Awal
Waktu Prasejarah (sesi 4/8 sesi).
Di
keheningan dan di kegelapan tidak menentu dan ketidak beraturan suasana dari
jagat raya dini paska Dentuman Besar, Semar dan Togog merencanakan langkah
selanjutnya sesuai tugas dari Yang Maha Kuasa. Mereka berhasil menggagalkan
upaya Iblis Azazil menghancurkan ‘bayi’ jagat raya dan mengusirnya. Tetapi
tampaknya ada yang mengganjal di hati Semar tampak dari raut mukanya yang
ditarik lebih serius.
“Ada
yang salah dari langkah kita kakang (kakak)?”, Togog membuka percakapan.
“Sadarkah
kau Togog, kita tidak tahu bagaimana proses jagat raya sebelum kita menembus
lorong waktu ke mari, dan Azazil mengacak-ngacak dengan ‘lubang hitam
buatannya?’, dan kita diberi kesempatan berada di masa milyaran tahun ke masa
lalu, diberi wewenang ‘mengubah dan menata-ulang jika perlu alur sejarah yang
sudah berjalan dahulu’, kita hanya diberi wangsit (bisikan berupa ilham, untuk
para Nabi bernama ‘wahyu’)”, ujar Semar tampak agak galau.
“Bisa
kakang jelaskan wangsit dari Yang Maha Kuasa Allah SWT. ?”, kata Togog mulai
menatap serius saudara tuanya.
Maka
Semarpun menguraikan penjelasan yang ia terima melalui wangsit itu seperti
diuraikan di bawah berikut.
Hanya
dalam beberapa jam setelah Dentuman Besar, produksi helium dan unsur-unsur lain
berhenti. Dan setelah itu untuk kira-kira sejuta tahun berikutnya tidak banyak
yang terjadi dalam jagat raya ini, kecuali bahwa pemuaian berlanjut dan
temperatur terus menurun. Akhirnya setelah temperatur telah turun ke beberapa ribu
derajat, elektron serta inti tidak cukup besar lagi energinya untuk mengalahkan
tarikan elektromagnetik antara keduanya, mulailah terbentuk atom-atom. Jagat
raya secara keseluruhan terus memuai dan mendingin, tetapi dalam kawasan yang
sedikit lebih rapat daripada rata-rata, pemuaian itu melambat disebabkan
tarikan gravitasi ekstra. Akhirnya pemuaian di beberapa kawasan terhenti dan
mulailah runtuh (mengerut) kembali oleh tarikan inti. Sambil runtuh, kawasan
itu mulai berputar karena tarikan gravitasi oleh materi di luarnya. Makin kecil
kawasan yang runtuh ini, makin cepat kawasan ini berpusing. Selanjutnya bila
kawasan itu menjadi cukup kecil, pusingannya cukup cepat untuk mengimbangi
gravitasi. Dengan cara ini terbentuklah galaksi putar yang mirip cakram.
Kawasan lain yang kebetulan tidak berputar akan menjadi obyek berbentuk lonjong
dan disebut galaksi lonjong (oval). Dalam galaksi ini, kawasan itu berhenti
runtuh karena bagian-bagiannya beredar mengitari pusatnya dengan stabil, tetapi
secara keseluruhan galaksi ini tidak berputar.
Dengan
mengalirnya waktu, gas hidrogen dan helium dalam galaksi-galaksi akan
terbagi-bagi dalam awan-awan yang lebih kecil yang akan runtuh oleh
gravitasinya sendiri. Dengan mengerutnya awan ini, dan atom-atom di dalamnya
saling bertabrakan, temperatur gas akan meningkat, sampai akhirnya menjadi
cukup panas memulai reaksi nuklir paduan. Reaksi ini akan mengubah hidrogen
menjadi helium. Kalor yang dibebaskan akan menaikkan tekanan dan awan itu
berhanti mengerut. Kawasan ini akan tetap stabil dalam keadaan ini untuk waktu
lama. Bintang dan matahari adalah salah satu contohnya. Hidrogen diubah terus
menjadi helium dan energi yang dihasilkan dipancarkan ke luar sebagai kalor dan
cahaya.
Bintang
yang lebih masif perlu lebih banyak panas untuk mengimbangi tarikan gravitasi
yang lebih kuat. Reaksi paduan nuklir terpaksa berlangsung jauh lebih cepat
sehingga akhirnya hidrogen akan habis hanya dalam waktu 100E+6 tahun. Kemudian
bintang itu akan sedikit mengerut dan temperatur meningkat lagi. Pada
temperatur yang tinggi mulailah helium diubah menjadi unsur yang lebih berat,
misalnya karbon atau oksigen. Reaksi ini tidak cukup banyak menghasilkan energi
sehingga akan timbul krisis.
Yang
terjadi berikutnya tidaklah jelas benar, namun tampaknya kawasan pusat bintang
akan runtuh ke keadaan sangat rapat seperti misalnya bintang neutron atau
lubang hitam. Kawasan luar bintang itu kadang dapat meledak menjadi suatu supernova (ledakan dari suatu bintang di galaksi yang memancarkan energi lebih
banyak dari nova. Peristiwa supernova ini menandai berakhirnya riwayat suatu
bintang.), yang cahayanya mengalahkan cahaya semua bintang dalam galaksi
itu. Beberapa unsur kimia yang lebih berat dihasilkan menjelang kematian
bintang itu akan terlempar keluar dalam bentuk gas dalam galaksi, dan akan
merupakan bahan baku untuk pembuatan bintang generasi berikutnya.
