Friday, September 2, 2016

PENYINGKAP KEGAIBAN, wejangan 21 – 40.


WACANA KEDUA PULUH SATU
Tuan Syaikh berwejang:
Aku melihat setan terkutuk dalam mimpi, seolah aku berada dalam sebuah kerumunan besar, dan aku berniat membunuhnya. Lalu si setan itu berkata kepadaku, “Kenapa kamu hendak membunuhku, dan apa dosaku? Jika Allah menentukan keburukan, maka aku tak kuasa mengubahnya menjadi kebaikan. Jika Allah menentukan kebaikan, maka aku tak kuasa mengubahnya menjadi keburukan. Dan apa yang ada di tanganku?” Dan kulihat dia seperti seorang kasim, lembut ucapannya, dagunya berjenggot, hina pandangannya dan buruk mukanya, seolah ia tersenyum kepadaku, penuh malu dan ketakutan. Hal ini terjadi pada malam Ahad, 12 Zulhijjah 401 H.


WACANA KEDUA PULUH DUA
Tuan Syaikh berwejang:
Allah menguji hamba beriman-Nya menurut kadar imannya. Jika iman seseorang kuat, maka cobaannya pun kuat. Cobaan seorang Rasul lebih besar daripada cobaan seorang Nabi. Karena Iman Rasul lebih tinggi daripada iman Nabi. Cobaan Nabi lebih besar daripada cobaan Badal. Cobaan seorang badal lebih besar daripada cobaan seorang wali. Setiap orang diuji menurut kadar iman dan keyakinannya. Tentang ini Nabi Suci saw. bersabda: “Sesungguhnya kami, para Nabi, adalah orang yang paling banyak diuji.”

Oleh karena itu, Allah terus menguji pemimpin-pemimpin mulia ini, agar mereka senantiasa berada di sisi-Nya dan tak lengah sedikit pun. Dia SWT mencintai mereka, dan mereka adalah orang-orang yang penuh cinta dan dicintai oleh Allah, dan pencinta takkan pernah ingin menjauh dari yang dicintainya. 

Maka, cobaan-cobaan memperkukuh hati dan jiwa mereka dan menjaganya dari kecenderungan terhadap sesuatu yang bukan tujuan hidup mereka, dari merasa senang  dan cenderung kepada  sesuatu selain Pencipta mereka. Nah, bila hal ini merasuk ke dalam diri mereka, maka hawa nafsu mereka meleleh, kedirian mereka hancur lebur dan kebenaran menjadi terang benderang. Maka kehendak mereka terhadap segala kesenangan hidup ini dan akhirat tertambat di sudut jiwa mereka. Dan kebahagiaan mereka berlabuh pada janji Allah, keridhaan mereka kepada takdir-Nya, dan kesabaran mereka, dalam cobaan-Nya. Maka, selamatlah mereka dari kejahatan makhluk-Nya dan keinginan hati mereka.

Maka, hati menjadi kukuh dan mengendalikan anasir tubuh. Sebab cobaan dan musibah memperkuat hati, keyakinan, iman, dan kesabaran, dan melemahkan hewani dan hawa nafsu. Sebab, bila penderitaan datang, sedang sang beriman bersabar, ridha, pasrah kepada kehendak Allah dan bersyukur kepada-Nya, maka Allah menjadi ridha dengannya, dan turunlah kepadanya pertolongan, karunia dan kekuatan. Allah SWT berfirman: “Jika kau bersyukur tentu akan Kutambahkan.”

Bila diri manusia berhasil membuat hati memperturutkan keinginan tanpa adanya perintah dan izin dari Allah, maka timbullah kelupaan terhadap Allah, kesyirikan dan dosa. Maka Allah menimpakan kepada jiwa dan hati noda, musibah, luka, kecemasan, kepedihan dan penyakit. 

Hati dan jiwa terpengaruh oleh penderitaan ini. Namun, bila hati tak memperdulikan panggilan ini, sebelum Allah mengizinkannya melalui ilham, bagi wali, dan wahyu, bagi Rasul dan Nabi, maka Allah menganugerahi jiwa dan hati, kasih sayang, rahmat, kebahagiaan, kecerahan, kedekatan dengan-Nya, keterlepasan dari kebutuhan dan bencana. Ketahui dan camkanlah hal ini. Selamatkanlah dirimu dari cobaan dengan penuh kewaspadaan, dengan tak segera menimpali panggilan jiwa dan keinginannya. Tapi, tunggulah dengan sabar izin dari Allah agar kau senantiasa selamat di dunia dan di akhirat.

WACANA KEDUA PULUH TIGA
Tuan Syaikh berwejang:
Pegang teguh dan ridhalah atas sedikit yang kau miliki, hingga ketentuan nasib mencapai puncaknya, dan kau dibawa ke keadaan yang lebih tinggi. Kau akan ditempatkan di dalamnya, dan terjaga dari kekerasan kehidupan duniawi ini, akhirat, kekejian dan kesesatan. Kemudian kau akan dibawa kepada yang mengenakkan matamu. Ketahuilah bahwa bagianmu takkan lepas darimu dengan pengupayaanmu terhadapnya, sedang yang bukan bagianmu takkan kau raih walau kau berupaya keras. Maka dari itu, bersabarlah dan ridhalah dengan keadaanmu. Jangan mengambil atau memberikan sesuatu pun sebelum diperintahkan.

Jangan bergerak atau diam semaumu, sebab jika kau berlaku begini, kau akan diuji dengan keadaan yang lebih buruk daripada keadaanmu. Sebab, dengan kekeliruan seperti itu kau berarti berbuat aniaya terhadap diri sendiri dan Allah mengetahui yang berbuat aniaya. Allah berfirman: 
“Dan demikianlah Kami jadikan sebagian orang yang zalim sebagai teman bagi sebagian yang lain disebabkan oleh yang mereka upayakan.” (Qs. 6:129).

Sebab kau berada di rumah Raja, yang perintah-Nya berdaulat, yang Mahakuat, yang tentara-Nya amat besar, yang kehendak-Nya berdaulat, yang aturan-Nya sempurna, yang kerajaan-Nya abadi, yang kedaulatan-Nya menyeluruh, yang pengetahuan-Nya tinggi, yang kebijakan-Nya dalam, yang mahaadil, yang dari-Nya tak zarah pun tersembunyi, baik di bumi maupun di langit dan tak kezaliman para zalim pun tersembunyi dari-Nya. Allah berfirman: 
“Sesungguhnya Allah takkan mengampuni siapapun yang menyukutukan-Nya, dan Ia akan mengampuni selain itu yang dikehendaki-Nya.” (Qs.4:48).

Berupaya sekuat daya untuk senantiasa tak menyekutukan Allah. Jangan mendekati dosa ini dan jauhilah ia dalam segala gerak dan diammu siang dan malam, baik sendirian maupun bersama. Waspadalah terhadap segala bentuk dosa dalam anasir tubuhmu dan dalam hatimu. Hindarilah dosa yang tampak atau pun yag tersembunyi. Jangan menjauh dari Allah, sebab Ia akan menjangkaumu. Jangan bersitegang dengan-Nya atas takdir-Nya, sebab Ia akan melumatkanmu; jangan salahkan aturan-Nya, agar kau tak dihinakan-Nya, jangan melupakan-Nya agar kau tak dilupakan-Nya dan tak mengalami kesulitan; jangan mereka-reka di dalam rumah-Nya agar kau tak dibinasakan-Nya; jangan memperkatakan tentang agama-Nya dengan hawa nafsu agar kau tak binasa, agar hatimu tak gelap, agar iman dan pengetahuanmu tak tercabut darimu, agar kau tak dikuasai oleh kekejianmu, hewanimu, hawa nafsumu, keluargamu, tetanggamu, sahabatmu, ciptaan termasuk kalajengking, ular serta jin rumahmu dan makhluk-makhluk melata lainnya, sehingga dengan demikian hidupmu di dunia ini akan gelap dan kau akan disiksa di akhirat terus menerus.
             
