Monday, September 5, 2016

PENYINGKAP KEGAIBAN, wejangan 79 – 80.


WACANA KETUJUH PULUH SEMBILAN
Kala sang wali menghadapi sakaratul maut, putranya, Abdul Wahab berkata kepadanya: “Apa yang mesti kulakukan sepeninggal Ayah.” “Kamu mesti takut kepada-Nya, jangan takut kepada selain-Nya, jangan berharap kepada selain-Nya, dan berpasrahlah hanya kepada-Nya,” jawabnya.


Selanjutnya ia berkata “Aku adalah biji tak berkulit. Orang lain telah datang kepadaku; berilah mereka tempat dan hormatilah mereka. Inilah manfaat nan besar. Jangan membuat tempat ini penuh sesak dengan ini. Atasmu kedamaian, kasih dan rahmat Allah. Semoga dia melindungiku dan kamu, dan mengasihiku dan kamu. Kumulai senantiasa dengan asma Allah.”

Ia terus berkata begini satu hari satu malam: “Celakalah kau, aku tak takut sesuatupun, baik malaikat maupun malaikul maut. Duhai malaikul maut! Bukanlah kau, tapi sahabatku yang bermurah kepadaku.”

Lantas, pada malam kewafatannya, ia memekik keras, dan mengangkat dan merentangkan kedua tangannya sembari berkata: “Atasmu kedamaian, kasih dan rahmat Allah. Bertobatlah dan ikutilah jalan ini. Kini Aku datang kepadamu.”
Dia berkata: “Tunggu.” Dan, meninggalah dia.

WACANA KEDELAPAN PULUH
Tuan Syaikh berwejang:
Antara aku, kau dan ciptaan hanya ada Dia, sebagaimana antara langit dan bumi. Maka, jangan memandangku sebagai mereka jangan pula memandang mereka sebagai aku.
Bertanyalah Abdul Aziz, putranya, kepadanya tentang keadaannya. “Hendaknya jangan bertanya kepadaku tentang sesuatu pun. Aku sedang mengalami perubahan ma’rifat.” jawabnya.

Selanjutnya dikatakan, Abdul Aziz bertanya kepadanya tentang penyakitnya. “Tak satu insan pun, tak satu jin pun, tak satu malaikat pun tahu penyakitku. Pengetahuan-Nya tak terhapus oleh perintah-Nya. Perintah berubah, sedang pengetahuan tak berubah. Allah Mahaberkehendak, dan oleh-Nya Kitab Suci mewujud.”
“Dia tak ditanya tentang yang dilakukan-Nya, tapi merekalah yang ditanya.” (Qs.21:23).

Putranya, Abdul Jabbar, bertanya kepadanya: “Mana yang sakit?” “Sekujur tubuhku sakit, kecuali hatiku.” Jawabnya.

Ia berkata:  “Aku mencari pertolongan Allah dengan: “Tiada sesembahan selain Dia, Mahaagung, Mahamulia lagi Mahaabadi Dia, dan Muhammad adalah Rasul-Nya.”

Putranya, Musa, berkata bahwa ia berupaya mengucapkan kata Taazzaza, tapi lidahnya tak mampu mengucapkannya dengan benar. Maka, dia ulang-ulang kata Taazzaza ini, diperpanjangnya bunyinya dan ditekannya, sehingga ia bisa mengucapkannya dengan benar. Lalu ia berkata: “Allah, Allah, Allah,” suaranya melemah, lidahnya melekat pada langit-langit mulut, dan pergilah jiwa mulianya dari jasadnya – ridha Allah atasnya. Semoga Dia Menganugerahi kita dan semua Muslim Husnul Khatimah, dan semoga Dia memampukan kita menjadi saleh. Amin! Amin! Amin!.
--------------------------------------------------------------------------------
Tambahan ini merupakan Mukadimah Kitab Penyingkap Kegaiban;
Kemegahan para ulama, kecerahan Irak dan Mesir, juru bicara para teolog, penafsir ahli hikmah, pemimpin nan unik, kemuliaan agama, Syeikh Isa, Abu Abdul Rahman menuturkan :
Ayahku – pemimpin tiada tara – sedemikian alim, pemilik ilmu ruhani dan sempurna, pemimpin segala pemimpin, pemimpin bangsa-bangsa, penolong manusia dan jin, pembangkit agama – Abu Muhammad Abdul Qadir bin Abu Shalih bin Abdullah bin Yahya, Wali besar, dari Jailan berkata :
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, pertama dan terakhir, lahiriah dan batiniah, sebanyak makhluk-Nya, sepadan dengan kebesaran firman-Nya, dan seberat ‘Arsy-Nya, seluas ridha-Nya, sebanyak segala yang sendiri dan berpasangan, yang basah dan yang  pernah Ia ciptakan dan tebarkan – dalam segala kemurnian dan kete-rahmatannya – segala puji bagi-Nya yang telah menciptakan, dan menyempurnakan, yang telah menjadikan segalanya sesuai dengan kadarnya, lalu membimbing (mereka menuju tujuan mereka). Segala puji bagi-Nya, yang mematikan dan menghidupkan, yang membuat orang tertawa dan menangis, yang membuat orang dekat dan makin dekat, yang menunjukan keutamaan dan kehinaan, yang memberi makanan dan minuman, yang menentukan nasib baik dan buruk, yang menahan karunia-Nya, lalu melimpahkan. Yang dengan perintah-Nya, kukuhlah tujuh langit, dan gunung-gunung ditancapkan bagai pasak, dan terhamparlah bumi, yang dengan kasih sayang-Nya tiada kekecewaan, yang tak satu pun bisa lepas dari ketentuan-Nya, yang tak satupun bisa menentang-Nya, dan yang tak satupun merasa hampa dengan rahmat-Nya. Dia terpuji, karena melimpahkan kasih sayang, dan Dia mesti disyukuri, karena menyelamatkan (kita).

