuh manusia yang
berfungsi hanya untuk memaksa O2 di atmosfer untuk memasuki reaksi kimia.
Sebagai hasil serangkaian langkah yang sangat rumit, enzim tersebut menggunakan
atom besi dan tembaga dalam tubuh kita sebagai katalis. Katalis adalah senyawa
yang memulai sebuah reaksi kimia dan memungkinkan reaksi tersebut berlanjut
dalam keadaan berbeda (misalnya suhu yang lebih rendah, dan lain-lain) yang
mestinya tidak mungkin apabila tanpa katalis.
Dengan
kata lain, terdapat hal yang sangat menarik: Oksigen merupakan unsur yang
mendukung oksidasi dan pembakaran, dan wajar orang berharap oksigen akan
membakar kita juga. Untuk mencegahnya, bentuk molekul O2 oksigen yang ada di
atmosfer diberi sifat kelembaman kimia yang kuat. Karena itulah oksigen tidak
mudah bereaksi. Namun di lain sisi, tubuh kita bergantung pada sifat pembakaran
oksigen untuk energi tubuh dan karena alasan itulah sel-sel kita dilengkapi
dengan sistem enzim yang sangat rumit yang membuat gas “enggan” tersebut sangat
reaktif.
Selagi
dalam bahasan ini, perlu ditunjukkan pula bahwa sistem enzim merupakan contoh
rancangan yang begitu mengagumkan sehingga teori evolusi yang menyatakan bahwa
kehidupan muncul kebetulan tidak akan pernah mampu menjelaskannya.
Terdapat
pencegahan lain agar tubuh kita tidak terbakar, yang disebut sebagai “sifat
kelembaman karbon”. Artinya, karbon tidak terlalu mudah juga dalam bereaksi
dengan oksigen di bawah tekanan dan suhu normal. Dijelaskan dengan bahasa
kimia, semua ini tampak agak sulit dimengerti, namun sebetulnya yang akan
digambarkan di sini adalah sesuatu yang pasti sudah diketahui siapa pun yang
pernah menyalakan perapian dengan tumpukan kayu atau tungku batubara pada musim
dingin. Agar api mulai menyala, kita harus menyiapkan banyak perlengkapan
(bahan bakar, pemantik dan lain-lain) atau meningkatkan dengan tiba-tiba suhu
bahan bakar sampai derajat sangat tinggi (seperti dengan obor). Tetapi sekali
bahan bakar itu terbakar, karbon di dalamnya bereaksi dengan oksigen dengan
cepat dan energi dilepaskan dalam jumlah besar. Itulah sebabnya sangat sulit
menyalakan api tanpa sumber panas lain. Namun setelah pembakaran dimulai, panas
yang tinggi dihasilkan dan menyebabkan senyawa karbon lain yang terdekat ikut
terbakar sehingga api menyebar.
Jika
kita mencermati masalah ini, kita dapat melihat bahwa api itu sendiri adalah
contoh rancangan paling menarik. Sifat kimia oksigen dan karbon telah dirancang
sedemikan rupa sehingga kedua unsur tersebut saling bereaksi (pembakaran) hanya
ketika terdapat panas tinggi. Ini juga bagus karena jika sebaliknya, kehidupan
di planet ini tidak akan menyenangkan atau bahkan tidak mungkin. Andaikan
oksigen dan karbon hanya sedikit lebih mudah saling bereaksi, pembakaran
spontan — penyalaan dengan sendirinya — dari manusia, pohon, dan binatang akan
menjadi kejadian yang lumrah ketika cuaca terlalu hangat. Misalnya, seorang
yang berjalan melalui gurun bisa secara tiba-tiba terbakar di siang hari sangat
terik; tanaman dan binatang akan dihadapkan pada risiko yang sama. Bahkan andaikan
kehidupan mungkin ada dalam dunia seperti itu, benar-benar tidak akan
menyenangkan.
Sebaliknya,
andaikan karbon dan oksigen sedikit lebih lembam (yaitu agak kurang reaktif)
dari sekarang ini, akan lebih sulit menyalakan api: bahkan mungkin mustahil.