WACANA KEDUA PULUH EMPAT
Tuan Syaikh berwejang:
Jauhilah sekuat daya ketakpatuhan kepada Allah, Yang Mahamulia lagi Mahaagung. Bertumpulah kepada Pintu-Nya dengan kebenaran. Berupayalah sekuat daya mematuhi-Nya dengan tobat dan doa, dengan menunjukkan kebutuhanmu atas kepatuhan dan kerendah-hatian, dengan khusuk dan menunduk, dengan  tak memandang orang atau mengikuti hewani, atau mengupayakan balasan duniawi atau ukhrawi, tak mengharapkan maqam, yang lebih tinggi. Camkanlah bahwa kau adalah hamba-Nya, dan bahwa sang hamba serta segala milik-Nya adalah milik tuannya, sehingga ia tak dapat mengakui apa pun terhadapnya. Berperilaku baiklah dan jangan salahkan Tuhanmu. Segala sesuatu ditentukan oleh-Nya. Segala yang Ia majukan, tak satu pun dapat memundurkannya. Segala yang dimundurkan-Nya, tak satu pun dapat memajukannya. Beginilah Allah memperlakukan Sendiri segala keadaanmu. Ia menganugerahimu tempat tinggal nan abadi di akhirat dan sekaligus menjadikanmu pemiliknya dan akan menganugerahimu kepadamu karunia-karunia yang tiada mata pernah melihat, tiada telinga  pernah mendengar dan tiada hati manusia pernah merasakan. Allah berfirman: 
“Tiada jiwa pun yang tahu apa yang disembunyikan bagi mereka, yaitu yang akan mengenakkan mata, sebagai balasan atas yang telah mereka perbuat.” (Qs.32:17).

Yaitu balasan atas kepatuhan dan kepasrahan mereka kepada Allah dalam segala hal.

Mengenainya, yang Allah telah anugerahkan hal duniawi, menjadikannya pemiliknya, merahmatinya dan melimpahkan karunia-Nya, Ia melakukan yang demikian ini lantaran keimanan orang ini bagai padang tandus, yang di dalamnya tak memungkinkan air, pohon, tetumbuhan dan bebuahan mewujud. Maka Ia tebarkan di dalamnya rabuk dan segala yang serupa itu, yang menumbuhkan tetumbuhan dan pepohonan, dan inilah dunia dan segala isinya, untuk menjaga segala yang telah ditumbuhkan-Nya di dalamnya, yang berupa pohon iman dan tanaman amal. Andaikata hal-hal ini pupus darinya, maka tanah, tetumbuhan dan pepohonan akan menjadi kering, buahnya luruh dan keseluruhan pedusunan akan menjadi sunyi, dan Yang Mahakuasa lagi Mahaagung menghendakinya dihuni dan ceria.

Maka pohon iman seorang kaya lemah akarnya, dan hampa akan yang mengisi pohon imanmu. Wahai darwis, sesungguhnya kekuatan lainnya dan kesinambungan kemaujudannya tergantung pada pemiliknya, dan tiada padanya yang lebih disukai selain yang telah kulukiskan bagimu. Semoga Allah menganugerahi kita daya untuk menggapai yang dicintai-Nya. Jadi, kekuatan dan kesinambungan karunia duniawi, yang kau dapati padanya, -- andaikata semua ini terecabut darinya, sedang pohonnya lemah, maka pohon itu akan menjadi kering dan si orang kaya ini akan menjadi kafir, munafik dan murtad, -- jika Allah tak  mengirimkan bagi orang kaya ini tentara kesabaran, keteguhan, pengetahuan dan aneka ketercerahan ruhani, yang memperkukuh imannya, maka ia takkan merasa kehilangan dengan lenyapnya kekayaan dan karunia.

WACANA KEDUA PULUH LIMA
Tuan Syaikh berwejang:
Jangan berkata, wahai orang yang malang! Yang darinya dunia dan orang-orangnya telah memalingkan muka mereka, yang hina, yang lapar dan yang dahaga, yang telanjang, yang hatinya terpanggang, yang merambah ke setiap sudut dunia, di setiap masjid dan tempat-tempat sunyi, yang terjauhkan dari setiap pintu, yang terhancurkan, yang jemu dan yang kecewa dengan segala  keinginan dan kerinduan hati – jangan berkata bahwa Allah telah membuatmu miskin, menjauhkan dunia darimu, telah menjatuhkanmu, telah menjadi musuhmu, telah membuatmu kacau, tak mengukuhkan jiwamu, telah menghinakanmu, dan tak mencukupimu di dunia ini, telah menggelapimu, tak memuliakan namamu di tengah-tengah manusia, sedangkan kepada selainmu Ia anugerahkan banyak rahmat-Nya siang dan malam, memuliakan mereka atasmu dan keluargamu, padahal kamu sama-sama muslim dan mukmin dan nenekmoyangmu sama-sama Hawa dan Adam, sang manusia terbaik.

Ya, Allah telah memperlakukanmu begini, sebab fitrahmu suci dan kesejukan kasih-sayang Allah terus-menerus melimpahimu dalam bentuk kesabaran, kepasrahan-ikhlasan dan pengetahuan. Dan cahaya iman serta tauhid menimpamu. Maka pohon imanmu, akarnya dan benihnya menjadi kuat, penuh dedaunan, buah, cabang dan rantingnya merambah kemana-mana sehingga menimbulkan keteduhan. Setiap hari kian besar sehingga tak perlu lagi pertumbuhannya dibantu. Yang Allah tentukan bagimu akan kau peroleh tepat pada waktunya, entah kau suka atau tak suka. Maka dari itu, janganlah serakah terhadap yang menjadi milikmu dan jangan cemas akannya. Jangan merasa menyesal atas yang dimaksudkan bagi selainmu.

Yang bukan milikmu: 1) Ia akan menjadi milikmu, atau 2) Ia akan menjadi milik orang lain. Jika ia milikmu, ia akan datang kepadamu dan kau akan dibawa kepadanya sehingga pertemuan antara kau dan ia terjadi segera. Sedang yang  bukan milikmu, maka kau akan dijauhkan darinya dan ia pun akan menjauh darimu, sehingga kau dan ia takkan bertemu. Allah berfirman: 
“Dan jangan kamu tujukan kedua matamu kepada yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka sebagai bunga kehidupan duniawi ini, agar Kami cobai mereka dengannya. Dan karunia Tuhanmu lebih baik dan lebih kekal.” (Qs. 20:131).

Nah, Allah telah melarangmu memperhatikan yang bukan hakmu. Ia telah memperingatkanmu bahwa yang selain ini adalah cobaan, yang dengannya Ia menguji mereka dan bahwa keridhaanmu dengan bagianmu lebih baik bagimu, lebih suci dan lebih disukai; maka jadikanlah ini sebagai jalanmu, yang melaluinya kau akan memperoleh segala kebaikan, rahmat, kegembiraan dan keindahan. Allah berfirman: 
“Tiada jiwa pun yang tahu apa yang disembunyikan bagi mereka yaitu yang akan mengenakkan mata, sebagai balasan atas yang telah mereka perbuat.” (Qs.32:17).

Nah, tiada kebajikan selain kelima jalan pengabdian, penghindaran dari segala dosa, dan tiada lebih besar, lebih mulia dan lebih disukai oleh Allah selain yang telah Kami sebutkan kepadamu. Semoga Allah mengaruniaimu dan kami kemampuan untuk melakukan yang disukai-Nya.

WACANA KEDUA PULUH ENAM
Tuan Syaikh berwejang:
Tabir penutup dirimu takkan tersibak, selama kau belum lepas dari ciptaan dan tak memalingkan hatimu darinya dalam segala keadaan hidup, selama hawa nafsumu belum pupus, begitu pula maksud dan kerinduanmu, selama kau belum lepas dari kemaujudan dunia ini dan akhirat, dan yang maujud dalam dirimu hanyalah kehendak Tuhanmu, dan kau terisi dengan Nur Tuhanmu, dan tiada tempat di dalam hatimu, kecuali bagi Tuhanmu, sehingga kau menjadi penjaga pintu kalbumu, dan kau dikaruniai pedang tauhid, keagungan dan kekuatan. Maka, segala yang kau lihat, yang mendekati pintu kalbumu dari benakmu, akan kau pisahkan kepalanya dari bahunya, sehingga tiada tersisa bagi dirimu, dambaanmu dan kerinduanmu akan dunia ini dan akhirat sesuatu yang berkepala, dan tiada dunia yang diperhatikan, tiada pendapat yang diikuti, kecuali kepatuhan kepada Allah dan penerimaan penuh ikhlas akan takdir-Nya. Bukannya peluruhan penuh dalam takdir dan karunia-Nya. Dengan demikian, kau menjadi hamba Allah, bukan hamba manusia atau pendapat.

Bila hal ini mengekal dalam hidupmu, tirai-tirai hormat-diri akan menyelimuti kalbumu, parit-parit keluhuran dan daya keagungan akan mengitarinya, dan hatimu akan dijaga oleh tentara kebenaran, tauhid, dan pengawal-pengawal kebenaran akan di tempatkan di dekatnya, sehingga orang tak dapat mendekatinya melalui kekejian, dambaan-dambaan hampa, kepalsuan-kepalsuan yang timbul dalam benak-benak manusia, dan melalui kesesatan yang tumbuh dari keinginan-keinginan.