Matahari
kita sendiri mengandung unsur berat ini sebanyak 2% massanya, karena matahari
adalah bintang generasi kedua dan ketiga, yang terbentuk sekitar 5E+9 tahun
yang lalu dari awan yang berupa gas putar yang mengandung debu-debu dari
supernova sebelumnya. Kebanyakan gas dalam awan membentuk matahari atau tertiup
pergi, namun sedikit unsur yang lebih berat akan terkumpul bersama-sama dan
membentuk benda langit yang sekarang beredar mengitari matahari sebagai planet
bumi kita ini.
Gambaran
suatu jagat raya yang berawal sangat panas dan mendingin karena memuai ini
cocok dengan semua bukti pengamatan yang kita punyai dewasa ini. Meskipun
demikian ada sejumlah pertanyaan yang tetap belum terjawab;
+1.
Mengapa jagat raya yang dini itu begitu panas?.
+2.
Mengapa dalam skala besar jagat raya itu begitu seragam? Mengapa tampak sama
pada semua titik ruang dan dalam semua arah? Terutama, mengapa temperatur
radiasi latar belakang gelombang mikro begitu mirip bila kita memandang ke
arah-arah yang berlainan?. Dan dalam model jagat raya seperti tersebut di atas,
tidak ada waktu sejak Dentuman Besar bagi cahaya untuk merambat dari suatu
kawasan yang jauh kekawasan yang lain, meskipun kawasan-kawasan itu mula-mula
berdekatan dalam jagat raya yang dini. Menurut teori relativitas, jika cahaya
saja tidak dapat sampai dari satu kawasan ke kawasan lain, tidak ada informasi
lain yang dapat disampaikan. Jadi tidak ada cara kawasan-kawasan yang
berbeda-beda dalam jagat raya dini itu sama-sama temperaturnya, kecuali kalau
kebetulan kawasan-kawasan itu berawalkan temperatur yang sama. Suatu kebetulan
yang sebabnya tidak dapat dijelaskan.
+3.
Mengapa jagat raya memulai dengan laju begitu dekat dengan nilai kritis,
sehingga memisahkan model-model yang memuai abadi, sehingga bahkan sekarang,
10E+9 tahun sesudahnya, jagat raya itu masih memuai dengan laju yang mendekati
laju kritis? Seandainya sedetik setelah dentuman besar laju pemuaian itu lebih
kecil, sebanyak bahkan 1/100E+15 saja, jagat raya itu akan runtuh kembali
sebelum pernah mencapai ukuran seperti sekarang ini.
+4.
Meskipun dalam skala besar jagat raya itu begitu seragam dan homogen, jagat
raya ini berisi ketidak-teraturan lokal, seperti misalnya bintang dan galaksi.
Ketidak-teraturan ini diduga berkembang dari selisih rapatan yang kecil dari
kawasan yang satu ke kawasan yang lain dalam jagat raya dini. Apakah asal-usul
fluktuasi rapatan ini?.
Teori
umum relativitas sendiri tidak dapat menjelaskan wajah-wajah ini atau menjawab
pertanyaan ini, karena ramalannya bahwa jagat raya bermula dengan rapatan tidak
besar pada singularitas Dentuman Besar. Pada singularitas itu relativitas umum
dan semua hukum fisika akan runtuh dan tidak berlaku: orang tidak dapat
meramalkan apa yang akan keluar dari dalam singularitas itu. Berarti orang
dapat juga memotong Dentuman Besar dan setiap peristiwa sebelumnya dari dalam
teori, karena Dentuman Besar dan peristiwa-peristiwa sebelumnya itu tidak dapat
mempengaruhi apa yang kita amati. Ruang waktu mempunyai tapal batas – yaitu awal pada Dentuman Besar.
Tampaknya
sains telah menyingkap seperangkat hukum yang mengatakan kepada kita bagaimana
jagat raya akan berkembang dengan berjalannya waktu, jika kita tahu keadaan
jagat raya itu pada satu waktu kapanpun. Ramalan ini masih dibatasi oleh asas
ketidakpastian. Hukum-hukum ini mungkin asal mulanya telah didiskreditkan oleh
Tuhan, namun tampaknya Tuhan sejak awal membiarkan jagat raya itu ber-evolusi
menurut hukum-hukum itu dan sekarang Tuhan tidak campur tangan di dalam jagat
raya. Tetapi bagaimana Dia memilih keadaan awal atau konfigurasi jagat raya
itu? Apakah “syarat-syarat batas” pada awal waktu?.
Satu
jawaban yang mungkin mengatakan bahwa Tuhan memilih konfigurasi awal jagat raya
dengan alasan-alasan yang tidak dapat kita pahami. Mungkin terdapat sejumlah
model jagat raya dengan kondisi awal yang berbeda-beda, yang semuanya tunduk
pada hukum-hukum sains. Seharusnya ada sesuatu asas yang memilih satu keadaan
awal (dari sekian kemungkinan), dan karenanya satu model untuk menggambarkan
jagat raya ini.
Satu
kemungkinan semacam itu adalah apa yang disebut ‘syarat-syarat batas kacau-balau’
(chaotic boundary conditions). Secara tersirat syarat ini mengandaikan bahwa
atau jagat raya ini secara ruang tidak terhingga atau bahwa ada tidak terhingga
banyak jagat raya. Menurut syarat batas kacau balau ini, setiap kawasan ruang
tertentu setelah Dentuman Besar dapat berkonfigurasi apa saja dengan
kemungkinan yang sama. Dalam suatu makna, probabilitas konfigurasi ini sama.