Dan tanpa api, kita bukan saja tak mampu menjaga tubuh tetap hangat: besar
kemungkinan bahwa tidak akan ada kemajuan teknologi di planet kita, karena
kemajuan tersebut bergantung pada kemampuan mengolah bahan-bahan seperti logam;
dan tanpa panas yang disediakan oleh api, pemurnian dan pengolahan logam
menjadi mustahil.
Semua
hal tersebut menunjukkan bahwa sifat-sifat kimia karbon dan oksigen disusun
agar sangat sesuai bagi kebutuhan umat manusia. Ketidak-reaktifan atom karbon
dan oksigen pada suhu lingkungan, digabungkan dengan energi sangat besar yang
dilepaskan begitu pembakaran dimulai, benar-benar cocok bagi kehidupan di bumi.
Kombinasi aneh ini tidak hanya menyediakan energi melimpah bagi kehidupan
tingkat tinggi dari oksidasi yang terkendali dan teratur, namun juga
memungkinkan penggunaan api terkendali oleh umat manusia, serta memungkinkan
pemanfaatan energi pembakaran yang melimpah bagi kemajuan teknologi.
Dengan
kata lain, karbon dan oksigen telah diciptakan dengan sifat-sifat yang paling
sesuai untuk kehidupan manusia. Sifat-sifat kedua unsur ini memungkinkan kita
menyalakan api dan memanfaatkannya senyaman mungkin. Lebih jauh lagi, dunia
penuh dengan sumber karbon (misalnya kayu) yang sesuai bagi pembakaran. Semua
itu merupakan petunjuk bahwa api dan bahan-bahan untuk memulai dan
mempertahankannya diciptakan khusus sesuai bagi kehidupan manusia. Allah
berfirman, berpesan Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, maka
tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu. (termaktub dalam QS. Yaasiin, 36:
80) !
Daya
Larut Ideal Oksigen.
Penggunaan
oksigen oleh tubuh sangat bergantung pada sifat gas untuk larut dalam air.
Oksigen yang masuk ke dalam paru-paru kita saat kita menarik napas segera
dilarutkan dalam darah. Protein yang disebut hemoglobin menangkap molekul-molekul
oksigen dan membawanya ke sel tubuh lainnya di mana, berkat sistem enzim khusus
yang dijelaskan sebelumnya, oksigen digunakan untuk mengoksidasi senyawa karbon
yang disebut ATP untuk melepaskan energinya. (ATP adalah Adenosina trifosfat –
ATP, adalah suatu nukleotida yang dalam biokimia dikenal sebagai "satuan
molekular" pertukaran energi intraselular; artinya, ATP dapat digunakan
untuk menyimpan dan mentranspor energi kimia dalam sel. ATP juga berperan
penting dalam sintesis asam nukleat. Molekul ATP juga digunakan untuk menyimpan
energi yang dihasilkan tumbuhan dalam respirasi seluler.)
Semua
organisme kompleks memperoleh energi mereka dengan cara ini. Tetapi operasi
sistem ini bergantung terutama pada daya larut oksigen. Jika oksigen tidak
cukup larut, oksigen yang akan memasuki darah dan sel tidak akan cukup dan
tidak akan bisa menghasilkan energi yang mereka butuhkan; di lain sisi, jika
oksigen sangat larut, darah akan kelebihan oksigen dan menyebabkan kondisi yang
dikenal sebagai keracunan oksigen.
Perbedaan
daya larut dalam air dari gas yang berbeda bervariasi dengan faktor mencapai
sejuta. Yaitu, gas yang paling mudah larut sejuta kali lebih gampang terlarut
dalam air daripada gas yang paling tidak mudah larut, dan sangat sulit
menemukan gas-gas dengan daya larut sama. Misalnya, karbon dioksida larut dua
puluh kali lebih mudah dalam air daripada oksigen. Tetapi di antara kisaran
daya larut yang mungkin dimiliki, daya larut oksigen benar-benar sesuai untuk
kebutuhan kehidupan manusia.
Apa
yang akan terjadi jika daya larut oksigen dalam air berbeda: sedikit lebih
rendah atau sedikit lebih tinggi?
Mari
kita cermati kemungkinan pertama. Jika oksigen kurang larut dalam air (dan juga
dalam darah), oksigen yang masuk ke aliran darah hanya sedikit dan sel-sel
tubuh akan kekurangan oksigen. Ini akan membuat kehidupan sangat sulit bagi
organisme bermetabolisme aktif seperti manusia. Betapapun hebatnya kita
bernapas, kita secara terus-menerus akan menghadapi bahaya mati lemas karena
tidak cukup oksigen yang sampai ke dalam sel-sel tubuh Kita.