Jika ditakdirkan bahwa orang akan datang kepadamu terus menerus dan mereka tak mengetahui kemuliaanmu, sehingga mereka mendapatkan cahaya yang menyilaukan, tanda-tanda yang jelas, kebijakan yang dalam, dan melihat keajaiban-keajaiban yang terang dan kejadian-kejadian sebagai sosok kehidupanmu, sehingga meningkatkan upaya mereka untuk mendekat kepada Allah, untuk patuh kepada-Nya, dan untuk mengabdi kepada Tuhan mereka. Meski semua ini terjadi, kau akan aman dari semua itu, dan kecenderungan jiwa manusiawimu kepada keinginan, dari puji diri, kesombongan orang-orang yang datang kepadamu, dan perhatikan mereka kepadamu.

Juga, seandainya engkau akan beristeri cantik, bertanggung jawab atas dirinya dan atas perilakunya, maka kau akan aman dari keburukannya, akan diselamatkan dari memikul bebannya, dan ia, bagimu, akan menjadi karunia Allah, terahmati dan berlaku baik, bersih dari ketaktulusan, kekejian dan penghianatan. Maka ia akan melepaskanmu dari beban perilakunya dan akan menjauhkan darimu segala kesulitan karenanya. Seandainya ia melahirkan anak, maka ia akan menjadi anak yang saleh dan suci, yang akan menyenangkan pandanganmu. Allah berfirman: 
“Dan Kami jadikan isterinya patuh baginya.” (Qs. 21:90). 
“Ya Tuhan kami! Karuniakanlah pada isteri-isteri kami dan keturunan kami kesenangan mataku dan jadikanlah kami imam bagi mereka yang mencegah dari keburukan.” (Qs: 25:74). 
“Dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, orang yang Kau ridhai.” (Qs.19:6).

Maka doa-doa ini akan mewujud dan diterima, tak soal kau menyampaikan doa-doa ini kepada Allah, sebab doa-doa itu dimaksudkan bagi mereka yang layak begini, yang dikaruniai rahmat-rahmat ini, yang berkedudukan begini, yang termatangkan dalam keadaan ini, dan yang kepada mereka dilimpahkan nikmat dan kedekatan Allah.

Begitu pula, andaikata sesuatu dari dunia ini mendatangimu, ia takkan merugikanmu. Maka yang datang kepadamu merupakan bagianmu dari-Nya, yang tersucikan, demi kamu, oleh tindakan Allah, kehendak-Nya dan dengan perintah-Nya ia mencapaimu. Ia akan mencapaimu dan kau akan terpahalai, asalkan kau memperolehnya dalam kepatuhan kepada-Nya; persis sebagaimana akan dipahalainya kamu karena menunaikan shalat dan puasa. Dan kau akan diperintahkan, tentang yang bukan hakmu, untuk memberikannya kepada para sahabat, tetangga dan peminta yang layak memperoleh uang zakat sesuai dengan kebutuhan. Maka urusan-urusan akan diberikan kepadamu, sehingga kau tak mampu membedakan antara yang layak dan yang tak layak, dan antara kabar burung dengan pengalaman sejati. Maka urusanmu akan menjadi putih bersih, yang tiada kegelapan dan keraguan.

Maka dari itu, bersabarlah, senantiasa bertakwalah, perhatikanlah masa kini, tenanglah, tenanglah! Waspadalah! Selamatkanlah dirimu! Selamatkanlah dirimu! Segeralah! Segeralah! Takwalah kepada Allah! Takwalah kepada Allah! Tundukkanlah pandanganmu! Tundukanlah pandanganmu! Palingkanlah matamu! Palingkanlah matamu! Berlaku baiklah! Hingga datang takdir dan kau kami bawa ke depan. 

Maka akan lenyap darimu segala yang memberatkanmu, kemudian kau dimasukkan ke dalam samudra nikmat, kelembutan dan kasih sayang, dan dibusanai dengan busana nur dan rahasia-rahasia Ilahiah. Lalu kau didekatkan, diajak bicara, diberi karunia, dilepaskan dari kebutuhan, dikukuhkan, dimuliakan dan dilimpahi kata-kata: “Sesungguhnya kamu pada sisi Kami adalah orang yang berkedudukan tinggi lagi dipercaya.” (Qs.12:54).

Lalu tebaklah keadaan Yusuf dan para shiddiq ketika ia disapa dengan kata-kata ini dari lidah Raja Mesir, Raja dari Fir’aun. Jelaslah, itulah lidah Raja yang menyatakannya, yang adalah Allah, yang berbicara melalui lidah pengetahuan. Kepada Yusuf dianugerahkan kerajaan bendawi, yaitu kerajaan Mesir, juga kerajaan jiwa, yaitu kerajaan pengetahuan, ruhani, nalar, kedekatan dengan-Nya dan kedudukan tinggi di hadapan-Nya. Allah berfirman: 
“Dan demikianlah Kami anugerahkan kepada Yusuf kekuasaan atas (ia berkuasa penuh) ke manapun ia suka.” (Qs.12:56).

Negeri di sini ialah Mesir. Mengenai kerajaan ruhani, Allah berfirman: 
“Demikianlah, agar Kami palingkan darinya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba pilihan Kami. “ (Qs.12:24). 

Mengenai kerajaan pengetahuan, Allah berfirman: “Yang demikian ini adalah sebagian dari yang diajarkan kepadaku oleh Tuhanku. Sesungguhnya aku telah meninggalkan agama orang-orang yang tak beriman kepada Allah.” (Qs.12:37). 

Bila kau disapa, wahai orang saleh, berarti kau dianugerahi banyak pengetahuan nan agung, kekuatan, kebaikan, kewalian biasa, dan perintah yang mempengaruhi ruhani dan yang bukan ruhani, dan teranugerahi daya cipta, dengan izin Allah, segala yang di dunia ini, mesti akhirat belum tiba. Di akhirat kau akan berada di tempat damai dan di surga yang tinggi.

WACANA KEDUA PULUH TUJUH
Tuan Syaikh berwejang:
Anggaplah kebaikan dan keburukan sebagai dua buah dari dua cabang sebuah pohon. Cabang yang satu menghasilkan buah yang manis, sedang cabang yang satunya lagi, buah yang pahit. Maka dari itu, tinggalkanlah kota-kota, negeri-negeri yang menghasilkan buah-buah pohon ini dan penduduknya. Dekatilah pohon itu sendiri dan jagalah. Ketahuilah kedua cabang itu, kedua buahnya, sekelilingnya, dan senantiasa dekatlah dengan cabang yang menghasilkan buah yang manis; maka ia akan menjadi makananmu, sumber dayamu, dan waspadalah agar kau tak mendekati cabang yang lain, makan buahnya, dan akhirnya rasa pahitnya membinasakanmu. Jika kau senantiasa berlaku begini, kau akan selamat dari segala kesulitan, sebab segala kesulitan diakibatkan oleh buah pahit ini. Bila kau jauh dari pohon ini, berkelana di berbagai negeri, dan buah-buah ini dihadapkan kepadamu, lalu dibaurkan sedemikian rupa, sehingga tak jelas antara yang manis dan yang pahit, dan kamu memulai memakannya, bila tanganmu mengambil buah yang pahit, sehingga lidahmu merasakan pahitnya, kemudian tenggorokanmu, otakmu, lubang hidungmu, sampai anasir tubuhmu, maka kau terbinasakan. Pembuanganmu akan sisanya dari mulutmu dan pencucianmu akan akibatnya tak dapat menghapus yang telah tertebar di sekujur tubuhmu, dan sia-sia.

Tapi, jika kau makan buah yang manis dan rasa manisnya menebar ke seluruh anggota tubuhmu, maka kau beruntung dan bahagia, meski hal ini tak mencukupimu. Tentu, bila kau makan buah yang lain, kau takkan tahu bahwa buah yang ini pahit. Maka, kau akan mengalami yang telah disebutkan bagimu. 

Maka, tak baik menjauh dari pohon itu dan tak tahu buahnya. Keselamatan terletak pada pendekatan dengannya. Jadi kebaikan dan keburukan berasal dari Allah Yang Mahakuasa lagi Mahaagung. “Allah telah menciptakanmu dan yang  kau lakukan." ( Qs.37.96).

Nabi saw. bersabda: “Allah telah menciptakan penyembelih dan binatang yang disembelih.”

Segala tindakan hamba Allah adalah ciptaan-Nya, begitu pula buah upayanya. Allah Yang Mahakuasa lagi Mahaagung berfirman: “Masuklah ke dalam surga disebabkan yang telah kau lakukan.” (Qs. 16:32). 