Dengan kata lain, keadaan awal jagat raya dipilih sama sekali secara acak. Ini
akan berarti bahwa jagat raya dini agaknya sangat kacau balau dan tidak teratur
karena ada jauh lebih banyak konfigurasi yang kacau balau dan tidak teratur untuk jagat raya itu daripada
konfigurasi yang rata (lancar) dan tertib. Jika tiap konfigurasi sama propabilitasnya,
sangat boleh jadi jagat raya itu berawal dalam keadaan kacau balau dan tidak
teratur, semata-mata karena banyaknya konfigurasi semacam ini.
Sulit
untuk memahami bagaimana kondisi awal yang kacau balau itu dapat menimbulkan
jagat raya yang begitu lancar dan teratur pada skala besar. Diharapkan bahwa
fluktuasi rapatan dalam model semacam itu akan mendorong dihasilkannya jauh
lebih banyak lubang hitam purba daripada batas yang ditentukan berdasarkan
pengamatan latar belakang sinar gama (yaitu 300 buah per tahun cahaya kubik).
Jika
memang jagat raya itu secara tidak teratur atau tidak terhingga banyak jagat
raya, agaknya akan ada beberapa kawasan luas di sesuatu tempat yang berawal
dengan cara yang lancar dan seragam. Mungkinkah kebetulan kita menghuni suatu
kawasan yang lancar dan seragam? Sekilas ini mungkin tampak sangat tidak boleh
jadi, sebab kawasan-kawasan yang lancar semacam ini jumlahnya sedikit sekali
dibandingkan kawasan yang kacau balau dan tidak teratur. Tetapi andaikan hanya
di kawasan yang lancar galaksi dan bintang itu terbentuk dan di kawasan itu
pula kondisinya cocok untuk perkembangan organisme rumit yang mampu mereplikasi
diri seperti ras manusia, yang mampu melontarkan pertanyaan-pertanyaan; mengapa
jagat raya begitu lancar? Inilah suatu contoh penerapan asas yang dikenal
sebagai asas antropik, yang dapat diungkapkan sebagai: “kami memahami jagat
raya seperti apa adanya, karena kami ada (eksis).”
Prinsip
antropik adalah prinsip yang menyatakan
bahwa alam semesta ada sebagaimana mestinya agar dapat memungkinkan penciptaan manusia
sebagai pengamat. Atau prinsip ini menyatakan bahwa nilai-nilai parameter
fisika dan kosmologi yang teramati dibatasi oleh kebutuhan bagi eksistensi si
pengamat.
Terdapat
dua jenis prinsip antropik: "prinsip antropik lemah" dan
"prinsip antropik kuat".
Prinsip antropik lemah: "Kita harus siap mempertimbangkan fakta bahwa
lokasi kita di alam semesta memang seharusnya istimewa sehingga [alam semesta]
cocok dengan keberadaan kita sebagai pengamat."
Prinsip antropik kuat: "Alam semesta (dan maka parameter dasarnya) ada
sebagai mestinya agar dapat memungkinkan penciptaan pengamat pada suatu
tahap."
Oleh
karena itu makhluk cerdas dalam kawasan-kawasan ini tidak boleh heran jika
mereka menjumpai dalam pengamatan mereka bahwa lokalisasi mereka dalam jagat
raya itu memenuhi kondisi yang diperlukan untuk eksistansi mereka. Ini sedikit
mirip dengan seorang kaya yang lahir dan hidup dalam kalangan kaya dan tidak
menyaksikan kemiskinan apapun.
Satu
contoh penggunaan asas antropik lemah adalah untuk “menjelaskan” mengapa
Dentuman Besar terjadi beberapa miliar tahun yang lalu. Karena diperlukan waktu
selama itu untuk evolusi menjadi makhluk cerdas. Seperti diuraikan di atas,
generasi dini bintang-bintang harus terbentuk dulu. Bintang-bintang ini
mengubah hidrogen dan helium yang asli menjadi unsur seperti karbon dan
oksigen. Tubuh kita terbuat dari unsur-unsur ini. Kemudian bintang-bintang
meledak menjadi supernova, dan debunya membentuk planet dan bintang lain.
Tidak
banyak yang menyangkal keabsahan atau kegunaan asas antropik lemah. Tetapi
orang melangkah lebih jauh dan mengusulkan versi kuat asas ini. Menurut teori
ini, ada atau banyak sekali aneka ragam jagat raya atau banyak aneka ragam
kawasan dalam sebuah jagat raya tunggal, masing-masing dengan konfigurasi
awalnya sendiri dan barangkali dengan perangkat hukum sainsnya sendiri. Dalam
kebanyakan jagat raya ini kondisinya tidak cocok untuk perkembangan organisme
rumit; hanya dalam beberapa jagat raya yang mirip jagat raya kita, makhluk
cerdas akan berkembang.
Hukum-hukum
sains, seperti yang kita kenal sekarang ini, berisi banyak bilangan
fundamental, seperti ukuran muatan elektrik elektron dan nisbah massa proton
lawan elektron. Sekurangnya saat ini, kita tidak dapat meramalkan nilai
bilangan-bilangan ini dari teori semata, kita harus mencarinya dengan
pengamatan. Mungkin satu saat kelak kita akan menemukan suatu teori terpadu yang
lengkap yang meramalkan semuanya, tetapi juga mungkin beberapa atau semuanya
akan beraneka dari jagat raya ke jagat raya, atau dari kawasan ke kawasan dalam
sebuah jagat raya tunggal. Fakta yang mencolok adalah bahwa tampaknya nilai
bilangan-bilangan ini telah dengan sangat halusnya disesuaikan untuk
memungkinkan berkembangnya kehidupan. Misalkan, seandainya elektron hanya
sedikit berbeda, maka bintang-bintang tidak mampu memfusikan hidrogen dan
helium, atau bintang-bintang itu tidak akan meledak. Mungkin ada sesuatu
entitas yang tidak memerlukan cahaya bintang seperti matahari atau unsur kimia
yang lebih berat yang dibuat dalam bintang dan terlempar ke angkasa luar ketika
bintang itu meledak. Meskipun demikian, kelihatan jelas bahwa bilangan-bilangan
yang memungkinkan berkembangnya setiap kehidupan cerdas itu relatif kecil jangkauan
nilainya. Kebanyakan perangkat nilai akan menimbulkan jagat-jagat raya yang,
walaupun mungkin sangat indah, tidak berisi seorangpun yang akan mengagumi
keindahannya. Orang dapat menganggap ini atau sebagi bukti tujuan Ilahi dalam
Penciptaan, atau sebagai dukungan terhadap asas antropik versi kuat.