Sebaliknya,
jika daya larut oksigen dalam air lebih tinggi, kita akan dihadapkan pada
ancaman keracunan oksigen, yang dijelaskan di atas. Sebetulnya, oksigen
merupakan zat yang berbahaya: Jika sebuah organisme mendapatkan terlalu banyak
oksigen, akibatnya bisa fatal. Sebagian oksigen dalam darah bereaksi dengan air
darah. Jika jumlah oksigen yang terlarut terlalu tinggi, maka dihasilkan zat
yang sangat reaktif dan merusak. Salah satu fungsi sistem enzim darah yang
rumit adalah untuk mencegah keracunan itu terjadi. Namun jika jumlah oksigen
terlarut terlalu tinggi, enzim tersebut tidak bisa mengerjakan tugasnya.
Sebagai akibatnya, setiap napas yang kita hirup akan meracuni kita dan
mengakibatkan kematian dengan cepat. Semua organisme yang bernapas terjebak
dalam perangkap berbahaya. Oksigen yang mendukung kehidupannya justru racun
bagi mereka, dan mereka bertahan hidup di bawah ancaman bahaya, hanya dengan
bergantung pada mekanisme pertahanan yang rumit.
Yang
menyelamatkan kita dari perangkap ini—dari keracunan akibat terlalu banyak
oksigen atau dari kematian yang disebabkan tidak cukupnya oksigen merupakan
fakta bahwa daya larut oksigen dan sistem enzim yang rumit dari tubuh telah
dirancang secara cermat dan diciptakan sebagaimana seharusnya. Gamblangnya,
Allah tidak hanya telah menciptakan udara yang kita hirup, namun juga sistem
yang memungkinkan menggunakan udara itu dalam keselarasan sempurna dengan yang
lainnya.
Dan
untuk Unsur-unsur lain.
Karbon
dan oksigen tentu saja bukan satu-satunya unsur yang dirancang dengan sengaja
untuk memungkinkan kehidupan. Unsur-unsur seperti hidrogen dan nitrogen, yang
menyusun sebagian besar tubuh makhluk hidup, juga memiliki sifat-sifat yang
memungkinkan kehidupan. Kenyataannya, tidak terdapat satu pun unsur yang tidak berperan dalam mendukung
kehidupan.
Terdapat
sembilan puluh dua unsur mulai dari hidrogen (paling ringan) sampai uranium
(paling berat). (Tentu saja terdapat unsur-unsur lain di luar uranium, namun
unsur-unsur tersebut tidak terbentuk secara alamiah dan semuanya dibuat dalam
kondisi laboratorium. Tidak satu pun dari unsur-unsur tersebut stabil). Dari
kesembilan puluh dua unsur tersebut, dua puluh lima di antaranya secara
langsung berperan penting untuk kehidupan, dan di antaranya, hanya sebelas –
hidrogen, karbon, oksigen, nitrogen, sodium, magnesium, fosfor, belerang,
klorin, potasium, dan kalsium—yang menyusun sekitar 99% berat badan hampir
semua jenis makhluk hidup. Empat belas unsur lainnya (vanadium, kromium,
mangan, besi, kobalt, nikel, tembaga, seng, molibdenum, boron, silikon,
selenium, flurin, dan iodin) muncul dalam organisme kehidupan hanya dalam
jumlah yang sangat kecil, meskipun begitu unsur-unsur tersebut memiliki fungsi-fungsi
yang sangat penting. Tiga unsur, arsenik, timah, dan tungsten, ditemukan pada
beberapa makhluk hidup di mana unsur-unsur tersebut melakukan fungsi yang tidak
bisa benar-benar dipahami. Tiga unsur lain—bromin, strontium, dan barium—
diketahui terdapat pada kebanyakan organisme, tetapi fungsi-fungsinya masih
merupakan misteri.
