Wednesday, May 11, 2016

REVITALISASI SWARGALOKA SURALAYA


 AKHIR ZAMAN PEWAYANGAN (2/3)
Seteleah eksodus Para Dewa Suralaya dipimpin oleh Hyang Otipati dan Betara Narada, Semarpun bersiap memindahkan seluruh bangunan Swargaloka ketempat bumi pararel, tempat dimana ayah dan kakeknya beserta semua leluhurnya mengasingkan mensucikan diri. Tak ada selembar daun semua taman-taman dan sebutir batu tertinggal ketika Swargaloka dipindahkan.


Singkat kata semua bangunan nan megah antik dan amat sakral dari material pilihan, swargaloka sudah dipindahkan Semar, dan kini mereka bersiap meratakan pegunungan yang dinamakan Mahameru yang dipercaya pegunungan tertinggi didunia saat itu, dimana pegunungan tempat Para Dewa bermukim sering disebut Pegunungan Sundul Langit. Rencananya adalah pegunungan itu akan diratakan menjadi dataran rendah berbentuk sabana, padang rumput atau mungkin padang pasir, biar waktu dan alam yang akan mengaturnya kelak.

Saat itu keduanya sudah matek aji, kemudian bertepuk tangan tiga-kali dan cepat mengembangkan tangan. Aji Kemayan Gugah Jagad dikerahkan, kemudian laksana ledakan puluhan bom nuklir, pegunungan Mahameru dalam radius ribuan kilometer-persegi berturut-turut bergelombang terangkat meledak mengabu dengan suara jutaan petir menggelegar membahana seluruh permukaan bumi hingga atmosfir. Ledakan masih berlanjut terus keatas kepuncak semua-gunung hingga semua pegunungan rata dengan tanah. Terlihat Gunung Suci Candradimuka memuntahkan lahar panas disertai tembakan-tembakan bola-bola api seakan berteriak putus-asa meminta tolong melihat tubuhnya menghancur mengabu menebar menutup langit dengan selimut abu panasnya. Bagaikan karpet yang dikebut-kebutkan menerbangkan semua yang ada diatasnya, demikian juga area Mahameru diangkat-angkat hingga semua bebatuan gunung beterbangan menutupi cahaya matahari, suasana menjadi sangat gelap mencekam, dan ledakan-ledakan runtuhan gunung masih terus berlanjut.

Kabut pasir dan kerikil sangat mengotori area pegunungan, maka Semar berpikir perlu mendatangkan air bah raksasa, stunami raksasa menyapu debu kerikil melibas bersih area ledakan. Kecepatan limpasan gelombang air seakan berlomba dengan kecepatan ledakan gunung, sehingga seakan tidak memberi kesempatan lagi untuk abu ledakan terbang mengudara mengotori angkasa menutup cahaya matahari, karena sudah dihanyutkan diseret dan ditenggelamkan gelombang stunami raksasa.

Diantara limpasan gelombang raksasa stunami, Semar dan Togog melihat bahtera raksasa ikut terombang-ambing bersama gelombang raksasa itu. Mereka faham siapa pemilik bahtera-raksasa itu, dialah Nabiullah Nuh as. salah seorang Nabi Utusan Allah setelah SangHyang Adam. Maka Semar berinisiatip membantu perjalanan eksodus bahtera itu dengan meniup lembut, sehingga bahtera itu terdorong jauh dari area 'penghancuran' kebarat. Semar faham juga, Nabi Nuh sangat direpotkan sekali dengan perilaku umatnya yang penuntut, pembantah menyanggah semua ajaran yang Allah turunkan kepada Nabi Nuh. Gelembung-gelembung dari roh Rahwana ciptaan Semar sungguh merasuki otak perilaku orang-orang seluruh dunia, juga ummat Nabi Nuh. Tapi Semar tidak memusnahkan gelembung-gelembung itu, karena mereka membutuhkan suatu 'Katalis' untuk mempercepat memunculkan siapa sialim dan siapa sikafir.