Ada
sejumlah keberatan yang dapat dikemukakan orang terhadap asas antropik versi
kuat sebagai suatu penjelasan mengenai jagat raya seperti yang kita amati ini.
Pertama, dalam arti apa semua jagat raya yang berlainan itu dapat dikatakan ada
(eksis)? Jika memang jagat raya ini terpisah satu dari yang lain, apa yang
terjadi dalam suatu jagat raya lain tidak dapat mempunyai akibat yang dapat
diamati dalam jagad raya kita. Oleh karena itu seharusnya kita gunakan asas
ekonomi dan membuang jagat-jagat raya yang lain dari teori. Di pihak lain, jika
jagat-jagat raya itu ternyata hanya kawasan-kawasan yang berlainan dari sebuah
jagat raya tunggal, hukum-hukum sains haruslah sama dalam tiap kawasan, karena
kalau tidak, orang tidak dapat berpindah secara sinambung dari kawasan yang
satu ke kawasan yang lain. Dalam hal ini satu-satunya beda antara
kawasan-kawasan adalah konfigurasi awal mereka dan demikianlah asas antropik
kuat akan mengerdil menjadi asas antropik lemah.
Suatu
keberatan kedua terhadap asas antropik kuat adalah bahwa asas itu melawan arus
terhadap keseluruhan sejarah sains. Kita telah mengembangkan kosmologi, mulai
dari kosmologi geosentrik Ptolemeus dan pendahulunya, lewat kosmologi
heliosentrik Copernicus dan Galileo, ke gambaran modern yang di dalamnya bumi
adalah sebuah planet ukuran sedang yang beredar mengitari sebuah bintang kelas
menengah di daerah pinggiran luar sebuah galaksi spiral biasa. Galaksi inipun
hanya satu dari sekitar sejuta galaksi dalam jagat raya yang kita amati. Toh
asas antropik kuat mengklaim bahwa seluruh konstruksi maharaksasa ini eksis
semata-mata demi kita. Ini sangat sukar untuk dipercaya. Tata surya tentu suatu
prasyarat untuk eksitensi kita, dan orang mungkin memperluas argumen ini ke
seluruh galaksi kita yang merupakan prasyarat untuk adanya bintang-bintang
angkatan pertama yang membuat unsur-unsur kimia yang lebih berat. Tetapi
kelihatannya semua galaksi yang lain itu tidak diperlukan. Juga tidak harus
jagat raya itu begitu seragam dan serupa dalam semua arah pada skala besar.
Orang
akan merasa lebih berbahagia mengenai asas antropik, sekurangnya versi
lemahnya, jika ia dapat menunjukkan bahwa cukup banyak konfigurasi awal yang
berlainan untuk jagat raya itu telah ber-evolusi untuk menghasilkan sebuah
jagat raya seperti yang kita amati sekarang ini. Jika memang demikian halnya,
sebuah jagat raya yang berkembang dari sesuatu jenis kondisi awal yang acak
seharusnya mengandung sejumlah kawasan yang lancar dan seragam serta cocok
untuk ber-evolusinya kekehidupan cerdas. Dipihak lain, seandainya keadaan awal
jagat raya ini harus dipilih dengan luar biasa seksamanya untuk menuju ke
sesuatu seperti yang kita saksikan disekitar kita ini, agaknya jagat raya ini
tidak akan berisi kawasan apapun yang di dalamnya akan muncul kehidupan. Dalam
model Dentuman Besar panas yang telah diuraikan disesi terdahulu, dalam jagat
raya dini tidak cukup waktu bagi kalor untuk mengalir dari satu ke lain
kawasan. Ini berarti bahwa dalam keadaan awal jagat raya di mana-mana
temperaturnya harus eksak sama agar dapat dijelaskan mengapa latar belakang
gelombang mikro mempunyai temperatur yang sama dalam semua arah itu. Laju awal
pemuaian juga harus dipilih dengan sangat cermat agar laju pemuaian selanjutnya
masih begitu dekat dengan nilai kritis untuk menghindarkan keruntuhan kembali.
Ini berarti bahwa memang pasti keadaan awal dipilih dengan sangat seksama jika
model dentuman besar itu benar sampai ke awal waktu sekalipun. Akan sangat
sukar untuk menjelaskan mengapa jagat raya harus mulai tepat seperti itu.
Dalam
suatu upaya menemukan suatu model jagat raya tempat banyak konfigurasi awal
yang berlainan dapat ber-evolusi menjadi sesuatu seperti jagat raya sekarang
ini. Dapat dikemukakan bahwa jagat raya dini mungkin pernah melewati suatu
periode pemuaian yang sangat cepat. Pemuaian ini ‘inflasioner’, yang berarti
bahwa pada satu waktu jagat raya itu memuai dengan laju yang bertambah,
bukannya berkurang seperti sekarang ini. Jadi jari-jari jagat raya bertambah
dengan 1E+30 kali dalam waktu hanya sepersekian detik.