Mahaagung Dia, betapa pemurah dan penyayang Dia! Ia berfirman bahwa masuknya mereka ke dalam surga disebabkan oleh amal-amal mereka, sedang kemaujudan amal-amal mereka adalah berkat pertolongan dan kasih sayang-Nya. Nabi saw. bersabda: “Tiada seorang pun yang masuk ke dalam surga lantaran amal-amalnya sendiri.” Ia ditanya : “Termasuk Anda, Ya Rasulalah?”, Ia berkata: “Ya, termasuk aku, jika Allah tak mengasihiku.” Dalam berkata begini ia meletakkan tangannya di atas kepalanya. Ini diriwayatkan oleh Aisyah ra. Nah, jika kau mematuhi perintah-perintah-Nya dan menghindari larangan-Nya, maka Dia akan melindungimu dari keburukan-Nya, menambah kebaikan-Nya bagimu, dan akan melindungimu dari segala keburukan, yang agamis dan duniawi. Mengenai keduniawian, Allah berfirman: 
“Demikianlah agar Kami palingkan darinya kemungkaran dan kekejian; sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba pilihan Kami.” (Qs.12:24). "
Dan mengenai agama, Ia berfirman: “Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur lagi beriman.” (Qs.4:147).

Adakah bencana yang akan menimpa orang yang beriman lagi bersyukur? Sebab ia lebih dekat kepada keselamatan daripada bencana, sebab ia berada dalam kelimpahan, lantaran kebersyukurannya. Allah berfirman: 
“Jika kamu bersyukur, tentu akan Kami lipatgandakan (nikmat-nikmat Kami) bagimu.” (Qs.14:7).

Dengan demikian, keimananmu akan memadamkan api neraka, api siksaan bagi setiap pendosa. Adakah hal itu takkan memadamkan api bencana di kehidupan ini, Ya Tuhanku? Dengan begini, segala musibah hanya akan melepaskannya dari kekejian hawa nafsu, dari kebertumpuan pada kehendak jasmani, dari kecintaan kepada orang, dan dari hidup bersama mereka. Maka dia diuji, hingga segala kelemahan ini lenyap darinya, dan hatinya tersucikan oleh ketiadaan semuanya itu, sehingga yang tertinggal di hatinya hanyalah keesaan Tuhan dan pengetahuan tentang kebenaran, dan menjadilah ia tempat curahan rahasia kegaiban, pengetahuan dan nur kedekatan. Sebab ia adalah sebuah rumah yang tiada ruang bagi selainnya. Allah berfirman: 
“Allah tak menciptakan bagi manusia dua hati.” (Qs.33.5).
“Sesungguhnya para raja, bila mereka memasuki sebuah kota, menghancur leburkannya, dan menghinakan penduduknya.” (Qs.27:34). 

Lalu mereka menghasilkan kemuliaan dari kebaikan mereka. Kedaulatan atas hati berada (di awal) kekejain hawa nafsu. Anasir tubuh selalu digerakkan oleh perintah mereka demi berbagai dosa dan kesia-siaan. Kedaulatan ini kini pupus, anasir tubuh merdeka, rumah raja dan pelatarannya, yaitu dada, menjdai bersih. Kini hati telah bersih, telah dihuni oleh tauhid, dan pelataran telah menjadi arena kecerahan dari kegaiban. Semua ini adalah akibat dari musibah, cobaan dan buahnya. Nabi saw. bersabda: 
“Kami, para Nabi, adalah yang paling banyak di uji di antara manusia, sedang yang lain sesuai dengan kedudukannya.” 
“Aku lebih tahu tentang Allah daripada kamu, dan lebih takwa kepada-Nya daripada kamu.”

Siapapun yang dekat dengan raja harus semakin berhati-hati, sebab ia berada di hadapan Sang Raja Yang Mahamelihat lagi Mahamengetahui akan gerak-geriknya. 

Nah, jika kau berkata bahwa seluruh makhluk yang terlihat oleh Allah, adalah seperti satu orang, sehingga tiada yang tersembunyi dari-Nya, maka apa yang baik atau pernyataan apa ini? Mesti dikatakan kepadamu, bahwa bila kedudukan seseorang tinggi dan mulia, bahaya juga semakin besar, sebab perlu baginya bersyukur atas karunia-Nya bagimu. Sehingga sedikit pun penyimpang dari pengabdian kepada-Nya akan marusak kebersyukurannya dan kepatuhannya kepada-Nya.

Allah berfirman: “Hai isteri-isteri Nabi, barang siapa di antaramu berbuat keji yang nyata, niscaya akan dilipatgandakan siksaan kepada mereka.” (Qs.33:30). 

Allah berfirman demikian tentang isteri-isteri ini, karena telah disempurnakan-Nya nikmat-Nya atas mereka dengan menghubungkan mereka kepada Nabi. Bagaimana kiranya kedudukan orang yang dekat kepada-Nya? Allah adalah Mahatinggi atas ciptaan-Nya.
“Tiada menyerupai-Nya dan Dia Mahamendengar dan Mahamelihat.” (Qs. 42:11).

WACANA KEDUA PULUH DELAPAN
Tuan Syaikh berwejang:
Engkau menginginkan agar kebahagiaan dan kedamaian terlimpahkan kepadamu, padahal kau masih berupaya membinasakan hewanimu, harapan akan balasan di dunia ini dan di akhirat, dan hal ini masih bersemayam dalam dirimu? Wahai yang terburu-buru! Berhenti dan berjalanlah perlahan-lahan; wahai yang berharap! Pintu tertutup selama keadaan ini masih berlangsung. Sesungguhnya beberapa sisa dari hal-hal ini masih ada padamu, dan beberapa butir kecilnya masih bersemayam dalam dirimu, itulah kontrak kebebasan seorang hamba sahaya; selagi masih ada se-penny pun padanya, kau tertutup dari-Nya. Selama kau masih menghisap biji kurma dari dunia ini, dari hawa nafsu, maksud dan kerinduanmu, dari memperhatikan sesuatu dari dunia ini, dari mengupayakan sesuatu pun darinya, atau mencintai sesuatu keuntungan duniawi atau akhirat – selama hal-hal ini masih bersemayam dalam dirimu, kau masih berada di pintu peluruhan diri. Berhentilah di sini, sampai peluruhan dirimu sempurna, lalu kau dikeluarkan dari tempat peleburan, dan kau terbusanai, terhiasi dan menjadi harum, lalu kau dibawa kepada Raja nan  agung dan berkata: 
“Sesungguhnya kamu pada sisi Kami menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi dipercaya.” (Qs.12:54).

Maka kau dianugerahi limpahan nikmat, dibelai dengan rahmat-Nya, diberi minuman, didekatkan, dan diberi pengetahuan tentang yang rahasia. Kemudian kau terbebaskan dari kebutuhan segala suatu. Tidakkah kau lihat kepingan emas, yang beraneka ragam, yang beredar pagi dan petang, di tangan para penjual obat, tukang jagal, penjual makanan, penyamak, tukang minyak, pembersih dan lain-lain, baik yang bagus, rendah ataupun yang kotor? Kemudian kepingan-kepingan ini dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam tempat peleburan logam, lalu kepingan-kepingan ini meleleh dalam korabaran api, dikeluarkan darinya, ditempa dan dijadikan hiasan-hiasan, diperhalus, diperindah, dan kemudian ditempatkan di tempat-tempat terbaik, rumah-rumah, di balik kunci, dalam kotak-kotak, tempat-tempat gelap, atau dijadikan hiasan sebuah jembatan, dan kadang jembatan seorang raja besar. Dengan demikian, kepingan-kepingan emas itu berlalu dari tangan para penyamak ke hadapan para raja dan istana setelah dilebur dan ditempa. Dengan begini, duhai yang beriman, jika kau senantiasa bersabar dengan karunia-Nya, dan berpasrah terhadap takdir-Nya, maka kau akan didekatkan kepada Tuhanmu di dunia ini, dikaruniai pengetahuan tentang-Nya dan segala pengetahuan serta rahasia, dan akan dikaruniai tempat damai di akhirat bersama dengan para Nabi, Shiddiq, syahid dan shalih dalam kedekatan Allah, dalam rumah-Nya, dan dekat dengan-Nya, sembari mereguk kasih sayang-Nya. Maka dari itu, bersabarlah, jangan terburu-buru, ridhalah senantiasa dengan takdir-Nya, dan jangan mengeluh terhadap-Nya. Jika kau lakukan yag demikian, maka kau akan merasakan kesejukan ampunan-Nya, lezatnya pengetahuan tentang-Nya, kelembutan dan karunia-Nya.

