Friday, September 9, 2016

IHYA ULUMIDDIN buku 3


RAHASIA HATI

“Sudah kita diskusikan bahwa masyarakat itu terbentuk tidak hanya dari kumpulan individu-individu saja, melainkan harus ada ikatan yang dapat menjamin hubungan interaksi antar anggota masyarakat tersebut agar dapat berjalan terus menerus. Dan sekumpulan individu-individu manusia itu harus berada di suatu wilayah tertentu, yang mempunyai kesatuan pemikiran, perasaan dan peraturan. Bila ikatan itu tidak bisa menjamin hubungan interaksi masyarakat berlangsung secara terus menerus, maka kumpulan masyarakat itu akan pecah, bubar dan berantakan.

Sekarang ijinkan saya membawa tuan-tuan kedalam lingkup wilayah orang-orang yang dikatakan sudah mempunyai kesatuan pemikiran, perasaan dan peraturan untuk menciptakan tujuan berdasarkan kepentingan pribadi masing-masing. Sudah ada ikatan yang dapat menjamin hubungan interaksi antar anggota masyarakat tersebut agar dapat berjalan terus menerus. Sehingga tercipta bermacam bentuk interaksi kebutuhan dalam berbagai jenis pekerjaan untuk memenuhi hajat hidup masyarakat. Dari silemah perlu sikuat, si kaya perlu simiskin, si miskin berjualan keperluan-keperluan si kaya dan seterusnya. Ikatan dan interaksi ini memang berjalan terus-menerus, mengembangkan wilayah tempat mereka bermukim dan bersosialisasi. Namun ada perkembangan yang bersifat keniscayaan, karena didorong kebutuhan pribadi manusianya, mereka mulai menciptakan berbagai keterampilan pada teknik alam, industri, perdagangan dan perniagaan, pertanian, peternakan, seni lukis, ukir, seni patung, hiasan dan peralatan rumah, jasa hubungan antar manusia dan lain sebagainya.    

Perkembangan kebudayaan keterampilan itu terus mengasah otak dan pemikiran untuk terus menciptakan terobosan-terobosan baru untuk menghadapi pesaing-pesaingnya. Semangat menciptakan terobosan itu semakin mengakar merambah menyebar liar sehingga membentuk karakter nafsu duniawi tak terbendung. Allah SWT tidak melarang manusia mengejar dunia, namun harus diseimbangkan dengan persiapan bekal untuk akherat seperti tertulis dalam tuntunan kitab suci setiap agama. Dari sinilah dimulainya perselisihan - kalau boleh dikatakan demikian - karena yang mana dahulu akan dituruti apakah suara hati disebut nurani atau olah pikir dinamakan akal sehat. Seorang yang melulu mendalami ilmu pengetahuan dalam bidang apa saja, tentu akan memegang teguh hasil akal sehat. Berbeda dari para rohaniawan, selain dia membentuk ujar-ujar fatwa keagamaan, dia juga mengutamakan dan mengasah nurani hati kearah rasa dan qolbu yang di kehendaki penciptanya.

Dari akal sehat kemudian lahir yang disebut ambisi, obsesi, angan-angan, mimpi atau cita-cita. Dari ambisi dan setaranya lahirlah kata-kata sebagai pedoman, moto atau penyemangat, diantaranya;
# Hanya orang kecil yang berupaya mengecilkan orang lain agar dia bisa merasa benar.
# Untuk mencapai tujuan akhirmu, kamu harus bersabar.
# Kecerdasan tanpa ambisi bagaikan burung tak bersayap.
# Ambisi adalah langkah pertama untuk sukses, langkah kedua adalah aksi.
# Setiap kegagalan pasti ada kesuksesan.
# Kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda.
# Mereka bilang impian saya terlalu besar dan saya bilang mereka berpikir terlalu rendah.
# Ambisi menjadi diri sendiri, lebih baik dibanding bangga bisa seperti orang lain.
# Ambisi tanpa pengetahuan yang cukup, layaknya kapal di lautan kering.
# Mereka mentertawakan saya karena saya beda, dan saya mentertawakan mereka karena sama.
#Tegaslah pada diri sendiri, buang demua pikiran negatif, serta lakukanlah yang terbaik, kegelisahan hanya milik mereka yang putus asa.
# Keringat yang mengalir di medan latihan adalah penebusan darah di medan pertempuran.
# Tidak bisa menyeberangi lautan, hanya dengan berdiri saja di tepi pantai.
 #Jangan membenci ambisi, sebab ia adalah tenaga yang diperlukan untuk berhasil, tanpa adanya ambisi, kau akan mudah dipatahkan.
# Seseorang pemenang selalu berpikir tentang kerjasama, sementara seorang pecundang akan selalu berpikir bagaimana untuk menjadi penguasa.
Dan seterusnya masih ada ribuan kata-kata pendorong semangat hidup untuk maju yang dibuat orang di setiap bangsa, kerajaan atau pemerintahan. Disini terlihat bahwa hati akhirnya yang dituju yang menjadi sasaran kobaran api hasil olah pikir itu. Apakah sihati akan tergerak atau justru semakin menciut.

Tanpa tuntunan agama yang mengarahkan gerak alur nafsu agar tetap berada dalam koridor ridlo illahi. Celakanya, karena hati jua yang menyebabkan orang-orang lemah iman, para munafik, para pendosa malah justru membakar-balik sang akal agar mencari jalan pintas untuk memenuhi nafsu sahwat, kesenangan-kesenangan duniawi, amarah dan dendam, yang mana nafsu-nafsu itu ada berupa noktah-noktah hitam dan melekat kuat serta menutup kebeningan hati. Hati yang sudah terlingkupi dan tercemar kotoran nafsu akan semakin menghitam, mengkristalkan kelembutan dan membatu. Kalau sudah demikian, manusia tidak ubahnya bagai hewan, yang dilakukan hanya untuk pemenuhan nafsu saja. Pikiran yang melahirkan akal sehatnya hanya akan digunakan untuk mencari pembenaran berupa dalih-dalih hukum, dalih etika, dalih agama, dalih perniagaan dan perdagangan dan dalih kemanusiaan, demi melindungi eksistensi perbuatannya.   

Agama saja tidak cukup untuk dapat membangkitkan sang hati untuk dapat berperan lebih pada kehidupan dan perikehidupan manusia. Diperlukan cara atau ilmu bagian lebih dalam dari agama. Dalam islam ilmu itu dinamakan tasawwuf (tashawwuf). Pengetahuan tersebut adalah salah satu dari empat pilar disiplin pengetahuan dalam Islam yang harus dikuasai oleh umat Islam. Empat pilar pengetahuan tersebut adalah fikih (fiqh), kalam (kalam), filsafat (falsafah), dan tasawwuf (tashawwuf). Sesuai dengan disiplinnya, tasawwuf memiliki tingkatan teratas karena dalam pengertiannya yang universal tasawwuf mencakup dimensi mistik dan mengakui kebenaran mendasar dari seluruh agama. Agama bagaikan sebatang pohon yang berakar pada amalan-amalan dan memiliki dahan-dahan mistisisme serta berbuah kebenaran. Oleh karena itu, orang yang telah berhasil mencapai tingkatan ini selalu mencari persamaan daripada perbedaan. Dengan adanya persamaan muamalah, maka sasaran yang dituju yaitu hati, diri dan jiwa dapat lebih terukur, terkendali dan bersih dari nafsu kotor duniawi. Komparasi tajam antara psikologi akal dan psikologi hati dari para sufi, yang menjelaskan secara tegas bahwa tasawwuf merupakan pendekatan holistik (analisa secara keseluruhan), yang mengintegrasikan fisik, psikis, dan spirit serta membimbing jiwa untuk tidak terjebak ke dalam bahaya model yang datar dan menanjak (linear dan hirarkis), yang cenderung mengesampingkan dan membenarkan penindasan terhadap kaum lemah dan minoritas. Tasawwuf adalah disiplin pengetahuan (spiritual) yang dapat dimiliki oleh budaya, siapa pun, kapan pun, dan di mana pun.”, demikian papar Sang Imam Ghazali.