Seperti
diketahui jagat raya berawal Dentuman Besar dalam keadaan sangat panas tetapi
dengan situasi kacau balau. Temperatur tinggi ini berarti bahwa partikel dalam
jagat raya itu akan bergerak sangat cepat dan mempunyai energi yang tinggi.
Diperkirakan pada temperatur tinggi semacam itu forsa elektro-magnetik, forsa
nuklir kuat dan forsa nuklir lemah semuanya akan dipersatukan menjadi suatu
forsa tunggal. Dengan memuainya jagat raya, ia akan mendingin, dan energi
partikel akan turun. Akhirnya akan terjadi suatu proses yang disebut peralihan
fase dan simetri antara forsa-forsa itu akan patah; forsa nuklir kuat akan
menjadi lain dari forsa nuklir lemah dan forsa elektromagnetik.
Forsa
adalah proses alam yang terjadi pada materi, yaitu forsa gravitasi kecenderungan
jatuh kebawah atau tenggelam; atau forsa levitasi kecenderungan mengapung atau
melayang.
Ambil
contoh air, dapat melewatkan titik beku 0 derajat tanpa terbentukknya es. Jagat
raya mungkin berperilaku serupa; temperatur mungkin turun ke bawah nilai kritis
tanpa simetri antara forsa-forsa itu rusak. Jika ini terjadi, jagat raya akan
berada dalam suatu keadaan tidak stabil, dengan energi yang lebih tinggi
dibandingkan seandainya simetri itu telah rusak. Energi ekstra istimewa ini
dapat ditunjukkan sebagai mempunyai efek antigravitasi: energi itu akan
bertindak tepat seperti tetapan kosmolagi yang dimasukkan Einstein ke dalam
relativitas umum ketika ia mencoba membangun suatu model statis jagat raya.
Karena jagat raya telah membangun suatu model statis jagat raya. Karena jagat
raya telah memuai seperti dalam model Dentuman Besar panas, maka efek menolak
(repulsif) dari tetapan kosmologi ini akan menyebabkan jagat raya memuai dengan
laju yang selalu bertambah. Bahkan dalam kawasan-kawasan yang banyaknya
partikel-partikel materi di atas rata-ratapun, tarikan gravitasi dari materi
akan dikalahkan oleh tolakan dari tetapan kosmologi efektif itu.
Jadi
kawasan-kawasan ini juga akan memuai dengan cara inflasioner yang makin cepat.
Dengan memuainya kawasan-kawasan ini dan partikel materi makin berjauhan, yang
tersisa adalah suatu jagat raya yang memuai yang hampir tidak berisi partikel
apapun dan masih berada dalam keadaan lewat dingin. Setiap ketidakteraturan
dalam jagat raya semata-mata telah diratakan oleh pemuaian itu. Jadi keadaan
lancar dan seragam jagat raya sekarang ini dapat ber-evolusi dari banyak
keadaan awal yang tidak seragam dan berlain-lainan.
Dalam
jagat raya semacam itu, ketika pemuaian dipercepat oleh suatu tetapan kosmologi
bukannya diperlambat oleh tarikan gravitasi materi, akan cukup waktu bagi
cahaya untuk merambat dari satu kawasan ke kawasan lain dalam masa dininya. Ini
dapat memberikan jawaban terhadap problem, yaitu mengapa kawasan-kawasan yang
berlainan dalam jagat raya itu mempunyai sifat-sifat yang sama. Lagi pula, laju
pemuaian jagat raya itu automatis akan menjadi sangat dekat dengan laju kritis
yang ditetapkan oleh rapatan energi jagat raya. Lalu ini dapat menjelaskan
mengapa laju pemuaian itu masih begitu dekat dengan laju kritis, tanpa harus
mengendalikan bahwa laju awal pemuaian jagat raya telah dipilih dengan sangat
seksama.
Gagasan
inflasi dapat juga menjelaskan mengapa terdapat begitu banyak materi dalam
jagat raya itu. Ada kira-kira 1E+80 partikel dalam kawasan-kawasan jagat raya
yang dapat kita amati. Dari mana semuanya ini? Teori kuantum memberi jawaban
bahwa partkel dapat diciptakan dari energi dalam bentuk pasangan
partikel-antipartikel. Tetapi jawaban itu hanya mengalihkan pertanyaan menjadi
darimana energi itu? Jawaban adalah energi total jagat raya itu nol secara
eksak. Materi jagat raya itu memang terbuat dari energi positif. Tetapi semua
materi itu tarik-menarik secara gravitasi. Dua potong materi yang saling
berdekatan energinya lebih rendah daripada bila kedua potong itu berjauhan,
karena untuk memisahkan dua benda itu melawan forsa gravitasi yang melekatkan
keduanya. Jadi dalam suatu makna, medan gravitasi mempunyai energi negatif.
Dalam hal suatu jagat raya yang kurang lebih seragam dalam ruang, dapat ditunjukkan
bahwa energi gravitasi yang negatif ini dengan eksaknya meniadakan energi
positif yang dikandung oleh materi. Jadi energi total jagat raya adalah nol.