WACANA KEDUA PULUH SEMBILAN
Tuan Syaikh berwejang:
Nabi Suci saw. bersabda: ”Kemiskinan mendekatkan kepada kekafiran.”

Hamba yang beriman kepada Allah dan memasrahkan segala urusannya kepada-Nya, diberi kemudahan oleh Allah dan berkeyakinan teguh bahwa apa pun yang akan datang kepadanya, akan sampai kepadanya, dan apa pun yang tak mencapainya, takkan datang kepadanya, dan bahwa: 
“Barangsiapa patuh kepada Allah, Ia berikan baginya jalan keluar dari rizki yang tak disangka-sangkanya dan barangsiapa bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya.” (Qs. 65.2-3).

Ia berkata begini kala ia dalam kemudahan dan kesenangan; lalu Allah mengujinya dengan musibah dan kemiskinan; maka ia berdoa dengan penuh kerendahdirian; tapi Ia tak mengabulkannya. Maka sabda Nabi saw. : “Kemiskinan mendekatkan kepada kekafiran,” berlaku. Maka Allah bermurah kepadanya. Ia sirnakan darinya segala yang merundungya, terus memberinya kesenangan, kelimpah-ruahan, dan daya untuk bersyukur serta memuji Allah, hingga ia menghadap-Nya. Bila Allah ingin mengujinya, Ia kekalkan musibah-Nya padanya dan memutuskan darinya pertolongan iman. Maka ia menunjukkan kekafiran dengan menyalahkan dan menuduh Allah, dan dengan meragukan janji-Nya. Sehingga ia mati dalam keadaan tak beriman kepada Allah, mengingkari ayat-ayat-Nya, dan merasa marah kepada Tuhannya. Mengenai orang semacam ini, Nabi saw. bersabda: “Sesungguhnya orang yang paling sengsara, pada Hari Kebangkitan, ialah orang yang telah diberi kemiskinan oleh Allah di kehidupan ini, dan disiksa di akhirat. Kami berlindung kepada Allah dari hal semacam ini.”

Kemiskinan yang diperbincangkan ini ialah kemiskinan yang membuat manusia lupa kepada Allah, dan karena inilah, ia berlindung kepada-Nya. Orang yang hendak dipilih oleh Allah, yang telah dijadikan pilihan-Nya dan menggantikan para Nabi-Nya, dan yang telah dijadikan sebagai  penghulu para wali-Nya, manusia agung dan berilmu, perantara dan pembimbing ke arah Tuhan – kepada orang ini, Ia anugerahkan limpahan kesabaran, kepatuhan dan keterleburan dalam kehendak-Nya. Kemudian Ia karuniakan kepadanya limpahan rahmat-Nya sepanjang siang dan malam, sendiri ataupun bersama, kadang tampak kadang tidak tampak, dan menyertai inilah berbagai kelembutan, hingga akhir hayatnya.

WACANA KETIGA PULUH
Tuan Syaikh berwejang:
Betapa sering kau berkata, apa yag mesti kulakukan, apa yang mesti kugunakan (untuk mencapai tujuanku)? Tetaplah di tempatmu. Jangan melampaui batasmu, sampai jalan keluar dikaruniakan bagimu dari-Nya yang telah memerintahkanmu untuk tinggal di tempatmu. Allah berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman, bersabarlah, senantiasa berteguhlah dan jagalah kewajibanmu terhadap Allah.” (Qs.3:199).

Ia telah memerintahkanmu untuk bersabar, wahai orang-orang beriman, untuk berlomba-lomba dalam kesabaran, untuk berteguh, untuk senantiasa ingat dan untuk menjadikan hal ini sebagai kewajibanmu. Ia kemudian memperingatkanmu terhadap ketaksabaran, sebagaimana firman-Nya: “Jagalah senantiasa kewajibanmu terhadap Allah.” Dan ini berkenaan dengan pengabaian kebajikan ini. Ini berarti bahwa kau harus senantiasa bersabar. Kebaikan dan keselamatan ada dalam kesabaran. Nabi Suci saw, bersabda: “Kesabaran dan keimanan serupa dengan kepala dan tubuh.”

Bagi segala suatu ada balasannya sesuai dengan kadarnya, tetapi balasan bagi kesabaran tak terhingga. Sebagaimana Allah berfirman: 
“Sesungguhnya kesabaran akan diberi pahala yang tak terhingga." (Qs.39:10). 

Nah, jika kau jaga kewajibanmu terhadap-Nya dengan sabar, dan memperhatikan batas-batas yang telah ditentukan oleh-Nya, maka Ia akan membalasmu sebagaimana yang dijanjikan-Nya kepadamu dalam kitab-Nya. 
“Barangsiapa menjaga kewajibannya terhadap Allah, maka Ia akan membuatkan baginya tempat, dan memberinya rizki yang tak diduganya.” (Qs. 65:123).

Bersabarlah dengan mereka yang beriman kepada Allah, hingga jalan keluar terbentang bagimu, sebab Allah telah menjanjikanmu kecukupan dalam firman-firman-Nya:
“Barangsiapa beriman kepada Allah, maka Ia mencukupi-Nya.” (Qs.65:3).

Bersabarlah selalu dan berimanlah kepada Allah bersama mereka yang berbuat kebajikan terhadap orang lain, sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu balasan untuk ini, sebagaimana firman-Nya : 
“Demikianlah Kami balasi mereka yang berbuat kebajikan terhadap yang lain.” (Qs.6:85). 

Allah akan mencintaimu lantaran kebajikan ini, sebab Ia berfirman: 
“Allah akan mencintai orang yang berbuat kebajikan terhadap orang lain.” (Qs.3:133). 

Jadi, kesabaran adalah sumber segala kebajikan dan keselamatan di dunia ini dan di akhirat, dan melaluinya para mukmin mencapai kepasrah-ikhlasan terhadap kehendak Allah, dan kemudian melebur dalam tindakan-tindakan Allah, yang adalah keadaan para badal atau ghaib. Maka, jangan sampai gagal meraih keadaan seperti ini, agar kau tak hina di dunia ini dan di akhirat, agar kekayaan keduanya ini tak berlalu darimu.

WACANA KETIGA PULUH SATU
Tuan Syaikh berwejang:
Jika kau dapati hatimu membenci atau mencintai seseorang, telaahlah perilakunya dengan Kitabullah dan Sunnah Nabi. Kalau perilakunya dibenci oleh kedua pewenang ini, berbahagialah dengan keselarasan dengan Allah dan Nabi-Nya. Jika perilakunya sesuai dengan keduanya, sedangkan kau memusuhinya, maka ketahuilah bahwa kau adalah pengikut hawa nafsumu, berbuat aniaya terhadapnya lantaran kebencianmu kepadanya dan menentang Allah, Yang Mahakuasa lagi Mahaagung, menentang Nabi-Nya, dan menentang kedua pewenang ini. Maka berpalinglah kepada Allah, bertobat dan mohonlah kepadanya kecintaan kepada orang itu dan para pilihan Allah, para wali-Nya dan para saleh, bersesuaianlah dengan Allah dalam mencintainya. 

Berlaku serupalah terhadap yang kau cintai. Yaitu, menelaah perilakunya dengan cahaya Kitabullah dan sunnah Nabi. Jika ia ternyata disenangi oleh kedua pewenang ini, maka cintailah dia. Tapi, jika perilakunya tak disenangi oleh keduanya, maka bencilah ia, agar kau tak mencintai dan membencinya karena hawa nafsumu. Allah berfirman: 
“Dan jangan ikuti hawa nafsumu, agar kau tak menyimpang dari jalan Allah.” (Qs.38:26).

WACANA KETIGA PULUH DUA
Tuan Syaikh berwejang:
Betapa sering kau berkata: “Siapa pun yang ku cintai, cintaku kepadanya tak abadi. Perpisahan memisahkan kita, baik melalui ketidakhadiran, kematian, permusuhan, kebinasaan, ataupun lenyapnya kekayaan.” Tidakkah kau tahu, wahai yang beriman kepada Allah, yang kepadanya Allah menganugerahkan karunia-karunia-Nya, yang diperhatikan oleh Allah, yang dilindungi oleh Allah. Tidakkah kau tahu bahwa sesungguhnya Allah cemburu. Ia telah menciptakanmu demi Diri-Nya sendiri. Kenapa kau ingin menjadi milik selain-Nya. Belum kau dengar firman-Nya: 
“Ia mencintai mereka, mereka pun mencintai-Nya.” (Qs. 5:54). 
“Dan tak Kuciptakan jin dan manusia, kecuali agar mereka mengabdi-Ku.” (Qs. 51:56).