Tidak ada komentar dari kedua tamunya, Sang Imam kemudian melanjutkan pendapatnya: “Dalam percakapan sehari-hari sering mengatakan tiga hal tersebut tanpa mengetahui pengertian atau definisi masing-masing. Berbicara tentang hati, berbicara tentang diri, dan berbicara tentang jiwa tanpa mengetahui perbedaan pengertian dari ketiganya diucapkan ringan tanpa tendensi ilmiah sedikitpun, sehingga mendistorsi hikmah maupun pesan yang hendak disampaikan.

Hati dijelaskan sebagai sesuatu yang identik dengan spiritualitas. Ketulusan, niat baik, belas kasih, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan spiritualitas bersumber dari hati. Maka, kita cenderung mengatakan bahwa orang yang tidak memiliki ketulusan, niat baik, belas kasih, dan lain sebagainya tidak memiliki hati. Dalam psikologi sufi, hati memiliki kecerdasan dan kearifan terdalam. Kecerdasan yang dimiliki oleh hati lebih mendalam dan mendasar daripada kecerdasan yang cenderung abstrak, yang dimiliki oleh akal kita. Hati juga menyimpan roh ilahiah. Karenanya, bagi para sufi hati adalah kuil Tuhan dan rumah cinta. Semakin kita menggunakan hati kita untuk belajar mencintai orang lain, kita semakin mampu mencintai Tuhan.

Sedangkan diri atau nafs dalam psikologi sufi adalah sebuah aspek psikis pertama yang menjadi musuh kita. Tapi, nafs bisa menjadi teman yang sangat berharga bagi kita dan tak terhingga nilainya. Secara sederhana nafs memiliki beberapa tingkatan. Tingkat terendah adalah nafs tirani. Ia merupakan nafs yang dapat menjauhkan kita dari spritualitas. Pada sisi yang lain, tingkat tertinggi adalah nafs yang suci. Pada tingkat ini, kepribadian mencapai tingkat yang optimal bagaikan mencapai tingkat kesempurnaan yang dapat memantulkan cahaya Ilahi.

Terakhir, jiwa. Dalam psikologi sufi, jiwa diidentikkan dengan sesuatu yang selalu berevolusi. Jiwa memiliki tujuh aspek: mineral, nabati, hewani, pribadi, insani, rahasia, dan maharahasia. Setiap aspek memiliki penjelasan masing-masing. Namun secara umum, ketujuh aspek jiwa tersebut dapat dicapai secara bertahap dan tasawwuf bertujuan agar ketujuh tingkat kesadaran ini bekerja secara seimbang dan harmonis.

Tasawwuf memberikan pendekatan yang sangat holistik, sehingga jiwa terhindar dari bahaya model linear dan hirarkis yang digunakan untuk pembenaran dalam melakukan penindasan. Ketujuh aspek jiwa kita mampu mengintegrasikan fisik, psikis, spiritual. Aspek kehidupan fisik kita ditopang oleh kearifan mineral, nabati, dan hewani sejak dahulu kala. Fungsi psikis kita berakar dari jiwa pribadi. Sedangkan, jiwa insani, jiwa rahasia, dan jiwa maharahasia berada dalam hati spiritual. Jiwa insani adalah tempat kasih sayang dan kreativitas. Jiwa rahasia adalah tempat berzikir kepada Tuhan dan jiwa maharahasia adalah percikan ilahiah yang tak terbatas. Berbagai amalan tasawwuf, diberikan dari Nabi Muhammad saw. kepada Para Shahabat, Tabiut, Tabiut-Tabiin dan Para wali. Berbeda cara pengamalan tetapi tetap satu tujuan yaitu Allah SWT.

Nah tuan-tuan berdua yang sudah dahulu berkelana keberbagai zaman, tentu sudah lebih dahulu paham perbandingan penjelasan antara hati, diri dan jiwa.”, demikian Sang Imam Ghazali mengakhiri pendapatnya.

Togog mempersilahkan Semar untuk menguraikan pemahaman mereka tentang hati, diri dan jiwa. Semar mengatupkan kedua telapak tangannya memberi hormat kepada Sang Imam, karena penjelasan beliau itu sudah memudahkan Semar untuk memilah pemahaman mereka tentang hati, diri dan jiwa manusia. “Kami dari zaman pewayangan hingga zaman-zaman sesudahnya, sudah mengenal akan kemampuan metafisik dan mengembangkan sampai ketingkatan yang sungguh diluar akal dan mungkin tidak terbayangkan imajinasi manusia. Sehingga mampu mengendalikan bahkan menciptakan zat dan kekuatan alam seperti api, air, angin, materi, cahaya dan menembus ruang dan waktu. Semua itu bukanlah hal aneh lagi bagi kami. Terlebih lagi bagi kami kaum Para Dewa, kemampuan energi alam itu merupakan keniscayaan tidak terbantahkan, karena kami menjadi tempat dan sumber umat manusia meminta kemampuan itu. Tempat meminta perlindungan dan tempat meminta jawaban setiap masalah di kehidupan mereka umat manusia.

Penyerapan energi alam kami itu kami pusatkan pada istilah yang Tuan Imam sebutkan dalam diri (nafsu) dan jiwa. Untuk mencapai inti jiwa yang terdapat pada tujuh titik kami namakan cakra, para pencari kesaktian harus berpuasa dan bersemedi tahunan hingga belasan tahun, dan memencilkan diri dari pengaruh lingkungan masyarakat luas. Melepaskan simbol-simbol, kemewahan duniawi, semuanya dengan tujuan untuk meredam gejolak nafsu pada diri kita, yang sangat mudah menguasai roh atau jiwa. Dengan dikuasai nafsu diri, maka kekuatan alam dengan mudah dapat diserap hingga batas kemampuan kekuatan cakranya. Untuk mencapai hasil maksimal, biasanya para ksatria, brahmana, empu atau para-pertapa memusatkan diri pada pelindung-pelindung manusia, yang dipercaya sebagai payung kehidupan dan nasib manusia. Para pelindung itu adalah kami, yang mereka sebut sebagai Para Dewa. Bermacam-macam dewa yang mereka sembah, jadi pemusatan pikiran dalam tapanya, para pertapa akan memilih seorang dewa yang sesuai dengan tujuan dan hajat para pertapa.  

Adapun tujuh titik cakra dalam jiwa adalah titik pusat energi di dalam tubuh bioplasma manusia, dan sesuatu yang bersifat ilahiah, yakni materi yang pembahasannya belum bisa dicapai oleh kelima indra wadag kasar manusia. Namun pada kenyataannya tidak sedikit manusia yang membenarkan bahwa cakra itu benar adanya dan eksistensinya dari cakra dapat dirasakan oleh beberapa manusia tertentu, misalnya para indigo, paranormal atau orang yang bakat indera keenam yang sangat kuat. Bagi kami kaum Dewa yang hidup di alam Mayapada, cakra benar ada dan itu sudah menjadi kantong pakaian untuk menyimpan percikan-percikan nur ilahiah dari alam semesta.  Ketujuh cakra yang Tuan Imam disebutkan sebagai tujuh aspek berupa materi mineral, nabati, hewani, pribadi, insani, rahasia, dan maharahasia, memendarkan cahaya yang disebut aura. Setiap cakra mempunyai warna pendaran aura yang berbeda-beda. Bisa dikatakan warna aura yang menyelimuti tubuh manusia itu mewakili emosi individu manusia. Maka warna pendaran warna cahaya aura akan berubah-rubah berbarengan dengan perubahan emosi manusia yang bersangkutan. Semisal saat individu sedang dalam kondisi tenang, santai maka pendaran auranya akan berwarna hijau, sebaliknya bila individu bersangkutan sedang dalam kondisi marah, dendam, jengkel dan mendongkol  maka warna auranya adalah merah pekat.  