Maka
dua kali nol adalah tetap nol. Jadi jagat raya dapat melipatkan banyaknya
energi materi positif, dan juga melipatduakan energi gravitasi, tanpa melanggar
asas kekekalan energi. Ini tidak terjadi dalam pemuaian normal jagat raya
ketika rapatan energi materi turun jika jagat raya itu membesar. Tetapi memang
terjadi dalam pemuaian inflasioner, karena rapatan energi dari keadaan lewat
dingin tetap konstan sementara jagat raya memuai; bila ukuran jagat raya
menjadi dua kali, energi materi positif dan energi gravitasi negatif keduanya
menjadi dua kali, sehingga energi total tetap nol. Dalam fase inflasi, jagat
raya itu bertambah sangat banyak ukurannya. Jadi banyaknya total energi yang
tersedia untuk membuat partikel menjadi sangat banyak.
Sekarang
ini jagat raya tidak memuai secara inflasioner. Jadi haruslah ada sesuatu
mekanisme yang akan menyingkirkan tetapan kosmologi efektif yang sangat besar
itu dan dengan demikian mengubah laju pemuaian dari pemuaian yang dipercepat ke
pemuaian yang diperlambat oleh gravitasi. Dalam pemuaian inflasioner orang
mungkin menunggu-nunggu bahwa akhirnya simetri antara forsa-forsa itu akan
rusak. Energi ekstra dari keadaan simetri yang tidak rusak kemudian akan
dibebaskan dan akan memanasi kembali jagat raya tepat ke bawah temperatur
kritis untuk simetri antara forsa-forsa. Jagat raya lalu akan terus memuai dan
mendingin tepat sama seperti model Dentuman Besar panas, tetapi ada penjelasan
mengapa jagat raya memuai tepat dengan laju kritis dan mengapa berbagai kawasan
sama temperaturnya.
Peralihan
fase diandaikan terjadi dengan mendadak, agak mirip dengan munculnya kristal es
dalam air yang dingin. “Gelembung-gelembung” fase baru yang simetrinya rusak
itu akan terbentuk dalam fase lama, seperti gelembung kukus dikelilingi oleh
air yang siap mendidih. Gelembung-gelembung ini dibayangkan memuai dan bertemu
satu sama lain sampai seluruh jagat raya itu berada dalam fase baru.
Masalahnya, jagat raya itu sedang memuai begitu cepat sehingga bahkan jika
gelembung itu tumbuh secepat cahayapun,
mereka akan saling menjauh sehingga tidak sempat untuk bergabung. Jagat raya
akan tetap berada dalam keadaan yang sangat tidak seragam, ada kawasan yang
masih mempunyai simetri antara forsa-forsa dan ada yang sudah tidak mempunyai.
Model jagat raya semacam ini tidak cocok dengan pengamatan. Kesulitan itu dapat
diatasi bila gelembung-gelembung itu begitu besar sehingga kawasan kita
seluruhnya dapat berada dalam sebuah gelembung tunggal. Agar ini berhasil,
perubahan dari simetri ke rusaknya simetri haruslah berlangsung sangat lambat
dalam gelembung itu, namun hal itu sangat dimungkinkan. Perlahannya kerusakan
simetri itu sangat bagus, apabila gelembung-gelembungnya haruslah lebih besar
daripada ukuran jagat raya pada saat itu.
Simetri
akan rusak dimana-mana, bukannya hanya di dalam gelembung-gelembung. Ini akan
menghasilkan jagat raya seragam seperti yang kita amati. Model yang mirip
dengan tersebut di atas, yaitu “model inflasioner baru”, yang didasarkan pada
gagasan pemecahan simetri secara lambat. (Model inflasioner lama adalah mengenai
pemecahan simetri secara cepat dengan pembentukan gelembung-gelembung). Model
inflasioner baru merupakan upaya yang baik untuk menjelaskan mengapa jagat raya
itu seperti itu. Tetapi model itu meramalkan variasi temperatur radiasi latar
belakang gelembung mikro yang jauh lebih besar daripada yang dijumpai dalam pengamatan.
Sekurangnya itulah ramalan bentuk asli model itu.
Apakah
dapat terjadi peralihan fase seperti diinginkan itu dalam jagat raya yang
sangat dini. Dalam model ini tidak ada
peralihan fase maupun keadaan lewat-dingin. Sebagai gantinya ada medan spin 0
(nol) yang akan mempunyai nilai yang besar dalam beberapa kawasan jagat raya
dini, oleh adanya fluktuasi kuantum. Energi medan dalam kawasan-kawasan
tersebut akan bertabiat seperti tetapan kosmologi. Energi medan itu akan
mempunyai efek gravitasi tolakan, dan dengan demikian menyebabkan
kawasan-kawasan itu memuai dengan cara inflasioner. Dengan memuainya
kawasan-kawasan ini, energi medan di dalamnya perlahan-lahan akan berkurang
sampai pemuaian inflasioner itu berubah menjadi seperti pemuaian dalam model
dentuman besar panas. Salah satu kawasan ini akan menjadi apa yang kita
saksikan sekarang ini, jagat raya yang dapat diamati. Model ini mempunyai semua
keunggulan model-model inflasiner terdahulu, tetapi tidak bergantung pada suatu
peralihan fase yang samar-samar itu, dan lagi pula model itu dapat memberikan
ukuran yang wajar untuk fluktuasi temperatur latar belakang gelombang mikro
yang cocok dengan pengamatan.
Model-model
inflasioner ini menunjukkan bahwa jagat raya dapat berasal dari sejumlah besar
konfigurasi awal yang berbeda-beda. Ini penting karena untuk menunjukkan bahwa
keadaan awal bagian dari jagat raya yang harus dipilih dengan seksama betul.
Jika boleh kita menggunakan asas antropik lemah untuk menjelaskan mengapa jagat
raya itu seperti sekarang. Tetapi mustahil bahwa tiap-tiap konfigurasi awal
akan menggiring jagat raya menjadi seperti sekarang. Jadi pasti ada
konfigurasi-konfigurasi awal yang tidak menghasilkan jagat raya seperti masa
kini. Jadi, bahkan model inflasioner pun tidak menjelaskan mengapa konfigurasi
awal itu bukan konfigurasi awal yang menghasilkan jagat raya yang berbeda
sekali dengan jagat raya kita ini.