Spektrum
lebar ini mencakup atom-atom dari setiap rangkaian yang berbeda, yang unsur-unsurnya
dikelompokkan berdasarkan sifat-sifat atomnya. Ini menunjukkan bahwa seluruh
kelompok unsur penting untuk kehidupan, dengan cara bagaimanapun. Unsur-unsur
biologi tampaknya telah diseleksi, dan ini berarti bahwa hampir semua jenis
sifat kimia berkaitan dengan proses kehidupan dalam batasan-batasan yang
ditentukan oleh lingkungan. Bahkan unsur radioaktif berat telah dirancang untuk
berperan bagi kehidupan manusia. Radioaktif alamiah sangat berkaitan dengan
kenyataan bahwa inti bumi mampu mempertahankan panasnya. Panas tersebut menahan
inti, yang terdiri dari besi dan nikel, agar tetap cair. Inti cair ini
merupakan sumber medan magnet bumi, membantu melindungi planet dari radiasi dan partikel berbahaya dari luar
angkasa, di samping melakukan fungsi-fungsi lain. Bahkan gas dan unsur lembam
seperti logam-logam langka di bumi, yang tampaknya tidak satu pun mendukung
kehidupan, jelas ada disebabkan oleh tuntutan untuk memastikan bahwa rangkaian
unsur bentukan alami hanya sampai pada uranium.
Singkatnya,
bisa dikatakan bahwa semua unsur yang kita ketahui keberadaannya memiliki suatu
peran bagi kehidupan manusia. Tidak satu pun dari unsur-unsur tersebut yang
keberadaannya berlebihan ataupun tidak bertujuan. Situasi ini merupakan bukti
lebih jauh bahwa alam semesta ini diciptakan oleh Allah untuk umat manusia.
Air
dan Metana, dua contoh Ikatan Kovalen yang Berbeda.
Dalam
molekul air (atas), terdapat ikatan kovalen antara dua atom hidrogen dan satu
atom oksigen. Dalam molekul metana (bawah), empat atom hidrogen membentuk
ikatan kovalen dengan sebuah atom karbon.
Ikatan
Kovalen: Atom secara kuat diikat ke atom lain.
Ikatan
yang lemah: sebuah senyawa organik dibentuk dalam sebuah struktur tiga dimensi
oleh ikatan (garis putus) yang lemah (ikatan nonkovalen)
Demikianlah
yang kuterima, hal-hal yang belum jelas bisa kita diskusikan selama bumi
membentuk dirinya”, ujar Semar mengakhiri uraiannya.
“Luar
biasa begitu sempurnanya dan terperincinya Hyang Esa Allah Azza wa Jalla
membentuk bumi kita ini kakang”. “Yah Togog, dan aku sangat beruntung
memperoleh pencerahan langsung dariNya secara wangsit. Jika kita tidak memiliki
ajian ‘Pustaka Darla’, mustahil kita akan memahami maksud dari pesan yang
terkirim dan menyerap semua yang termaktub pada uraian-Nya. Jadi itulah yang
aku harus perhatikan sebagai petunjuk dan syarat-syarat pekerjaanku”, ujar
Semar tampak bahagia dan bangga mendapat pencerahan berharga.
Togog
mengantar saudara tuanya ke bumi dari tempat dimana mereka semula berkeliling
mengawasi perputaran rotasi ke-8 planet-planet mengitari matahari, begitu indah
dan mempesona. Waktu terjadinya pembentukan matahari dan ke-8 planet yang
mengelilinginya diperkirakan 4.6 milliar tahun BC atau 9.1 miliar tahun setelah
Dentuman Besar. Kemudian sedikit demi sedikit tubuh mereka menyusut dari
‘triwikrama’-nya menjadi setinggi 50m ketika memasuki atmosfir ‘bayi’ bumi yang
tampak masih bergejolak dengan gelombang luapan-luapan lava dan lahar panasnya.
Togog
memeluk erat saudara tuanya sebelum Semar tenggelam dalam tapa-bratanya dan
sebelum dia beranjak mengejar jejak Iblis Azazil. Dia melihat Semar sudah
memilih tempat semedi diantara gelombang lautan lava dan kabut gas-gas panas.
Togog segera lenyap terbang untuk melakukan tugas bagiannya.
(BERSAMBUNG).
** & **
No comments:
Post a Comment
Terima kasih telah berkunjung ke Blog saya, semoga semua hari-hari anda sejahtera dan sukses selalu, diberi petunjuk oleh-Nya, amin.