Warna aura cakra pada kondisi manusia yang sudah membebaskan diri dari kungkungan nafsu, adalah
# pertama Cakra Mahkota (Sahasrata) berwarna violet terletak di sisi bagian atas kepala, daerah otak dan system syaraf (ubun-ubun). Fungsinya sebagai integrasi, pemahaman dan pencerahan.
# kedua Cakra Mata Ketiga (Ajna) berwarna biru indigo (nila) terletak di dahi atau kening. Fungsinya sebagai penglihatan mata batin, kata-hati dan penyatuan.
# ketiga Cakra Tenggorokan (Vishudda) berwarna biru muda terletak di tenggorokan. Fungsinya sebagai komunikasi, energi ekspresif, kemauan untuk menyatukan simbol-simbol ke bentuk yang ideal (kuasa dan tenaga untuk memilih).
# keempat Cakra Jantung (Anahata) berwarna hijau terletak di tengah dada. Fungsinya sebagai alat mencintai diri, mencintai orang lain, pemenuhan hajat hidup, energi mental, kesadaran dan penyembuhan,
# kelima Cakra Pusar (Manipura) berwarna kuning terletak di pusar perut. Fungsinya sebagai pertumbuhan, penyembuhan, menerima dan mengeluarkan energi, tenaga bagi kemauan.
# keenam Cakra Kemaluan (Svadhisthana) berwarna jingga, terletak di bawah perut pada titik kemaluan manusia. Fungsinya sebagai asimilasi, seksual, kesenangan, keinginan, gaya hidup yang memanjakan emosi.
# ketujuh Cakra Dasar (Maludara) berwarna merah, terletak di antara alat kelamin dan anus (tulang ekor). Fungsinya sebagai pertahanan hidup (survival), gaya hidup yang mengutamakan energi fisik.

Kapasitas tampung cakra-cakra ini untuk menerima energi alam semesta, ternyata sangat terbatas, pengembangan kapasitas cakra membutuhkan meditasi dan ritual-ritual khusus selama ratusan tahun bahkan ribuan tahun lamanya dengan tapa brata keras tidak mengkonsumsi makanan minuman kesenangan duniawi. Kami para Dewa tentu mempunyai cakra-cakra diatas semua manusia di alam marcapada. Saat kami berdua ditunjuk Allah SWT sebagai Dewa Pengayom dan Pelindung Alam Semesta berikut Alam Makro dan Mikro beserta semua dunia paralelnya, kami baru tersadar, masih ada kapasitas ruang yang jauh sangat tak terhingga untuk menyimpan energi alam semesta. Tuan Imam menyebutnya sebagai Hati sebagai sesuatu yang identik dengan spiritualitas, ketulusan, niat baik, belas kasih, kecerdasan dan kearifan terdalam dan mendasar,  menyimpan roh ilahiah sebagai kuil Tuhan dan rumah cinta Ilahi. Terdiri dari 73 dimensi abstrak yang saling melapisi hingga lapisan inti dimana tempat Tuhan Allah SWT bermukim. Maka tidak heran Allah berfirman bahwa Dia berada pada manusia dan lebih dekat dari urat leher kita. Dengan kapasitas ruang itulah kami menerima kekuatan Jabalkat dan Sangkala, kekuatan akherat yang tidak terbendung oleh makhluk manapun di dunia fana ini. Dan dengan kapasitas ruang hati itulah kami berhasil dan mampu menampung energi ledakan alam semesta disaat kelahiran dari telur kosmik (Big Bang) saat permulaan zaman sebelum lahirnya sang waktu. Dari pertemuan kami dengan Sultan Aulia Al-Gauts Al-A’zham Syeikh Muhyidin Abdul Qodir Al-Jailani Qaddasallahu Sirrahu dan mewarisi Kitab Penyingkap Kegaiban atau Futhul al-Ghaib dan Kitab SIRRUL ASRAR, ternyatalah begitu banyak ruang yang bisa menampung energi alam semesta ini, bahkan alam Jabarut, Malakut dan alam Layamut. Dari tirai alam Layamut, dengan Sifat Kemakhlukan Dzat Allah SWT. dengan seijinNya dipadukan dengan sifat Illahiah kami manusia, dapat melebur menjadi sifat Wahdatul Wujud atau Ittihad.”, Semar menenggat sejenak untuk menerima sanggahan atau pertanyaan Imam Agung Ghazali. Namun yang nampak Sang Imam Agung berkali-kali bertakbir mengesakan Allah SWT. atas keluasan kuasa dan ilmuNya. Semar dipersilahkan melanjutkan pandangannya tentang hati, nafsu dan jiwa.

Semar pun meneruskan pendapatnya; “Kekuatan Hati melebihi kekuatan Pikiran, Diri maupun Jiwa. Banyak orang sangat meyakini bahwa kekuatan pikiran positif dapat membawa manusia meraih kesuksesan dalam mencapai tujuannya. Memang, tidak diragukan lagi, kalau kekuatan pikiran positif ini akan membawa manusia pada kesuksesan dalam meraih tujuannya. Mereka yang dapat mengarahkan pikirannya selalu kearah positif, maka diyakini bahwa hasilnya adalah sesuatu kehidupan yang positif juga. Meskipun demikian, kita sebagai manusia yang memiliki keyakikan keimanan kepada Allah, sebaiknya menyadari bahwa bukan hanya mengandalkan kekuatan otak semata, bukan hanya mengandalkan akal dan kekuatan pikiran semata. Karena sesungguhnya ada kekuatan lain yang lebih dahsyat dari kekuatan otak, akal dan pikiran. Kekuatan ini bukan hanya mengantarkan manusia meraih sukses namun juga mampu mengantarkan manusia pada kemuliaan hidup. Yakni kekuatan hati atau kekuatan hati yang positif, kekuatan hati yang jernih. Kekuatan hati ini memiliki kedahsyatan yang melebihi kekuatan pikiran manusia. Karena hati adalah rajanya, hatilah yang mengatur dan memerintahkan otak, pikiran dan panca indra manusia.

Tuhan melalui berbagai ajaran yang dibawa oleh para Nabi, maupun melalui kitab suci-NYA telah mengajarkan kepada manusia untuk senantiasa mendengarkan suara hati nuraninya. Mengajarkan manusia untuk dapat memelihara kejernihan hatinya, sehingga sifat-sifat mulia yang tertanam dalam hati dapat memancar ke permukaan. Karena di dalam hati manusia sudah tertanam bentuk percikan sifat-sifat "Ilahiah" dari Allah Tuhan Sang Pencipta Kehidupan. Diantara sifat-sifat mulia Allah yang tertanam dalam hati manusia adalah sifat kepedulian, kesabaran, kebersamaan, cinta dan kasih sayang, bersyukur, ikhlas, damai, kebijaksanaan, semangat, dan lain sebagainya. Karena itu sesungguhnya kekuatan hati ini sangat luar-biasa untuk memicu kesuksesan dan kemuliaan dalam segala bidang kehidupan.

Di dalam hati tempatnya pusat ketenangan, kedamaian, kesehatan, dan kebahagiaan sejati yang hakiki. Bahkan hati merupakan cerminan dari diri dan hidup manusia secara keseluruhan. Di dalam hati terdapat sumber kesehatan fisik, kekuatan mental, kecerdasan emosional, serta tuntunan bagi manusia dalam meraih kemajuan spiritualnya. Hati menjadi tempat di mana sifat-sifat mulia dari Allah SWT. Sang Pencipta Kehidupan bersemayam. Hati adalah tempat dimana semua hal yang terindah, hal yang terbaik, termurni, dan tersuci berada di dalamnya. Dari Hati yang jernih akan melahirkan pikiran-pikiran yang jernih dan pada akhirnya melahirkan tindakan-tindakan mulia berdasarkan suara hati nurani. Kejernihan hati dapat menjadikan manusia menjadi mampu bertindak bijaksana, memiliki semangat positif, cerdas dan berbagai sifat-sifat mulia lainnya. Dengan hati yang jernih, kita dapat berpikir jernih dan menjalani kehidupan dengan lebih produktif, lebih semangat, lebih efisien dan lebih efektif untuk meraih tujuan.