Untuk
meramalkan bagaimana jagat raya itu seharusnya beranjak, diperlukan hukum-hukum
yang berlaku pada awal waktu. Jika teori klasik relativitas umum itu benar,
teorema singularitas menunjukkan bahwa awal waktu itu merupakan titik rapatan
tak terhingga dan kelengkungan ruang-waktu yang tidak terhingga besar. Semua
hukum-hukum sains yang dikenal akan runtuh pada titik semacam itu. Akan
mengandaikan adanya hukum-hukum baru yang berlaku pada
singularitas-singularitas, namun akan sangat sukar bahkan untuk merumuskan
hukum-hukum semacam itu pada titik-titik yang buruk tabiatnya itu, dan tidak
akan dipandu oleh hasil pengamatan seperti apa kira-kira hukum itu. Tetapi apa
yang sebenarnya dinyatakan oleh teorema singularitas adalah bahwa medan
gravitasi menjadi begitu kuat sehingga efek gravitasi kuantum menjadi penting;
teori klasik tidak lagi merupakan pemerian yang baik mengenai jagat raya. Jadi
orang harus menggunakan suatu teori kuantum gravitasi untuk membahas
tahap-tahap sangat awal dari jagat raya itu. Dalam teori kuantum hukum-hukum
sains biasa dimungkinkan untuk berlaku di mana-mana, termasuk pada awal waktu;
tidaklah perlu untuk mempostulatkan hukum-hukum baru untuk singularitas, karena
dalam teori kuantum tidak diperlukan singularitas apa pun."
(Sumber
bahan: A Brief History of Time by Stephen Hawking.)
“Tidak
dapat ditelaah jika ada Dentuman Besar lainnya, meskipun ada di kawasan jagat
raya ini, kakang. Tapi mungkinkah jika ada, dia akan membentuk tatanan alam
semesta bersama tatanan alam semesta yang sedang kita awasi perkembangannya?”,
pendapat Togog setelah mendengar uraian panjang lebar dari Semar. “Apapun yang
terjadi, kita akan upayakan sebaik-mungkin yang ada dihadapan kita dulu”, jawab
Semar. “Aku sedang berpikir kemustahilan, terjadi replika jamak Dentuman Besar
yang membentuk konfigurasi dan tatanannya sendiri.” Semar tidak menjawab,
melainkan dia segera menepuk kuat kedua telapak tangannya dilambari kedahsyatan
ilmunya, walau tidak sedahsyat dentuman besar, cukup membuat ledakan maha kuat
membuat percikan-percikan api disertai sisa-sisa debu bekas dentuman besar.
“Coba
perhatikan dan dengarkan gemanya Togog”, ujar Semar. Suara dapat dihantarkan
melalui debu-debu zat-zat akibat dari dentuman besar. Dikegelapan alam semesta
dini, dia memperhatikan, tepukan dahsyat Semar membuat gema, seakan membuat
dentuman sendiri dan menyemburatkan awan debu-debu sendiri. Dia menghitung ada
12 gema dentuman. “Aku mengerti kakang, jadi kemungkinan ada tiruan gema
dentuman besar yang membuat konfigurasinya sendiri, tapi kuperhatikan gema itu
masing-masing ber-replika berdekatan, seakan makhluk bersel satu yang dapat
membelah diri.” “Ya Togog, yang aku perhatikan, tiruan-tiruan Dentuman Besar
memang terjadi di kawasan alam semesta kita, tapi ‘membentuk dimensi ruang dan waktu
sendiri’ dan akan dinamakan jagat raya pararel. Yang kita kenal adalah baru 9
dunia pararel yang dihuni ayah, kakek, leluhur dan saudara-saudara Dewa.”, ujar
Semar (dikisahkan pada sesi lalu). Togog hanya termangu-mangu.
“Sekarang
kau ikuti caraku”, Semar berujar sambil memutar tubuhnya berlawanan jarum jam.
“Uh..!! kakang dimana kau, kenapa ada ‘dinding’ tanpa batas dihadapanku?”,
Togog kaget, karena sekonyong-konyong dihadapannya terbentang suatu ‘dinding’
sangat lebar tak bertepi dan menjulang keatas tak terlihat puncaknya.
Mataharipun akan ditelannya oleh dinding itu. “Itu jempol kakiku, mau bantu aku
menggarukkannya, kalau mau bersihkan kukuku kau terbang dulu ke atas kira-kira
150ribu meter.” kata suatu suara membisikkan ditelinga Togog, sangat dekat tapi
gemanya menyiratkan sangat jauh, tapi dia tahu itu suara saudara tuanya, Semar.
Togog
tidak meladeni kebiasaan gurauan kakaknya, dia segera meniru gerakan Semar dan
bertriwikrama, mengikuti aura rasa dari ajian Semar. Tapi dia hanya mampu
menyamai 80% dari besar triwikrama kakaknya. Sekali lagi diam-diam dia
mengagumi kesaktian saudara tuanya itu. Dan kini dia lihat, Semar tengah memutar-mutar
awan debu-debu jagat raya, sedang ‘menyemai bintang-bintang’ seakan
memilih-milih butir-butir bibit unggul pada ayakan beras.