Atau, belumkah kau dengar sabda Nabi: “Bila Allah mencintai seorang hamba, maka Ia mengujinya; bila ia sabar, maka Ia memeliharanya.” Ia ditanya: “Ya Rasulullah (saw), bagaimana pemeliharaan-Nya?” Ia berkata: “Ia tak menyisihkan baginya kekayaan atau anak.”

Karena bila ia memiliki kekayaan atau anak yang dicintainya, maka cintanya kepada Tuhannya terbagi, kemudian sirna, kemudian terbagi antara Allah dan selain-Nya. Ia cemburu. Ia Mahakuasa atas segala sesuatu. Lalu ia dibinasakan-Nya, untuk menguasai hati hamba-Nya demi Diri-Nya Sendiri. Maka kebenaran firman Allah berikut akan terbukti: “Ia akan mencintai mereka, dan mereka akan mencintai-Nya.” (Qs.5:54).

Sampai akhirnya hati menjadi bersih dari segala selain Allah dan berhala-berhala seperti isteri, anak, harta, kesenangan dan kerinduan akan kekuasaan, kerajaan, keajaiban, keadaan ruhani, taman-taman surga, maqam ruhani dan kedekatan dengan Allah – Tiada tujuan dan kehendak di hatinya. Maka, hatinya akan menjadi seperti sebuah bejana berlubang, yang di dalamnya tiada cairan pun bisa tinggal. Sebab ia, kini telah diremuk- redamkan oleh tindakan Allah dan kecemburuan-Nya. Maka, tirai-tirai keluhuran, kekuatan dan kehebatan menyelubunginya, dan parit-parit keagungan mengitarinya.

Maka, tiada kehendak akan sesuatu maupun mendekati hatinya. Tidak harta, anak, isteri, sahabat, keajaiban, wewenang dan daya tafsir, mampu merusak hatinya. Karenanya, semua itu takkan membangkitkan kecemburuan Allah, tapi akan menjadi tanda kemuliaan dari-Nya bagi hamba-Nya, kelembutan-Nya terhadapnya, rahmat dan karunia-Nya, dan hal yang bermanfaat bagi mereka yang menuju kepada Allah. Dengan demikian, orang-orang ini termuliakan oleh ini dan dilindungi melalui kemuliaan dari Allah ini, yang akan menjadi penjaga, pelindung dan perantara mereka dalam kehidupan ini dan di akhirat.

WACANA KETIGA PULUH TIGA
Tuan Syaikh berwejang:
Ada empat jenis manusia. Yang pertama, tak beribadah dan tak berhati. Mereka adalah manusia biasa, bodoh dan hina. Mereka tak pernah ingat kepada Allah. Tiada kebaikan dalam diri mereka. Mereka bagaikan sekam tak berbobot. Jika Allah tak mengasihi mereka, membimbing hati mereka kepada keimanan pada-Nya Sendiri. Waspadalah, jangan menjadi seperti mereka. Inilah manusia-manusia sengsara dan dimurkai oleh Allah. Mereka adalah penghuni-penghuni neraka. Kita berlindung kepada Allah dari mereka. Hiasilah dirimu dengan ma’rifat. Jadilah guru kebenaran, pembimbing ke jalan agama, pemimpinnya dan penyerunya. Ingat, bahwa kau mesti mendatangi mereka, mengajak mereka kepada ketaatan kepada Allah dan memperingatkan mereka akan dosa terhadap Allah. Maka, kau akan menjadi pejuang di jalan Allah dan akan dipahalai, sebagaimana para nabi dan utusan Allah. Nabi Suci saw. berkata kepada Ali, ra.: 
“Jika Allah membimbing seseorang melalui pembimbinganmu atasnya, adalah lebih baik bagimu daripada tempat matahari terbit.”

Yang kedua, berlidah tapi tak berhati, mereka berbicara bijak, tapi tak berbuat bijak. Mereka menyeru orang kepada Allah, tapi mereka sendiri jauh dari-Nya. Mereka jijik terhadap noda orang lain, tapi mereka sendiri tenggelam dalam noda. Mereka menunjukkan kepada orang lain kesalehan mereka, tapi mereka sendiri berbuat dosa besar terhadap Allah. Bila sendirian, mereka bagai serigala berbusana. Inilah manusia yang tentangnya Nabi memperingatkan. Ia bersabda: 
“Hal yang paling mesti ditakuti, yang aku takuti, oleh pengikut-pengikutku, yaitu orang berilmu yang jahat.”

Kita berlindung kepada Allah dari orang semacam itu. Maka dari itu, menjauhlah selalu dari orang seperti itu, agar kau tak terseret oleh manisnya lidah-nya, yang kemudian api dosanya akan membakarmu, dan kebusukan ruhani serta hatinya akan membinasakanmu.

Yang ketiga, berhati tapi tak berlidah, dan beriman. Allah telah memberinya dari makhluk-Nya, menganugerahinya pengetahuan tentang noda-noda dirinya sendiri, mencerahkan hatinya dan membuatnya sadar akan mudharatnya berbaur dengan manusia, akan kekejian berbicara dan yang telah yakin bahwa keselamatan ada dalam ke-diam-an serta keberadaan dalam sebuah sudut, sebagaimana sabda Nabi saw.: “Barangsiapa senantiasa diam, maka ia memperoleh keselamatan.” “Sesungguhnya pengabdian kepada Allah terdiri atas sepuluh bagian, yang sembilan bagian ialah ke-diam-an.” Maka, orang ini adalah wali Allah dalam hal rahasia-Nya, terlindungi, memiliki keselamatan dan banyak pengetahuan, terahmati, bahwa kau mesti senantiasa bersama dengan orang semacam ini, layanilah ia, cintailah ia dengan memenuhi kebutuhan yang dirasakannya, dan berilah ia hal-hal yang menyenangkannya. Bila kau melakukan yang demikian ini, maka Allah akan mencintaimu, memilihmu dan memasukanmu ke dalam kelompok sahabat dan hamba saleh-Nya di sertai rahmat-Nya.

Yang keempat, ialah manusia yang diundang ke dunia gaib, yang dibusanai kemuliaan.
“Barangsiapa mengetahui dan bertindak berdasarkan pengetahuannya dan memberikannya kepada orang lain, maka ia diundang ke dunia gaib dan menjadi mulia.”

Orang semacam itu memiliki pengetahuan tentang Allah dan tanda-Nya. Hatinya menjadi penyimpan pengetahuan yang langka tentang-Nya, dan Ia menganugerahkan kepadanya rahasia-rahasia yang disembunyikan-Nya dari yang lain. Ia memilihnya, mendekatkannya kepada-Nya Sendiri, membimbingnya, memperluas hatinya agar bisa menerima rahasia-rahasia dan pengetahuan-pengetahuan ini, dan menjadikannya seorang pekerja di jalan-Nya, penyeru hamba-hamba-Nya kepada jalan kebajikan, pengingat akan siksaan perbuatan-perbuatan keji, dan hujjatullah di tengah-tengah mereka, pemandu dan yang terbimbing, perantara, dan yang perantaranya diterima, seorang shiddiq dan saksi kebenaran, wakil para nabi dan utusan Allah, yang bagi mereka limpahan rahmat Allah.

Maka, orang ini menjadi puncak umat manusia. Tiada maqam di atas ini, kecuali maqam para Nabi. Adalah kewajibanmu untuk berhati-hati, agar kau tak memusuhi orang semacam itu, tak menjauhinya dan tak melecehkan ucapan-ucapannya. Sesungguhnya keselamatan terletak pada ucapan dan kebersamaan dengan orang itu. Sedang kebinasaan dan kesesatan terletak pada selainnya; kecuali orang yang dikaruniai oleh Allah daya dan pertolongan yang membawa kepada kebenaran dan kasih sayang. Nah, telah ku paparkan bagimu bahwa manusia dibagi menjadi empat bagian. Maka, perhatikanlah dirimu sendiri jika kau punya jiwa yang terus mata. Selamatkanlah dirimu dengan sinarnya, jika kau ingin sekali menyelamatkannya dan mencintainya. Semoga Allah membimbing kita kepada yang dicintainya di dunia ini dan di akhirat!.