Hati adalah kunci hubungan manusia dengan Tuhannya. Karena Hati adalah tempat bersemayamnya Iman, dengannya kita bisa berkomunikasi dengan sang Khaliq. Hati juga menjadi kunci hubungan dengan sesama manusia. Hubungan yang dilandasi kejernihan hati dapat menjadikan hubungan yang lebih sehat, baik dan konstruktif dengan siapapun. Karena hubungan yang dilandasi kejernihan hati akan mengedepankan kasih sayang, kejujuran, kebersamaan dan saling menghormati. Hubungan dengan manusia akan terasa menyenangkan, menghadirkan kedamaian dan kebahagiaan. Dengan demikian akan semakin banyak orang lain yang akan memberikan dukungan bagi kesuksesan kita. Dalam meraih kesuksesan sebaiknya jangan hanya mengandalkan kekuatan otak semata. Karena otak atau pikiran merupakan sesuatu yang terbatas dan bersifat sementara. Berusahalah menggunakan kekuatan hati nurani, menggunakan kekuatan kejernihan hati dengan seimbang. Gunakanlah kekuatan hati yang positif, karena dialah sesungguhnya diri sejati Anda. Hatilah tempat sifat mulia Allah SWT. Sang Pencipta bersemayam di dalam diri kita. Dengan senantiasa menggunakan kekuatan hati, mendengarkan suara hati, akan membawa manusia menjalani kehidupan dengan penuh kedamaian dan kebahagiaan. Kalau seseorang dapat merasakan kedamaian hati dan kebahagiaan hati, maka akan memiliki hidup yang penuh dengan sukses dan kemuliaan.

Namun, berbagai godaan kehidupan masyarakat seringkali dapat mengotori kejernihan hati. Sikap egoisme, mementingkan hawa nafsu, mengikuti ambisi meraih kekuasaan dengan menghalalkan segala cara dan berbagai emosi-emosi negatif seperti amarah, dendam, benci dan iri hati dapat menjadikan kejernihan hati terbelenggu, Hati yang terbelenggu cahaya kejernihannya tidak dapat memancar ke permukaan. Inilah yang dapat melemahkan kehidupan spiritual umat manusia. Kalau dibiarkan, dapat menjadikan kita semakin sulit mendengarkan bisikan hati dan lebih mempercayai atau mengandalkan kemampuan otak serta produk-produk pikiran atau akal semata. Inilah yang akan melahirkan ketidak seimbangan antara kemampuan nalar dengan hati nurani, sehingga melahirkan berbagai masalah dalam kehidupan.

Lantas bagaimana agar kita dapat menjaga kejernihan hati dalam kehidupan masyarakat ini?. Bagaimana dapat memelihara kejernihan hati sehingga cahayanya dapat memancar ke permukaan?. Mungkin langkah awal adalah kita mencoba untuk mempetakan berbagai pola hidup yang menjadi sebab dan faktor melupakan hati, kemudian berusaha untuk menemukan suara hati yang murni lantas memberdayakannya. Jika hati sudah terberdayakan maka akan terciptalah revolusi diri dan revolusi kehidupan yang pada gilirannya revolusi ummat, berhijrah kearah yang lebih baik.

Bagaimana Hati dapat mempengaruhi tubuh dan pikiran. Hati yang bekerja pada tubuh dan pikiran kita disebut perasaan. Apakah perasaan dapat dan harus dikendalikan?. Mematikan perasaan tidak berarti kita membiarkan pengalaman meresap ke dalam diri kita. Sebaliknya, kita membiarkan pengalaman meresap secara penuh. Itulah sebabnya kemudian kita bisa mematikan rasa. Ambil contoh salah satu emosi cinta kepada seorang wanita, atau kasihan kepada orang yang kita sayangi, atau rasa takut dan rasa nyeri akibat penyakit yang mematikan. Apabila kita menahan emosi-emosi itu - apabila kita tidak membiarkan diri mengalaminya – kita tidak pernah dapat mematikan rasa, kita terlalu sibuk menghadapi rasa takut. Kita takut menghadapi rasa nyeri, kita takut mengalami rasa sedih. Kita takut mengalami penderitaan akibat cinta. Tapi dengan membiarkan diri mengalami emosi-emosi ini, dengan membiarkan diri terjun ke dalamnya, sampai sejauh-jauhnya, kita akan  mengalaminya secara penuh dan utuh. Kita tahu arti sakit, kita tahu arti sedih, dan hanya ketika kita mengatakan, baiklah, aku telah mengalami emosi itu. Aku kenal betul emosi itu. Sekarang aku perlu mematikan perasaan dari emosi itu untuk sementara waktu. Ketika cinta hanya mencintai cinta, penuh kepasrahan pada cinta apapun yang berlaku tetap bisa tersenyum, tahan menghadapi gempuran dan cobaan, dan kadangkala mengalah untuk kebahagiaan orang yang dia cintai maka itulah makna cinta yang sejati”, Semar tertunduk haru, menahan perasaannya akan keluarga dan masa lalunya, tetapi kemudian sinar cintanya kepada Nur Illahi yang sudah menyatu dengan hatinya, menerangi Diri, cakra-cakra dan Jiwanya. Bisa dikatakan mereka berdua adalah sesempurna-sempurnanya Dewa atau makhluk ciptaan Allah, sudah pantas disejajarkan dengan para malaikat dan para Nabi. Tetapi tugas mereka adalah bukan penyampai risalah-risalah Ilahi, melainkan sebagai pengawal untuk para penyampai risalah-risalah Ilahi dan menjaga keseimbangan alam semesta ini. Maka risalah-risalah yang sudah meresap dalam di hatinya, hanya untuk mereka berdua sebagai pedoman dan koridor tugas mengawal kesimbangan alam semesta ini.

Togog merangkul saudara tuanya, dia tahu perasaan saudaranya, bukan perasaan masygul ataupun gundah, melainkan lebih kepada perasaan haru akan kehadiran dan karuniaNya di hati sehingga melahirkan perasaan tawakkal terdalam, dan mampu membentuk jiwa yang sabar, ikhlas dan bersyukur. Sang Imam Agungpun dapat merasakan perasaan kedua tamunya, matanya berkaca-kaca penuh rasa syukur kepada karunia Allah SWT. Beliau masih belum berkomentar, membiarkan Semar dan Togog menyampaikan pendapatnya tentang rahasia hati.

Semarpun melanjutkan pendapatnya: “Dalam hidup, kita selalu di hadapkan pada hal-hal sederhana yang membahagiakan andai kita mampu bijak menyadarinya. Terkadang kita mencintai seseorang begitu dalamnya, tak ada lagi yang terindah selainnya namun kenyataannya garis takdir tidak sejalan, tak ada penyatuan cinta pada ujungnya. Kita menjadi terpuruk, menyalahkan cinta, terendap lara dalam luka dalam. Dan, tanpa kita sadari bahwa orang yang dekat dengan kita yang sering kita abaikan, yang kita anggap sebagai teman biasa, tempat bercerita, tempat meminta pendapat sesungguhnya dialah cinta sejati kita, dialah yang selalu ada dalam keadaan kita paling terpuruk, dia yang mengulurkan tangan saat kita terjatuh. Dia yang meneduhkan ketika panas terik kehidupan melelahkan jiwa. Dialah takdir Tuhan untuk kita.

Mencintai tak mesti harus bersama, apalagi saling memiliki. Ketulusan untuk hanya mencintai sepenuh hati tidak berharap berlebihan, pasrah dan ikhlas menerima garis hidup dariNya membuat seseorang lebih matang, dewasa dalam menyikapi cinta dan kalaupun cintanya tak berbalas, harapannya sia-sia maka kepasrahannya pada takdir akan membalut kecewa hatinya, mendamaikan jiwanya dan keyakinan bahwa dia bukan yang terbaik baginya akan menghindarkannya dari patah hati yang sungguh menyakitkan dan kadang berujung depresi. Bijaklah dalam berlaku, pandai pandailah membaca pertanda dariNya. Jika kita perhatikan sekeliling kita, rasakan makna dibalik hembusan angin dan kita pasti akan menyadari ada ketulusan, ada cinta yang suci senantiasa melingkupi menerangi dan menjagamu tanpa suara, tanpa kata. Selalu menaungi setiap hari kita, melingkupi setiap langkah kita dan  senantiasa bersama kita tanpa kita sadari. Lalu dimana dan kemana pikiran akan berperan.

Saat mendengar bisikan yang mengusik pikiran meragukan sebuah keputusan yang kita buat. Atau, merasa khawatir jangan sampai mengambil keputusan yang salah? Mungkin ini karena kata-hati atau hati Anda sedang berbicara. Setiap orang dibekali kemampuan yang sama, yaitu kemampuan memahami berbagai hal dengan cara tertentu, misalnya dengan mempertimbangkan pengalaman masa lalu, keinginan dan kebutuhan yang muncul dari alam bawah sadar, atau kondisi kehidupan saat ini. Walaupun bisa menjadi masukan yang berguna, kata-hati tidak bisa menggantikan proses pengambilan keputusan yang normal. Pikiran dan hati, logika dan kata-hati, keduanya akan bekerja sama dengan baik jika mau sedikit berusaha dan berlatih.