“Aku
sedang memilih-milih bibit bintang sesuai petunjuk Allah SWT. untuk tempat
bermukim eyang Adam dan eyang putri Siti Hawa serta seluruh manusia dan makhluk
hidup lainnya”, ujar Semar serius. “Ada ratusan jutaan pusar jagat (galaksi –
redaksi) yang harus kita bentuk dan kita ‘ayak’, apakah sebaiknya kita
berpencar membagi tugas kakang, aku disebelah lain jagat ini?, usul Togog.
“Jangan Togog, aku perlu pendapatmu juga dari bibit-bibit yang kupilih, walau
tugas ini akan memakan ratusan ribu tahun sampai jutaan tahun”, cegah Semar
yang menyadari sulitnya pemilihan bibit-bibit bintang sesuai petunjuk Yang Maha
Kuasa. “Lalu bagaimana dengan jagat-raya pararel akibat gema dentuman besar
kakang?. “Aku punya keyakinan Togog, karena duplikat dari gema dentuman utama,
dengan sedemikian rupa mereka ‘akan mencontoh secara alami’ konfigurasi dan
tatanan jagat raya induknya yang sedang kita garap ini”, Semar berujar penuh
keyakinan.
Mereka
seakan seorang ‘kontraktor bangunan’ yang mendapat kontrak kerja dan membangun sesuai ‘spesifikasi teknik’ dan ‘spesifikasi
mutu bahan’ yang diberikan Pemilik Proyek yaitu Yang Maha Kuasa Allah Azza wa
Jalla. Memang dalam prakteknya, alam semesta beserta seluruh galaksi-galaksi
yang beraneka rupa bentuknya, akan terbentuk setelah kira-kira 380ribu hingga 7juta
tahun setelah Dentuman Besar, hingga cahaya dari bintang-bintang baru terlihat.
Dalam kegelapan dan keheningan tidak terbandingkan, mereka berdua dengan tekun
dan kesabaran tak lumrah makhluk hidup, mengerjakan membentuk jagat-jagat raya jutaan
tahun lamanya.
Galaksi
pertama di alam semesta yang terbentuk dihuni oleh bintang-bintang besar yang
memancarkan sinar ultra violet atau sinar ultra ungu atau biasa disingkat sinar
UV, dan dipenuhi oleh kabut tebal dari gas hidrogen. Sinar UV yang sangat kuat
itulah yang kemudian membersihkan kabur gas hidrogen. Bentuk oranye di tengah awan
gas kosmik menyiratkan alam semesta masih sangat muda. Gas kosmik tersebut
sedang dalam proses pembentukan menjadi salah satu pertama di Alam Semesta! Pengamatan
seperti inilah yang akan membantu keduanya untuk menyelediki bagaimana galaksi akan
dibentuk.
Proses Kelahiran dan Pembentukan Galaksi adalah dimulai
dari sebuah sistem masif yang terikat gaya gravitasi yang terdiri atas bintang
(dengan segala bentuk manifestasinya, antara lain bintang neutron dan lubang
hitam), gas dan debu medium antarbintang, serta materi gelap. Galaksi tidak
tersebar secara acak di alam semesta, tetapi sering ditemukan di sebuah
"gugus galaksi", yang pada gilirannya juga merupakan bagian dari
kelompok yang lebih besar yang disebut "super-gugus galaksi." Sekitar
380ribu hingga 7juta tahun setelah peristiwa Dentuman Besar, atom-atom hidrogen
dan helium mulai terbentuk, dalam sebuah peristiwa yang disebut rekombinasi.
Hampir semua hidrogen adalah netral (tidak terionisasi) dan dengan mudah
menyerap cahaya, serta belum ada bintang yang terbentuk. Akibatnya periode ini
disebut "Zaman Kegelapan". Dari fluktuasi kepadatan (atau ketidak-seragaman
anisotropi) dalam materi purba inilah struktur-struktur yang lebih besar mulai
muncul. Hasilnya, massa materi barionik mulai memadat dalam cincin cahaya
materi gelap dingin. Struktur-struktur primordial inilah yang akhirnya menjadi
galaksi.
Adanya protogalaksi (yang paling dasar dari galaksi),
yang seawal itu kemunculannya menunjukkan bahwa protogalaksi tersebut pastilah
berkembang dalam apa yang disebut "Zaman Kegelapan". Proses rinci
terbentuknya galaksi seawal itu mereka lakukan dengan membagi dalam dua
kategori: dari atas ke bawah (top-down) atau dari bawah ke atas (bottom-up).
Dalam top-down, keduanya membentuk protogalaksi dalam
sebuah runtuhan serentak berskala besar yang berlangsung selama kira-kira
seratus juta tahun. Dalam cara bottom-up,
struktur kecil seperti gugus bola terbentuk dahulu, lalu kemudian
sejumlah struktur tersebut bergabung untuk membentuk galaksi yang lebih besar. Begitu
protogalaksi mulai terbentuk dan mengerut, bintang-bintang berpendar cahaya
pertamapun muncul di dalamnya. Bintang-bintang ini tersusun hampir seluruhnya
oleh hidrogen dan helium dan kemungkinan berukuran masif.
Semar menduga, jika memang benar demikian, maka
bintang-bintang yang sangat besar ini akan menghabiskan pasokan bahan bakarnya
dengan cepat dan menjadi supernova, melepaskan unsur-unsur berat ke medium
antarbintang. Bintang-bintang generasi pertama ini mengionisasi ulang hidrogen
netral sekitarnya, menciptakan gelembung ruang yang mengembang yang bisa dengan
mudah dilalui cahaya.
(BERSAMBUNG).
** & **
No comments:
Post a Comment
Terima kasih telah berkunjung ke Blog saya, semoga semua hari-hari anda sejahtera dan sukses selalu, diberi petunjuk oleh-Nya, amin.