WACANA KETIGA PULUH EMPAT
Tuan Syaikh berwejang:
Betapa aneh kau marah kepada Tuhanmu, menyalahkan-Nya dan menganggap-Nya, Yang Mahakuasa lagi Mahaagung, tak adil, menahan rizki, tak menjauhkan musibah. Tidakkah kau tahu bahwa setiap kejadian ada waktunya, dan setiap musibah ada akhirnya? Keduanya tidak bisa dimajukan ataupun di tunda. Masa-masa musibah tak berubah, sehingga datang kebahagiaan. Masa-masa kesulitan tak berlalu, sehingga datang kemudahan. Berlaku paling baiklah, diamlah senantiasa, bersabar, berpasrah dan ridhalah, kepada Tuhanmu. Bertobatlah kepada Allah.

Di hadapan Allah tiada tempat untuk menuntut atau membalas dendam seseorang tanpa dosa dorongan nafsu, sebagaimana yang terjadi dalam hubungan antar hamba-Nya. Ia, Yang Mahakuasa lagi Mahaagung, sepenuhnya esa, Ia menciptakan hal-hal dan menciptakan manfaat dan mudharat. Maka, Ia mengetahui awal, akhir dan akibat mereka. Ia, Yang Mahakuasa lagi Mahaagung, bijak dalam bertindak dan tiada keselarasan dalam tindakan-Nya. Ia tak melakukan sesuatu pun tanpa makna. Ia tak menciptakan sesuatu pun tanpa arti dan main-main. Adalah tak layak menisbahkan kecacatan atau kesalahan kepada tindakan-Nya. Lebih baik menunggu kemudahan, jika kau merasakan kepudaran kepatuhanmu terhadap-Nya, hingga tibanya takdir-Nya, sebagaimana datangnya musim panas setelah berlalunya musim dingin, dan sebagaimana datangnya siang setelah berlalunya malam.

Nah. Jika kau memohon tibanya cahaya siang selama kian memekatnya malam, maka permohonanmu sia-sia. Tapi kepekatan malam kian memuncak hingga mendekati fajar, siang datang dengan kecerahannya, entah kau kehendaki atau tidak. Jika kau kehendaki kembalinya malam pada saat itu, maka doamu takkan dikabulkan. Sebab kau telah meminta sesuatu yang tak layak. Kau akan dibiarkan meratap, lunglai, jemu dan enggan. Tinggalkanlah semua ini, senantiasa beriman dan patuhlah kepada Tuhanmu dan bersabarlah. Maka, segala milikmu takkan lari darimu, dan segala yang bukan milikmu takkan kau peroleh. Demi imanku, begitulah, mohonlah pertolongan kepada Allah, dengan mematuhi-Nya. “Mohonlah kepada-Ku, maka akan Kuterima permohonanmu.” (Qs. 40:60). “Mintalah kepada Allah karunia-karunia-Nya.” (Qs.4:32). Mohonlah kepada-Nya, maka Ia akan menerima permohonanmu pada saatnya, bila dikehendaki-Nya, dan bila hal itu bermanfaat bagimu dalam kehidupan duniawimua dan akhirat.

Jangan salahkan Ia bila Ia menagguhkan penerimaan doamu. Jangan jemu berdoa. Sebab, sesungguhnya jika kau tak memperoleh, kau juga tak rugi. Jika Ia tak segera menerima doamu di kehidupan duniawi ini, maka Ia akan menyisihkan bagimu pahala di kehidupan kelak. Nabi bersabda bahwa pada Hari Kebangkitan hamba-hamba Allah akan mendapati dalam kitab amalannya amal-amal yang tak dikenalinya. Lalu, kepadanya dikatakan bahwa itu adalah balasan bagi doa-doanya di kehidupan duniawinya yang tak dikabulkan. Maka dari itu, ingatlah selalu Tuhanmu, esakanlah Ia selalu dalam memohon sesuatu dari-Nya. Jangan memohon kepada selain-Nya. Janagan  katakan kebutuhanmu kepada selain-Nya. Maka, setiap saat, baik siang maupun malam, sehat atau sakit, suka atau duka, kau berada dalam keadaan :
Ke-1. Tak meminta, ridha dan pasrah kepada kehendak-Nya, seperti jasad mati di hadapan orang yang memandikannya, atau seperti bayi di tangan perawat, atau seperti bola polo di depan pemain polo, yang menggulirkannya dengan tongkat polonya. Dan Allah berbuat sekehendak-Nya. Bila hal itu adalah rahmat, rasa syukur dan puji-puji meluncur darimu, dan limpahan rahmat datang dari-Nya, Yang Maha kuasa lagi Mahagung, sebagaimana firman-Nya: 
“Sesungguhnya jika kau bersyukur, tentu akan Kuberikan kepadamu lebih banyak lagi.” (Qs. 14.7). 

Tapi, jika hal itu adalah musibah, maka kesabaran dan kepatuhan meluncurkan darimu dengan pertolongan kekuatan yang dianugerahkan oleh-Nya, keteguhan hati, pertolongan rahmat dan kasih-sayang dari-Nya, sebagaimana firman-Nya, Yang Mahakuasa lagi Mahaagung:
"Sesungguhnya Allah bersama orang yang sabar." (QS 2:153)
"Jika kau menolong Allah, maka Ia akan menolongmu dan meneguhkan pijakanmu." (QS 47:7) 

Bila kau telah membantu (jalan) Allah, dengan menentang hawa nafsumu, tak menyalahkan-Nya, menghindari ketaksenangan dirimu terhadap kehendak-Nya, menjadi musuh diri demi Allah, siap menyerangnya dengan pedang bila ia bergerak dengan kekafiran dan kesyirikannya, menebas kepalanya dengan kesabaran dan keselarasanmu dengan Tuhanmu, dengan keridhaan terhadap kehendak dan janji-Nya, -- jika kau berlaku demikian, maka Allah akan menjadi penolongmu. Mengenai rahmat dan kasih sayang Ia berfirman: 
“Berilah kabar baik kepada orang-orang yang sabar, mereka yang bila ditimpa musibah, berkata: Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya kami kembali. Mereka adalah yang dikaruniai rahmat dan kasih sayang Tuhan mereka, dan mereka adalah pengikut-pengikut jalan kebenaran.” (Qs.2.156-157). Atau.

Ke-2. Memohon kepada Allah dengan kerendah dirian, dengan mengagungkan-Nya dan patuh kepada perintah-perintah-Nya. Ya, berdoalah kepada Allah, hal itu adalah layak, sebab Ia sendirilah yang memerintahkanmu untuk memohon kepada-Nya, berpaling kepada-Nya, telah membuat hal itu sebagai sarana kesenanganmu, semacam utusan darimu kepada-Nya, sarana penghubung dengan-Nya, dan sarana pendekatan kepada-Nya, asalkan, tentu saja, kau tak menyalahkan-Nya, marah kepada-Nya, karena ditangguhkan-Nya penerimaan doamu. Nah, perhatikanlah perbedaan antara kedua keadaan ini. Jangan berada di luar keduanya, sebab tiada keadaan selain keduanya. Berhati-hatilah agar kau tak berbuat aniaya, yang melanggar batas. Sehingga Ia akan membinasakanmu dan Ia takkan memperhatikanmu, sebagaimana dibinasakan-Nya orang-orang yang telah berlalu di dunia ini, dengan menambah bencana-bencana-Nya, dan di akhirat, dengan siksa yang amat pedih. Mahabesar Allah! Wahai yang tahu keadaanku! Kepada-Mu-lah aku beriman.

WACANA KETIGA PULUH LIMA
Tuan Syaikh berwejang:
Berpantang dari segala yang haram adalah wajib bagimu, kalau tidak, maka tali kehancuran akan menjeratmu. Kau takkan lepas darinya, kecuali dengan kasih sayang-Nya. Nabi Suci saw. bersabda bahwa asas agama adalah keberpantangan dari segala yang haram, sedang kebinasaannya adalah kerakusan. Umar ibn Khaththab as..pernah berkata: 
“Kami biasa berpantang dari sembilan per sepuluh dari hal-hal yang halal, sebab kami khawatir kalau-kalau kami jatuh  ke dalam hal-hal yang haram.”

Abubakar as, pernah berkata:
“Kami biasa menghindari tujuhpuluh pintu dari hal-hal yang halal, karena kami khawatir akan keterlibatan dalam dosa.” 

Pribadi-pribadi ini berlaku demikian hanya untuk menjauh dari segala yang haram. Mereka bertindak berdasarkan sabda Nabi, saw.: 
“Ingatlah! Sesungguhnya setiap raja memiliki sebuah padang rumput yang terjaga. Sedang padang rumput Allah ialah hal-hal yang dilarang-Nya.”