Kita cenderung menganggap pikiran logis sebagai hal yang baik. Berpikir logis adalah fungsi atau proses yang mengarahkan tindakan kita berdasarkan logika tanpa melibatkan emosi atau penilaian subjektif. Pikiran membantu kita memperoleh hal-hal yang baik dan bermanfaat. Dengan alasan tersebut kita berpendapat bahwa pikiran lebih baik daripada kata-hati (intuisi). Pikiran bertanggung jawab untuk berpikir bijaksana dengan melibatkan perasaan, pola pikir, penilaian, dan ingatan. Pikiran juga membuat Anda mampu mempertimbangkan baik dan buruk sebagai dasar untuk mengambil keputusan yang logis. Logis adalah kemampuan mempertimbangkan berbagai perubahan (variabel) dan mengakses, mengolah, serta menganalisis informasi untuk membuat kesimpulan yang tepat.

Pemikiran logis adalah hal yang sangat manusiawi. Pada kenyataannya, kemampuan ini yang membedakan manusia dari binatang sehingga kita mampu menggunakan peralatan, membangun kota, mengembangkan teknologi, dan mempertahankan kelangsungan hidup spesies kita. Jadi, pemikiran logis merupakan kemampuan berharga yang sangat bermanfaat. Pemikiran logis merupakan alasan penting sehingga kita masih ada di sini saat ini. Namun demikian, lebih banyak tidak selalu lebih baik. Dalam hal tertentu, pemikiran logis sangat bermanfaat agar kita bisa mengatasi emosi negatif yang cenderung mengendalikan kita saat mengambil keputusan. Pemikiran logis membuat kita mampu melangkah lebih jauh. Kita cenderung merasa tidak berdaya jika mengambil keputusan hanya menggunakan logika. Semua pilihan, besar dan kecil, melibatkan banyak sekali variabel sehingga kita tidak bisa memutuskan tanpa mempertimbangkan perasaan.

Sukar menjelaskan perbedaan ‘perasaan’ atau ‘kata hati (intuisi)’. Istilah tersebut bisa diartikan sebagai pemahaman yang terbentuk setelah mempertimbangkan berbagai hal di luar pemikiran logis yang normal. Perasaan terbentuk dari beberapa aspek, misalnya hal-hal yang terjadi masa lalu (pengalaman), kebutuhan pribadi (keinginan), dan kondisi saat ini (orang-orang di sekitar, pilihan, dll.). Keputusan yang diambil dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut akan berbeda jika memutuskan hanya menggunakan logika. Kenali perbedaan hal-hal yang berasal dari hati, misalnya pikiran yang muncul begitu saja. Logika sangat mengandalkan analisis yang dipikirkan langkah demi langkah. Hati kita bekerja dengan pola yang berbeda. Adakalanya, kata-hati muncul berupa perasaan yang samar-samar dan sulit dijelaskan karena kita sendiri tidak mengerti apa yang sedang kita rasakan. Suara hati membawa pesan untuk kita, meskipun kadang-kadang sulit dimengerti. Mulailah belajar mendengarkan suara hati dengan mengabaikan pikiran logis untuk sementara waktu dan berfokuslah pada suara hati.

Hati atau perasaan lebih kuat dari pada pikiran. Pada dasarnya hatilah mengontrol pikiran, bukan kebalikannya. Itu sebabnya mengapa orang yang jatuh cinta sulit untuk berpikir logis dan tidak mengutamakan akal sehat, karna perasaan lebih kuat. Ketika ingin berpikir logis terkadang ada perasaan yang dikorbankan. Perasaan mengendalikan pikiran dan pikiran mengendalikan sikap atau tubuh kita.

Jadi bagaimana harus menyatukan Pikiran dan Hati. Pikiran dan hati seharusnya tidak berjalan sendiri-sendiri. Jadi perlu mencari cara agar keduanya bisa saling bekerja sama. Mulailah dengan menentukan nilai keutamaan. Hati kita menyimpan nilai-nilai keyakinan yang tidak dikenal saat kita berpikir logis. Penyatuan pikiran dan hati dimulai dari sini. Ketahui nilai-nilai keyakinan yang nantinya akan mengarahkan proses berpikir logis. Mencoba mengkaji nilai keyakinan jika hal ini belum pernah dilakukan. Berusahalah melihat bagaimana nilai-nilai keyakinan membentuk kehidupan.

Mencoba mengaitkan keputusan dengan nilai keyakinan, dengan tujuan bukan untuk mengabaikan pikiran logis, melainkan untuk memanfaatkannya. Oleh karena nilai keyakinan tertanam di dalam hati, dan harus mengetahuinya dengan baik dan melibatkannya saat berpikir logis. Kemudian kumpulkan informasi sebanyak mungkin yang ada hubungannya dengan keputusan. Kebaikan apa yang akan diperoleh dari keputusan yang akan diambil?. Apakah membawa akibat yang nantinya akan disesali?. Dalam proses pengambilan keputusan, logika dan hati terkadang mengalami konflik. Hal ini bisa menjadi petunjuk bahwa kita harus mencari tahu semua kemungkinan yang akan terjadi sedetail mungkin dan melakukan evaluasi. Lakukan identifikasi masalah dengan memikirkan akibat buruk yang mungkin terjadi. Jajaki beberapa opsi dengan mempertimbangkan apa yang terbaik. Adakalanya, kata-hati pertama adalah jawaban yang tepat. Namun juga harus menyeimbangkan antara hati dan pikiran logis agar bisa mengambil keputusan yang paling tepat”, demikian Semar menutup pendapatnya.

Sang Imam Agung berusaha mengorek suatu cara bagaimana kedua tamunya itu memanfaatkan kekuatan pikiran, jiwa dan hati yang bisa menciptakan keajaiban-keajaiban seperti yang sudah diterangkan di awal pertemuan mereka: “tuan-tuan berdua tentu mempunyai kemampuan mengangkasa, menghilang atau bergerak secepat kilat atau keajaiban-keajaiban lainnya. Bagaimana perumusan itu bisa terjadi dikaitkan dengan pembahasan kita tentang pikiran, jiwa dan hati?”.

Semar dan Togog bukan menjadi bangga dan bersombong diri dengan menunjukkan kemampuan mereka, melainkan justru tumbuh perasaan rikuh yang menyelimuti perasaan mereka karena diminta ‘pamer’ oleh orang yang dikasihi Tuhan Allah SWT. yang menjadi junjungan mereka. Melihat kerikuhan kakaknya, Togog meminta ijin untuk menjawabnya. “Dalam hal ini ada dua jalur atau jurus yang digunakan, bisa dikatakan jalur cepat atau jalur lambat. Dua jurus itu disebut jurus putih dan jurus hitam. Jurus hitam itu menggunakan dan memperdalam cakra-cakra dalam jiwanya dengan memasukkan unsur-unsur kekuatan alam, tetapi tidak memperdulikan sumber, akibat atau effek sampingnya, dosis atau takaran, sehingga upaya mengolah dan meracik unsur-unsur itu bisa memperkuat atau mengotori cakra-cakranya. Karena begitu kotornya jiwa yang merangkum cakra-cakra itu, pelepasan energinya pasti tidak mengikut-sertakan hati atau kata hati. Maka tidak ada energi hati yang memicu pelepasan energi itu. Maka juga dapat disebut cara itu adalah jalur cepat. Peran kekuatan setan, iblis, siluman sangat besar dalam pembentukan cakra-cakra tersebut. Saat penggunaan energi cakra itu, hanya pikiran logis yang dilambari jiwa kotor dan hati amarah yang difokuskan pengguna. Kita menyebut nafsu membunuh, nafsu menaklukkan dan lain sebagainya.