Kemudian shalawat bagi Muhammad, Nabi pilihan-Nya --- barang siapa mengikuti semua yang dibawanya, maka ia menerima hidayah, dan barang siapa berpaling darinya, maka ia sesat dan celaka – Nabi sejati, pembawa kebenaran, tak terikat dunia, pencinta, dan pencari ridha Yang di Langit, yang terpilihdi antara makhluk-Nya yang dengan kedatangannya, kebenaran maujud dan segala kepalsuan sirna, dan dengan sinarnya, bumi tercerahkan.

Marilah kita, sekali lagi, bershalawat baginya --- shalawat yang berlimpah-limpah dan suci, begitu pula bagi keturunan, sahabat, dan pengikut sejatinya. Ridha-Nya melimpahi yang terbaik terhadap Tuhan, dla tutur kata dan kepatuhan.
Lalu doa dan permohonan, kita panjatkan kepada-Nya. Kepada-Nya kita berlindung, Dia-lah Pencipta, yang memberi kita makanan dan minuman, yang melindungi kita, yang menghalau segala kemudharatan, dan semua ini semata-mata maujud karena ridha-Nya, karena kehendak-Nya. Dia melindungi kita dalam tutur-kata dan tata-tindak kita, yang tersembunyi dan yang lahir, dalam kesulitan dan kemudahaan. Sungguh, Dia mengetahui segala yang tersembunyi, yang berdosa dan sesat, yang taat dan mendekat kepada-Nya. Dia mendengar segala suatu, dan mengabulkan doa orang-orang yang diridhai-Nya, tanpa enggan dan jemu.

Sesungguhnya, nikmat Allah ada pada hamba-hamba-Nya, berlimpah-limpah dan tak putus-putusnya, baik siang ataupun malam, dalam segala masa dan keadaan, sebagaimana firman-Nya : “Dan jika kamu menghitung-hitung  nikmat-nikmat Allah, niscaya kamu takkan bisa” (QS.14:34). Dan firman-Nya lagi : “Dan segala kebaikan yang kamu peroleh, berasal dari Allah.” (Qs.4:79). Karena, aku tak kuasa, baik dengan hati maupun lidah, untuk menghitung nikmat-nikmat ini. Juga tiada angka yang memadai untuk itu. Maka di antara karunia-karunia yang menjadikan lidah bisa berbicara, tangan bisa menulis, dan kita bisa menggambarkan inilah yang diilhamkan kepadaku, dari dunia kegaiban. Hal ini mencerahkan dan memenuhi kalbuku, dan hasil dari keadaan wajar ini, menampakkan semua itu. Hanya berkat kasih sayang dan ridha Allah  jualah, aku dapat mengungkapkan kata-kata ini, guna menjadi bimbingan bagi para pencari kebenaran.
Semoga Allah meridhainya.

Semar dan Togogpun menceritakan saat akhir Tuan Syaikh, seperti termaktub dalam ‘Manaqib Syaikh Abdul Al-Jaelani’ yaitu pada Manqobah ke-53.
MANQOBAH KELIMA PULUH TIGA MENCERITAKAN WAFATNYA SAYYID ABDUL QODIR.

Ketika sudah dekat saat meninggalnya Sayyid Abdul Qodir datanglah Malaikat ‘Izra-il ketika matahari terbenam membawa tulisan berbunyi: Yasilu Hazal Maktubu Minal Muhibbi Ilal Mahbub. (Datangnya tulisan ini dari yang menyayangi untuk yang disayangi).

Tulisan itu diserahkan Malaikat kepada putra beliau, Abdul Wahab. Setelah melihat tulisan itu, iapun menangis dan menemui Sayyid Abdul Qodir. Wafatnya malam Senin ba’da ‘Isya tanggal 10 atau 11 Rabiul Akhir tahun 561 Hijriyah. Menjelang wafat berkata kepada putranya: menjauhlah kalian, sebab lahirnya dirimu bersamamu, bathinnya bersama salain kalian dan harus adablah kalian. Sehari semalam tiada henti membaca Wa’alaikum salam Warahmatullahi Wabaratuh Ghafarallahu Lii Walakum Taballah ‘Alayya Wa’alaikum Bismillah Ghairu Mudi’in.
Dan membaca: Tubu Wadhulu Fis Soffi Awwali Iz Akii-u Ilaikum.
Dan membaca: Rifqon-rifqon Wa’alakumussalam Ajii-u Ilaikum Qif Atahul Haqqu Wa Syakaratul Maut.
Kata beliau: Jangan ada yang bertanya kepadaku suatu perkara sesudah aku bolak-balik dalam Ilmu Allah.
Lalu membaca: Ista'antu bila ilaaha illallah Subhanahu wata'ala wal haiyil lazi la yahsyal ghawast subhana manta azzaza bil qudrati wa qoharo 'ibadahu bil mauti laa illaha illaahu Muhammadur Rasullah ta'azzaza ta'azzaza Allahu Allahu.
Suara beliau nyaring, lalu halus kemudian meninggal dunia.

Ridwaanullaah ‘Alaihii ..........................

No comments:

Post a Comment

Terima kasih telah berkunjung ke Blog saya, semoga semua hari-hari anda sejahtera dan sukses selalu, diberi petunjuk oleh-Nya, amin.