Katalis adalah suatu zat yang mempercepat laju reaksi-reaksi kimia pada suhu tertentu, tanpa mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi itu sendiri. Suatu katalis berperan dalam reaksi tapi bukan sebagai pereaksi ataupun produk.

Melihat bahtera Nabi Nuh as.,Semar dan Togog mendapat pembelanjaran bahwa melepaskan usia manusia hingga bisa mencapai ratusan bahkan diatas seribu tahun sungguh tidak berguna, karena mereka melihat bagaimana ummat Nabi Nuh yang berusia rata-rata diatas 800 tahun, tidak mendapat mungkin tidak mau mengambil pembelajaran dari nabinya. Sebagai makhluk yang ditugaskan menjaga keseimbangan-alam, mereka tidak akan lagi melepas usia manusia hingga mencapai 150 tahun. Pengalaman membuktikan pada Perang Kurusetra, usia panjang yang diberikan malah semakin menumpuk dosa dan dendam kebencian.

Maka sejak saat bahtera Nabi Nuh mendarat akan menjadi WAKTU BATAS DEMARKASI USIA MANUSIA. Setelah waktu itu, tidak ada lagi manusia berusia ratusan tahun lagi.

Kembali kepada air bah raksasa yang menenggelamkan seluruh permukaan bumi hingga berhari-hari, berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. Lepas 100 hari lebih, dataran kembali normal, begitu pula area pegunungan Mahameru, kini rata berpayau dan dibatasi perbukitan-perbukitan kecil. Dengan berjalannya waktu, dataran Mahameru kini menjadi daerah tandus dan gersang. Sepanjang mata-memandang hanya permukaan padang pasir nan gersang dan sunyi. Berbulan, bertahun, puluhan-tahun, ratusan-tahun, hingga akhirnya kesunyian padang pasir Mahameru, dipecahkan tangis bayi kehausan, ibunya sudah putus-asa karena tidak ada air susu ibu yang bisa diberi kepada bayinya. Hingga dia bolak-balik antara dua perbukitan mencari seteguk air. Tangannya terus menggali-gali timbunan-timbunan pasir dengan kepercayaan akan pertolongan Tuhannya. Usahanya membuahkan hasil, rembesan air jernih keluar berhasil didapatnya. Ternyata mata-air terus mengalir, sehingga wanita bersama bayinya memutuskan untuk menetap sambil menunggu suaminya kembali. Kian hari berita mata-air nan jernih sudah menyebar kemana-mana dari para pedagang-pedagang nomadin, malah banyak yang memutuskan untuk menetap sehingga akhirnya terbentuk perkampungan disekitar mata-air ajaib itu.

Waktu berjalan bertahun-tahun, sibayi sudah berangkat dewasa, bersama ayahnya, mereka memutuskan untuk mendirikan suatu bangunan untuk simbol pemersatu belasan suku daerah itu yang kian menjamur. Maka dibangunlah suatu bangunan sederhana berbentuk bujur-sangkar dengan tinggi sekitar 20m. Bangunan itu demikian amat dibanggakan dan berhasil menjadi simbol pemersatu. Laki-laki itu mulai sedikit-demi sedikit membelokkan perhatian masyarakat dari bangunan itu kapada pemilik sejati bangunan itu.

Kelak bangunan bujur sangkar itu akan dinamakan Ka'bah. Lokasi tempat keluarga penemu mata air akan dinamakan Mekkah, dan mata-air itu akan dikenal sebagai air zamzam yang ternyata tidak pernah kering hingga sekarang. Pria yang membangun Ka'bah itu dikenal sebagai Nabi Ibrahim as. beserta istrinya Siti Hajar dan putra mereka Nabi Ismail as.
( BERSAMBUNG  ke sesi 3/3)

===============================================


No comments:

Post a Comment

Terima kasih telah berkunjung ke Blog saya, semoga semua hari-hari anda sejahtera dan sukses selalu, diberi petunjuk oleh-Nya, amin.