Sebaliknya untuk jurus putih, cakra-cakra dan jiwa akan dimasukan sebagai ‘senjata rahasia’ persenjataan hati. Pikiran yang timbul hanya difokuskan untuk ‘menyusun’ kekuatan-kekuatan dalam hati itu. Banyak orang menyebut kekuatan hati adalah energi roh. Energi yang terkumpul jika akan dilepaskan, disinilah perbedaan besar yang akan diperlihatkan, kehendak diri atau nafsu akan tunduk dan semua akan bergantung penuh kepada hati seberapa besar akan melepas energinya. Dalam islam kejadian itu disebut gambaran proses tawakkal, berserah diri kepada kehendak Illahi. Jadi kejadian yang muncul adalah kekuatan diluar nalar dan ukuran perkiraan kita. Terkadang seorang ibu rumah-tangga yang berusaha membebaskan anaknya yang terjepit,  mampu mengangkat beban sangat berat tanpa memikirkan berat dan cara memindahkannya. Jadi ada peran sesuatu yang ada di hati ibu itu, keluar karena dorongan perasaan cemas akan nasib anaknya.

Untuk mendapatkan kepasrahan kepada kehendak hati dan peredaman nafsu pikiran, memerlukan latihan-latihan dan pantangan-pantangan. Misal banyak berpuasa, tapa-brata, dzikir bersuci diri dari kotoran-kotoran duniawi dengan banyak memperdalam agama dan kitab-kitab suci. Hati yang kotor menyebabkan lemah dan lalai, sehingga mudah disusupi anasir-anasir jahat berupa teluh, guna-guna, santet atau sihir. Sesungguhnya sihir para penyihir itu akan bekerja secara sempurna bila mengenai hati yang lemah, jiwa-jiwa yang penuh dengan syahwat yang senantiasa bergantung kepada hal-hal rendahan. Oleh sebab itu, umumnya sihir banyak mengenai para wanita, anak-anak, orang-orang bodoh, orang-orang pedalaman, dan orang-orang yang lemah dalam berpegang teguh kepada agama, sikap tawakkal dan tauhid, serta orang-orang yang tidak memiliki bagian sama sekali dari dzikir-dzikir Ilahi, doa-doa, dan ta’awwudzaat nabawiyah.

Terapi pengobatan hati setelah terkena sihir antara lain; mengeluarkan dan menggagalkan sihir tersebut jika diketahui tempatnya. Ini merupakan metode paling ampuh untuk mengobati orang yang terkena sihir. Metode kedua, dengan membaca doa-doa keagamaan yang disyariatkan. Misalnya dengan menggunakan Kalamullah (ayat-ayat Al Qur`an), atau dengan Asmaul Husna atau dengan sifat-sifat Allah Azza wa Jalla, atau dengan doa-doa yang diajarkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Doa-doa itu bisa dengan menggunakan bahasa Arab, atau dengan bahasa selain Arab yang difahami maknanya.

Selain itu, ada hal sangat penting yang juga harus diperhatikan, bahwa pengusir sihir (ruqyah) akan bekerja secara efektif bila orang yang sakit (terkena sihir) dan orang yang mengobati sama-sama memiliki keyakinan yang kuat kepada Allah Azza wa Jalla, bertawakkal kepadaNya semata, bertakwa dan mentauhidkanNya, serta meyakini dengan sebenar-benarnya bahwa Al Qur`an adalah penyembuh bagi penyakit dan rahmat bagi orang-orang beriman. Jika hal ini tidak terpenuhi, maka ruqyah tersebut tidak akan berefek kepada penyakitnya, karena ruqyah itu sendiri merupakan obat mujarab yang diajarkan oleh syari’at. Namun ibarat senjata, setajam apapun ia, jika berada di tangan orang yang tidak lihai menggunakannya, maka senjata itu tidak banyak manfaatnya.

Metode ketiga, mengeluarkan sihir tersebut dengan melakukan pembekaman pada bagian tubuh yang terlihat bekas sihir, jika hal itu memang memungkinkan. Bila tidak memungkinkan, maka ruqyah-ruqyah di atas telah mencukupi untuk mengobati sihir. Bagaimana rahasia pembekaman di bagian yang terkena sihir ini. Bahwa sihir itu tersusun dari pengaruh ruh-ruh jahat dan adanya respon kekuatan alami yang lahir dari ruh jahat tersebut. Inilah jenis sihir yang paling kuat, terutama pada bagian tubuh yang menjadi pusat persemayaman sihir tadi. Maka pembekaman pada bagian tersebut merupakan metode pengobatan yang sangat efektif bila dilakukan sesuai dengan cara yang tepat.

Metode keempat, dengan menggunakan obat-obatan alami sebagaimana disebutkan Al Qur’an dan As Sunnah, dengan disertai keyakinan penuh terhadap kebenaran firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menerangkannya.

Maka dapat dikatakan jurus ini yang bertolak dan berpatokan kepada keagamaan dengan menjunjung asma-asma Ilahi untuk pembersihan hati, adalah jurus lambat tetapi menghasilkan kekuatan tak terukur, karena adanya peran dan petunjuk Tuhan”, demikian Togog berpendapat. 

“Luar biasa, luar biasa suatu penyingkapan pencerahan dari sudut pandang ilmu yang jarang dikenal menusia biasa. Dan itu memudahkan saya untuk mejelaskan  hati dan jiwa dalam perspektif Tasawwuf”, ujar Imam Gazhali bersemangat.

“Sebagaimana ilmu yang lain, tasawwufpun mempunyai objek atau lapangan dan sasaran pembahasannya sendiri. Yang menjadi objek pembahasan tasawwuf  ialah  jiwa manusia. Tasawwuf membahas tentang sikap jiwa manusia dalam berhubungan dengan Allah dan sikapnya dalam berhubungan dengan sesama makhluk. Dalam hal ini tasawwuf  ingin membersihkan hati itu dari sifat-sifat buruk dan tercela dalam rangka hubungan tersebut. Bila hati sudah suci dan bersih dari noda kotoran, niscaya akan baiklah kehidupan manusia itu, seperti sabda Rasulullah SAW yang artinya: ‘ketahuilah bahwa di dalam tubuh manusia itu ada segumpal darah, bila segumpal darah itu baik, baiklah tubuh seluruhnya dan apabila segumpal darah itu buruk, buruk pulalah tubuh seluruhnya. Segumpal darah itu ialah hati.’ Dimensi rohani manusia mempunyai empat kekuatan, yakni qalb, ruh, nafs, dan akal. Keempat unsur ini dapat ditinjau secara pisik dan psikis.

Hati dalam bahasa arabnya disebut qalb. Menurut ilmu pertabiban qalbu adalah segumpal darah yang terletak di dalam rongga dada, agak sebelah kiri, warnanya agak kecoklatan dan berbentuk segi tiga. Dalam hal pembahasan hati secara pertabiban hati adalah materi, sedangkan hati menjadi immateri menurut objek bahasan ilmu tasawwuf. Tentang hati yang immateri ini akan saya bahas di dalam kitab Ihya Ulumiddin: ‘yakni suatu kurnia Tuhan yang halus dan indah bersifat immateri, yang ada hubungannya dengan hati materi. Yang halus dan indah itulah yang menjadi hakekat kemanusiaan dan yang mengenal dan mengetahui segala sesuatu, hati juga yang menjadi sasaran perintah, sasaran cela, sasaran hukuman dan tuntutan dari Tuhan. Ia mempunyai hubungan dengan materi. Hubungan ini sangat menakjubkan akal tentang caranya. Perhubungan ini penaka hubungan gaya dengan jizim dan hubungan sifat dengan tempat lekatnya atau seperti hubungan pemakai alat dengan alatnya, atau bagai hubungan benda dengan ruang.’
Qalb di dalamnya terdapat lobang-lobang. Lobang-lobang ini diisi dengan darah hitam yang merupakan sumber dan tambang dari nyawa. Secara psikis, qalb berarti sesuatu yang halus, ruhani yang berasal dari ketuhanan. Qalb dalam pengertian kedua ini yang disebut hakikat manusia, dialah yang merasa, mengetahui, dan mengenal serta yang diberi beban, disiksa, dicaci, dan sebagainya. Hakikatnya tidak bisa diketahui.
Jadi Hati adalah hakekat manusia yang dapat menangkap segala pengertian, pengetahuan dan arif, yaitu manusia yang menjadi sasaran dari segala perintah dan larangan Tuhan, yang akan disiksa, dicela dan dituntut segala amal perbuatannya. Membicarakan tentang alat mema’rifati Tuhan membagi alat itu menjadi tiga:
1.      Qalb untuk mengetahui sifat-sifat Tuhan
2.      Ruh untuk mencintai Tuhan
3.      Sir untuk melihat Tuhan
Sir lebih halus dari ruh. Ruh lebih halus dari qalb. Membedakan antara Nafs, ruh, hati, dan akal.

