Thursday, March 31, 2016

LEGENDA RAMAYANA.




Dalam Legenda Ramayana Betara Wisnu kembali turun ke Marcapada (dunia manusia), untuk kembali menitis keraga manusia. Kali ini Betara itu memilih raga Putra Mahkota Ayodhya Kanda / Ayodhya Kala sebagai raga titisannya. Tetapi sebagai putra mahkota syah Kerajaan Ayodhya Kala, putramahkota bernama Sri Rama mendapat cobaan berat. Diusia remajanya, dia diharuskan mengembara selama 14 tahun atas tuntutan selir Raja Destarata yaitu Putri Kakiyi. Ditemani adiknya Lesmana, Sri Rama yang sangat mencintai dan menghormati kedua orang tuanya, rela menunda penobatannya sebagai raja untuk mengembara. Dalam pengembaraan itulah terjadi hal-hal dahsyat pada diri dan kehidupan Sri Rama, yang memang sudah diatur dalam skenario kehidupan oleh para Dewa Suralaya. (Kisah etos pengembaraan Sri Rama dapat dibaca pada cergam apik RAMAYANA karya RA.Kosasih).

Tuesday, March 29, 2016

ARJUNA SASRABAHU, SUMANTRI dan SUKRASANA.



Arjuna Sasrabahu adalah Putra Mahkota Kerajaan Maespati merupakan titisan Batara Wisnu. Batara Wisnu harus turun ke marcapada (dunia manusia) bertugas untuk menumpas Dasamuka yang sudah membuat kerusakan amat parah bagi kehidupan manusia diperbagai negara. Batara Wisnu harus menitis keraga manusia, untuk dapat memimpin pasukan menumpas Kerajaan Alengka dan membunuh Dasamuka atau Rahwana. Peristiwa itu merupakan rencana dari Sanghyang Otipati Jagatnata Batara Guru.  

Namun ada yang luput dari pengamatan Sanghyang Otipati adalah kehadiran dua anak manusia, putra Resi Suwandageni dari Pertapaan Jatisarana. Tetapi kehadiran dua anak manusia ini sejak awal sudah terpantau oleh Semar dan Togog sebagai biang gara-gara sumber kehancuran tatanan alam dunia sekaligus memporak porandakan tatanan kehidupan manusia diseluruh Kerajaan manusia. Kedua anak manusia tersebut adalah Bambang Sumantri kelak diberi gelar Patih Suwanda dan adiknya Sukrasana. Secara kasat mata dan garis keturunan rasanya tidak mungkin keduanya akan menjadi biang onar keseimbangan yang ditakuti Semar dan Togog. Maka supaya bisa memantau perkembangan tindak tanduk keduanya, Semar berinisiatif untuk melamar kerja di Kerajaan Maespati sebagai pengasuh Arjuna Sasrabahu kacil. Karena Semar sudah tahu, kelak dua orang itu akan datang dan mengabdi di Kerajaan Maespati ini. Kisahnya dimulai dengan uraian silsilah leluhur-leluhur Kerajaan Maespati.

Sunday, March 27, 2016

CODEX (Naskah Kuno) PENGAYOMAN SEMAR dan TOGOG



Ratusan codex dalam berbagai bahasa dari berbagai bangsa, kerajaan atau negeri, yang mengulas akan kehadiran dua orang aneh kepada setiap manusia yang berniat menempuh jalan keutamaan. Ciri kedua orang aneh diyakini persis gambaran dari bentuk tubuh Semar -Togog. Kedua orang tsb. selalu hadir apabila ada pemimpin atau orang yang mencari jalan bagi perubahan dirinya, baik dengan jalan meditasi, tirakat atau ritual-ritual lainnya yang memuja hanya kepada Tuhan. Tidak perduli dimana tempat para pemuja-semedi berada dan kapan waktunya, karena kedua orang aneh itu bisa berada dimana saja walau dalam waktu yang bersamaan sekalipun. Codex itu juga mengulas waktu kunjungan bagi dua orang misterius itu bisa bersamaan bagi puluhan pemuja-semedi diberbagai negeri. Kedua orang aneh itu menemani tirakat atau semedi para pencari jalan itu bertahun-tahun, 'menciprati' dan 'menerangi' maksud mereka, memberi, mengajari dan menunjuk jalan keutamaan itu, agar dikabulkan oleh Tuhan atau Dewa-dewa menurut kepercayaan masing-masing pemuja-semedi itu.

Saturday, March 26, 2016

DEWA PENGASUH dan PENGAYOM ALAM SEMESTA.


       
Puas merusak alam permukaan bumi dan angkasa, keduanya menggelopoh tercakung dipuncak gunung. Segera melepaskan kesaktian triwikramanya tubuh keduanya kembali mengecil keukuran manusia normal. Melihat kerusakan dahsyat dari hasil perbuatan keduanya, ada rasa sesal di lubuk hati keduanya, walau bagaimanapun mereka adalah dewa-dewa yang melindungi kehidupan makhluk-makhluk tribuana. Maka dengan kesaktian keduanya pula meredakan kekacauan alam permukaan bumi. Baru kemudian terbang kembali ke Kahyangan Suralaya.              

RIWAYAT SEMAR - TOGOG dan BATARA-GURU


Senja berganti malam dan malam sirna berganti siang, waktu berputar menutup hari dan kemudian berganti hari. Kini putra-putra Sang Hyang Tunggal telah tumbuh dewasa. Sang Hyang Antaga, Sang Hyang Ismaya, dan Sang Hyang Manikmaya, mereka sama-sama mewarisi berbagai ilmu pengetahuan dan kesaktian dari ayahnya sehingga mereka benar-benar menjadi kesatria dewa yang pilih tanding.

Konon pada saat zaman pertengahan, dizaman Wayang Purwa, Sang Hyang Tunggal bermaksud turun-tahta, dan akan menyerahkan kekuasaannya kepada salah-seorang dari ketiga putra-utamanya, yaitu Sang Hyang Ismaya, Sang Hyang Antaga dan Sang Hyang Manikmaya.

Di istana Jonggring Salaka, Kahyangan Suralaya. Sang  hyang Tunggal yang didampingi kedua permaisurinya memanggil ketiga putranya, Sang Hyang Antaga, Sang Hyang Ismaya dan Sang Hyang Manikmaya. Ia bermaksud ingin menyerahkan tahta Suralaya kepada salah putranya, namun sebelumnya Sang Hyang Tunggal mengisahkan perihal kelahiran mereka yang berasal dari sebutir telur hingga tercipta menjadi sosok manusia dewa.