Nafs mempunyai dua arti. Pertama ialah himpunan kekuatan marah dan syahwat dalam diri insan. Kedua ialah sesuatu yang indah dan halus yang menjadi hakikat manusia. Nafs ialah kekuatan yang menghimpun sifat-sifat tercela pada manusia, yang harus dilawan dan diperangi. Sabda Nabi saw: ‘Musuhmu yang paling besar ialah nafsumu yang berada di antara dua lambungmu’ . Sedang pengertian kedua ialah hakikat manusia yang akan dimintai pertanggung-jawaban kelak di akhirat. Ia disifati dengan berbagai sifat sesuai dengan keadaannya. Apabila tenang dan jauh dari kegoncangan, yang menentang nafsu syahwatiyah, maka disebut nafsu muthma-innah. Sesuai dengan QS.al-Fajr: 27-30. ‘Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam jemaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.
Apabila keadaannya kurang sempurna ketenangannya, akan tetapi dia mencela dan menegur kepada dirinya sendiri manakala teledor untuk berbuat tidak baik, maka disebut nafsu lawwamah. Seperti dalam QS.al-Qiyamah: 2. Kemudian apabila nafsu tunduk dan patuh terhadap nafsu syahwat dan panggilan setan, maka dinamakan nafsu amarah, yang mengajak pada kejahatan. Seperti dalam QS. Yusuf: 53.

Ruh juga mempunyai dua arti. Pertama sejenis barang halus yang bersumber dari ruang hati meteri dan tersebar melalui syaraf keseluruh tubuh. Mengalirnya di dalam tubuh sambil melancarkan cahaya kehidupan, dan memberikan indera pandangan, pendengaran, penciuman, perabaan dan perasaan lidah arti kedua ialah bahwa ruh itu merupakan suatu yang ghaib. Ruh secara biologis ialah tubuh halus (jisim lathifah) yang bersumber dari lobang qalb, yang tersebar ke seluruh tubuh dengan perantara urat-urat (daya hidup), bagaikan tersebarnya sinar lampu keseluruh ruangan. Sedang pengertiannya yang kedua ialah sesuatu yang halus yang mengetahui dan merasa. Roh yang mempunyai kekuatan inilah yang tidak dapat diketahui hakikatnya.
Ruh yang halus dan indah itu langsung datang dari Tuhan tanpa melalui proses seperti kejadian tubuh. Ia langsung menempati tubuh yang telah dibentuk lebih dahulu di dalam rahim ibu. Setelah tubuh itu melalui proses kejadiannya dalam waktu tertentu. Ruh adalah unsur  penting dalam diri manusia, sebab kalau tanpa ruh manusia tidak akan ada. Mayat yang sudah tidak punya ruhnya lagi tidak akan bisa menjalankan fungsinya seperti kita yang masih hidup. Hati adalah gejala dari ruh. Ia mempunyai dua kekuatan yaitu; Kekuatan nafsu amarah dan Kekuatan nafsu muthmainnah.
Kekuatan nafsu amarah mendorong manusia untuk berbuat jahat. Dia menerima bisikan-bisikan halus dari syetan dan iblis. Kekuatan nafsu amarah ini yang harus dihadapi oleh manusia dalam setiap saat. Rasulullah menerangkan bahwa perjuangan melawan nafsu (amarah) adalah jihad yang besar.
Kekuatan nafsu muthmainnah. Suatu daya yang selalu ingin membawa manusia menuju kesempurnaan jiwa dan kebersihannya yang hakiki. Nafsu muthmainnah inilah yang menampung ilham dari Tuhan dan bisikan-bisikan halus dari malaikat. Dua daya inilah yang menjadi  manifestasi adanya hati itu sendiri menjadi tanda gaib bahwa manusia mempunyai ruh (jiwa) yang amat ghaib bagi ilmu manusia.

Akal mempunyai dua arti. Pertama ialah yang digunakan dengan arti ilmu tentang hakikat suatu hal. Arti kedua ialah suatu alat untuk mengetahui ilmu tadi yakni sama dengan pengertian hati immateri.
Akal ialah pengetahuan tentang hakikat segala keadaan, maka akal itu ibarat sifat-sifat ilmu yang tempatnya di hati. Pengertian kedua ialah yang memperoleh pengetahuan itu. Dan itu adalah hati.
Selain arti diatas ada sebagian para sufi yang membagi hati menjadi hati sanubari dan nurani bersifat immateri. Namun kalau kita selidiki secara mendalam, ternyata tidak satu pun definisi yang mencapai pengertian tentang hakekah jiwa (ruh) itu yang sebenarnya. Firman allah Q.S Al-Isra’ : 85 ‘katakanlah (ya Muhammad) soal ruh itu adalah termasuk Tuhanku.’

Jiwa adalah harta yang tiada ternilai mahalnya. Kesucian jiwa menyebabkan kejernihan diri, lahir dan batin. Itulah kekayaan sejati. Berapa banyaknya orang yang kaya harta, tetapi mukanya muram, dan berapa banyaknya orang yang miskin uang, tetapi wajahnya berseri. Sekedar kekuatan dan usaha diri, begitu pulalah tingkatan kesucian yang akan ditempuh jiwanya.

Hidup adalah pertempuran dan perjuangan belaka. Manusia tidak luput dari kesalahan dan kelemahan. Manusia pasti merasakan nikmat istirahat sesudah kerja, kelezatan menghadap Tuhan kelak di akhirat ialah sehabis bertempur dengan ranjau-ranjau hidup yang mengerikan pada hari ini. Orang yang takut menghadapi kehidupan dan tidak berani menggosok dan mensucikan batinnya, tidak akan kenal arti lezat. Seorang penganjur bangsa dan tanah air, alim ulama dsb, nampaknya mereka disebut di singgasana kemuliaan dengan senangnya, padahal mereka mencapai itu dengan susah payah. Demikianlah mencapai kemuliaan batin.

Tiga unsur yaitu ruh, jiwa, dan badan, masing-masing unsur ini mempunyai sifat yang langgeng di dalamnya. Sifat ruh adalah kecakapan aqliyah, sifat jiwa ialah hawa nafsu, dan sifat badan ialah pengindraan. Manusia adalah suatu tipe alam semesta. Alam semesta adalah nama dua alam, dan dalam diri manusia ada tanda dari keduanya, karena ia terdiri dari lendir, darah, empedu dan kemurungan hati, yang mana empat suasana jiwa berkaitan dengan empat unsur dunia ini, yakni air, tanah, udara, dan api. Dalam diri manusia juga terjadi tarik menarik antara unsur yang mengajak ke arah positif, yaitu roh yang mempunyai sikap rasional, dan unsur lain berupa nafs (jiwa rendah) yang cendrung ke hal-hal yang bersifat negatif. Posisi manusia akan ditentukan unsur mana yang menang dalam percaturan setiap harinya. Jika sifat ruhnya yang menang, maka dia lebih menyerupai malaikat, namun apabila yang dominan itu nafsunya, maka akan lebih menyerupai sifat kebinatangan. Seperti dalam QS. At-Tin: 4-6. ‘Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka), kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.’  Asbabun nuzul”’ demikian paparan Sang Imam, kemudian melanjutkan tentang cara pembinaan hati manusia.

“Pembinaan Nafsu Rendah. Nafs secara etimologis adalah essensi dan hakikat sesuatu. Namun dalam bahasa sehari-hari dipakai untuk menunjukkan kepada banyak pengertian yang saling berlawanan. Para sufi sepakat bahwa nafs adalah sumber dan prinsip kejahatan, tetapi sebagian mengatakan bahwa nafs adalah substansi yang berada di dalam badan. Yang lain mengatakan, ia sebagai atribut (sifat) badan. Namun mereka semua sepakat bahwa melalui nafs, kualitas-kualitas rendah dijelmakan dan bahwa ia adalah sebab langsung dari tindakan-tindakan tak terpuji. Ketundukan kepada nafs syahwiyyah (jiwa rendah) menyebabkan kebinasaan dirinya, dan penguasa atas jiwa rendah ini akan melahirkan keselamatan hidup.

Keadaan jiwa rendah (nafs) adalah Tabir (hijab) yag paling dahsyat, ialah jiwa rendah dan ajakan-ajakannya, mengikutinya berarti ketidak-taatan kepada Tuhan, yang menjadi hijab antara manusia dengan Dia. Sebenarnya yang menjadi hijab itu bukan nafsnya, akan tetapi perilakunya yang berupa kemaksiatan. Hati adalah kebaikan cermin. Bisa mengkilap dan bisa hitam pekat, karena perbuatan yang dilakukannya. Seperti dalam QS. al-Muthaffifin: 14. ‘Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka.’
Keadaan jiwa rendah, adalah Sifat yang tidak pernah tenang kecuali dalam kebathilan, yakni selamanya tidak pernah mencari jalan kebenaran. Seseorang tidak mungkin mengenal Tuhan, selama dia tetap kekal dengan jiwa rendahnya, karena ia tak mampu mengenal dirinya, apalagi terhadap yang lain. Untuk menekan sifat nafs yang demikian itu, maka upaya pembinaannya adalah dengan menjalankan ibadah dan mujahadah, yang diharapkan manusia dapat menemukan Tuhan atau jalan menuju kepada Tuhannya.

Bagaimana selanjutnya untuk Penyucian Hati. Untuk mensucikan hati haruslah ia bebani dengan amal-amal ibadah, dzikir, tasbih, tahlil dan sebagainya. Sesuai dengan cara yang ditentukan oleh nash Al-Qur’an dan Hadis. Disamping ibadah yang merupakan inti hubungan manusia dengan Tuhan, hati juga dibebani dengan akhlak-akhlak yang terpuji dan mengosongkan diri dari perangai-perangai bejat. Aktivitas pensucian hati inilah yang disebut dengan “riyadhah” di dalam ilmu tasawwuf.
Bila hati mengamalkan segala bentuk ibadah, baik yang wajib maupun sunnat dan dikerjakan dengan penuh khusyuk dan ikhlas dan serta menetapi perangai-perangai yang terpuji dan merubah dari perangai-perangai yang tercela niscaya berhaklah ia menerima ridha ilahi seperti dalam Q.S Al-Fajr 27-30. ‘Wahai nafsu muthmainnah kembalilah dikau kepada Tuhanmu dalam ridha dan diridhai. Masuklah dikau kedalam golongan hamba-hamba-Ku masuklah dikau kedalam Jannah-Ku’

Dan dalam hadis ; bahwasanya pernah ditanyakan : Ya Rasulullah ! Siapakah orang yang terbaik itu? Jawab Nabi : ‘semua orang mukmin yang bersih hatinya’. Maka ditanyakan lagi : Apa arti orang bersih hati itu? Nabi menjawab : ‘ialah orang yang takwa, suci, tidak ada kepalsuan padanya, tak ada kedzaliman, dendam, khianat dan dengki’. Dalam QS. Asy-Syams :9-10. ‘sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya’.

Yang dimaksud membersihkan hati ialah berhasilnya cahaya iman dalam hati, yakni terpancarnya cahaya ma’rifat. Itulah yang dimaksud oleh Allah dalam QS. Al-An’am : 125. ‘Barang siapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barang siapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman’.

Cara yang dapat dilakukan dalam upaya membersihkan hati dan jiwa adalah sebagai berikut:
1. Membersihkan jiwa  dari pengaruh materi
Bahwasannya kebutuhan manusia itu bukan hanya pemenuhan tubuh materi saja, tetapi dia mempunyai batin yang disebut jiwa yang memerlukan kebutuhannya pula. Tubuh manusia akan merasa puas jika diberi makanan dengan protein nabati dan hewani, dengan demikian dia akan sehat.
Kebutuhan lahiriyah manusia erat hubungannya dengan jiwanya. Kebutuhan lahiriyah itu ada, karena adanya dorongan jiwa untuk mempertahankan dan melindungi tubuh dari berbagai macam bahaya yang dapat merusakkannya, seperti panas, dingin, dan bahaya lain yang berasal dari makhluk hidup lainnya.

2. Menerangi jiwa dari kegelapan
Untuk melindungi dari bahaya  inilah mulanya manusia berpakaian, memakai senjata dan lain-lainnya. Tapi sekarang semua itu terlebih pakaian hanya digunakan untuk menjaga gengsi. Karena itu dipilihlah model-model terbaru dan termodern yang selalu berubah setiap bulannya berkat penemuan daya fikir manusia. Orang pun sibuk mencari uang untuk mengejar mode terbaru. Akhirnya orang lupa diri. Orang tidak tahu dengan kebutuhan jiwanya lagi, karena memuaskan kebutuhan tubuh yang dipengaruhi oleh nafsu buruk sehingga manusia menjadi materialistik, penyembah benda. Pada akhirnya manusia diperbudak oleh benda dan menghancurkan diri mereka sendiri. Dengan ini berkembanglah korupsi, perampokan, pungutan liar, pelacuran dan seribu satu macam maksiat lainnya.
Semua kejadian ini tidak lain terpengaruh nafsu amarah yang senantiasa menyeret manusia kedalam jurang kehancuran. Satu-satunya jalan untuk menyelamatkan manusia dari godaan-godaan materi yang menyebabkan orang menjadi materialistik ialah dengan membersihkan jiwanya, dengan mempelajari agama.

Membersihkan hati dalam berhubungan dengan Allah. Hubungan manusia dengan Allah dalam bentuk ibadah tidak akan mencapai sasarannya kalau tidak dengan kebersihan hati dan selalu ingat denganNya. Contohnya dalam shalat. Shalat diperintahkan Tuhan, karena efeknya ialah untuk mencegah perbuatan munkar. Efek ini tidak akan dicapai manusia kalau shalat itu tidak dikerjakan dengan penuh keikhlasan dan kekusyukan.
Nabi bersabda: ‘berapa banyak orang yang berdiri shalat, yang bagiannya dari shalatnya hanya penat dan letih semata.’ Mengapa Nabi mengatakan banyak yang penat dan letih saja?. Padahal kita mengerjakan shalat dengan syarat dan rukun yang lengkap menurut ilmu Fiqh. Ini tidak lain karena kurangnya syarat batin yaitu kebersihan jiwa yang menjadi sumber ikhlas, khusyuk, dan khudhu’. Dan untuk menumbuhkan yang demikian itu maka diperlukan mempelajari ilmu Tasawwuf.

Kesimpulannya, Hati adalah hakekat manusia yang dapat menangkap segala pengertian, pengetahuan dan arif, yaitu manusia yang menjadi sasaran dari segala perintah dan larangan Tuhan, yang akan disiksa, dicela dan dituntut segala amal perbuatannya.
Jiwa adalah harta yang tiada ternilai mahalnya. Kesucian jiwa menyebabkan kejernihan diri, lahir dan batin. Itulah kekayaan sejati. Dimensi rohani manusia mempunyai empat kekuatan, yakni qalb, ruh, nafs dan akal. Keempat unsur ini dapat ditinjau secara pisik dan psikis. Untuk mensucikan hati haruslah ia bebani dengan amal-amal ibadah, dzikir, tasbih, tahlil dan sebagainya. Sesuai dengan cara yang ditentukan oleh nash Al-Qur’an dan Hadis”, demikian paparan lengkap sang Imam Agung Ghazali.

“Tuan Imam tentu sudah menyusun paparan tadi dalam buku ke-3 itu, sudikah kiranya memaparkan kepada kami?, mohon Semar hormat.

Imam Ghazali tersenyum, kemudian mencari tempat teduh untuk mereka memaparkan isi buku Ihya Ulumiddin yang ke-3.

IHYA ULUMIDDIN buku jilid 3 klik disini

2 comments:

Terima kasih telah berkunjung ke Blog saya, semoga semua hari-hari anda sejahtera dan sukses selalu, diberi petunjuk oleh-Nya, amin.