Maka, orang berada di sekitar padang itu, bisa memasukinya. Namun, orang yang memasuki benteng raja, melewati gerbang pertama, kedua dan ketiga, hingga sampai singgasana, adalah lebih baik ketimbang orang yang berada di depan pintu pertama. Maka, bila pintu ketiga ditutup baginya, hal  itu takkan merugikannya, sebab ia tetap berada di balik dua pintu istana, dan ia memiliki milikan raja, dan tentaranya dekat dengannya. Tapi, bagi orang yang berada di pintu pertama, jika pintu ini tertutup baginya, maka ia tetap sendirian di padang terbuka, bisa-bisa diterkam serigala dan musuh, bisa-bisa ia binasa. Begitu pula, orang yang menunaikan perintah-perintah Allah akan dijauhkan darinya pertolongan daya dan keleluasan, dan ia akan terbebas dari kedua hal ini. Dan ia tetap berada di dalam hukum. Bila kematian merenggutnya, maka ia berada dalam kepatuhan dan pengabdian. Dan amal bajiknya akan menjadi saksi baginya.

Orang yang diberi kemudahan, sedang ia tak menunaikan kewajiban-kewajibannya, jika kemudahan itu tercabut darinya dan ia terputus dari pertolongan-Nya, maka hawa nafsu akan menguasainya, dan ia akan tenggelam dalam hal-hal yang haram, keluar dari hukum, bersama dengan para setan, yang adalah musuh-musuh Allah, dan akan menyimpang dari jalan kebenaran. Maka, jika kematian merenggutnya, sedang ia belum bertobat, maka ia akan binasa, jika Allah tak mengasihinya. Jadi, bahaya terletak pada keterlengahan, sedang keselamatan terletak pada pemenuhan kewajiban.

WACANA KETIGA PULUH ENAM
Ia betutur :
Jadilakanlah kehidupan setelah matimu sebagai modal dan kehidupan duniawimu sebagai keuntungan. Jika masih ada waktu lebih, habiskanlah demi kehidupan duniawimu, yakni dengan mencari nafkah. Jangan kau buat kehidupan duniawimu sebagai modalmu, dan kehidupan setelah matimu sebagai keuntunganmu, dan sisa waktumu kau habiskan untuk memperoleh kehidupan setelah mati dan memenuhi kewajiban shalat lima waktu. Kau diperintahkan untuk mengendalikan kedirianmu, agar ia mematuhi Tuhannya. Tetapi kau bertindak tak layak terhadapnya, dengan menuruti dorongan-dorongannya dan kau serahkan kendalinya kepadanya, kau ikuti keinginan-keinginan rendahnya, kau bersekutu dengan iblis dan nafsunya, sehingga kau tak memiliki yang terbaik dari kehidupan ini dan kelak, sehingga kau memasuki Hari Pengadilan sebagai orang paling miskin kebajikan, dan tak memperoleh, dengan mengikutinya, sebagian besar bagianmu dalam kehidupan duniawi ini. Tapi, jika kau melalui jalur akhirat dengannya, dan menggunakannya sebagai modalmu, maka kau akan memperoleh kehidupan duniawi dan ukhrowi. Sedang bagian duniawimu akan kau terima dengan segala kenikmatannya, dan kau akan terhormat. Nabi bersabda: 
“Sesungguhnya Allah menyelamatkan di dunia ini demi akhirat, sedang keselamatan akhirat tak dimaksudkan demi kehidupan duniawi ini.”

Nah, begitulah. Dan niat untuk akhirat ialah kepatuhan kepada Allah. Sebab niat merupakan ruh pengabdian dan kemaujudannya. Bila kau mematuhi Allah dengan berpantang di dunia ini, dan dengan mengupayakan tempat di akhirat, maka kau menjadi pilihan Allah, dan kehidupan akhirat akan kau peroleh, yaitu surga dan kedekatan dengan-Nya. Maka, dunia akan mengabdi kepadamu, dan bagianmu darinya akan sepenuhnya kau peroleh, sebab segala sesuatu patuh pada penciptanya, yaitu Tuhannya. Bila kau diliputi kehidupan duniawi dan berpaling dari akhirat, maka Allah akan murka kepadamu, kau akan kehilangan akhirat, dunia takkan patuh kepadamu, dan akan menghalangi datangnya bagianmu, karena murka Allah kepadamu, sebab ia adalah milik-Nya. Nabi bersabda: 
“Dunia dan akhirat adalah ibarat dua isteri, jika kau menyenangkan yang satu, maka yang lain akan marah kepadamu.”

Allah, Yang Mahakuasa lagi Mahaagung, berfirman:
“Sesungguhnya sebagian darimu menyukai kehidupan duniawi ini, dan sebagiannya lagi mencintai akhirat.” (Qs.2:151).

Kesemuanya ini  disebut anak-anak dunia dan anak-anak akhirat. Nah, anak siapakah kau. Bila kau berada di kehidupan lain, akan kau lihat satu kelompok di surga dan satu kelompok di neraka. Maka sebagian orang senantiasa berada di tempatnya, pada satu hari yang, kata Allah, sama dengan lima belas ribu tahun. Sedang sebagian yang lain berada di meja makan yang di atasnya makanan, bebuahan dan madu yang lebih putih, yang sangat lezat, daripada es, sebagaimana diriwayatkan dalam sebuah hadits: 
“Mereka akan melihat tempat mereka di surga, sampai Allah selesai meminta pertanggungjawaban manusia, dan mereka akan memasuki surga sebagaimana mereka memasuki rumah mereka di dunia ini.”

Mereka meraih hal ini karena telah mencampakkan dunia dan berupaya mencapai akhirat dan Tuhannya. Sedang mereka yang tenggelam berbagai kesulitan dan kehinaan disebabkan tenggelamnya mereka dalam hal-hal duniawi, dan pengabaian mereka akan akhirat, Hari Pengadilan dan yang akan terjadi pada mereka kelak sebagaimana disebutkan dalam kitabullah dan Sunnah Nabi. Maka pandanglah dirimu dengan pandangan penuh kasih-sayang, pilihkanlah baginya yang lebih baik di antara kedua kelompok ini dan jauhkanlah ia dari kekejian, pembangkangan dan jin. Jadikanlah Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya sebagai pembimbingmu, renungkanlah dua pewenang ini, berlakulah dengan keduanya, dan jangan terkecoh oleh perkataan kosong dan keberlebihan. Allah berrfirman:
“Segala yang dibawa oleh Nabi Kepadamu, terimalah, dan segala yang dilarangnya, jauhilah dan bertakwalah kepada Allah.” (Qs.48.7).
“Dan mereka mengada-adakan ruhbaniyah (kepaderian) padahal Kami tak mewajibkan kepada mereka.” (Qs. 57:27).
“Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut hawa nafsunya, dan ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan.” (Qs.53: 3-4).
Maknanya: “Segala yang ia sampaikan kepadamu berasal dari-Ku, bukan dari kediriannya, maka ikutilah.”
“Jika kau mencintai Allah, ikutilah aku, maka Allah akan mencintaimu.” (Qs.3:30).

Jelaslah, bahwa jalur cinta ialah mengikuti kata dan perilakunya. Nabi Suci saw. bersabda: “Berupaya adalah jalanku dan beriman kepada Allah adalah keadaanku.”

Maka, kau berada di antara upaya dan keadaannya. Jika imanmu lemah, kau mesti berupaya, dan jika imanmu teguh, kau mesti menggunakan keadaanmu, yang adalah kebergantungan kepada-Nya. Allah Yang Mahakuasa lagai Mahaagung berfirman:
“Dan kepada Allah-lah kau mesti berharap. Barang siapa beriman kepada Allah, maka Ia mencukupinya.” (Qs.65.3).
“Sesungguhnya Allah mencintai mereka yang beriman kepada-Nya.” (Qs.3:158).

Nah, Ia memerintahkanmu untuk senantiasa beriman kepada-Nya, sebagaimana Nabi juga diperintahkan. Nabi saw, bersabda:
“Barangsiapa berbuat sesuatu yang tak kami perintahkan, maka perbuatannya itu tertolak.”

Hal ini meliputi kehidupan, kata dan perilaku. Hanya Nabilah yang dapat kita ikuti, dan hanya berdasarkan Qur’an-lah kita berbuat. Maka, jangan menyimpang dari keduanya ini, agar kau tak binasa, dan agar hawa nafsu serta setan tak menyesatkanmu.
“Jangan ikuti hawa nafsu, karena ia akan memalingkanmu dari jalan Allah.” (Qs.38:26).

Adapun keselamatan terletak pada Kitabullah dan sunnah Nabi. Sedang kebinasaan terletak di luar keduanya, dan dengan pertolongan keduanya ini, hamba Allah mencapai keadaan wali, badal dan ghauts.

WACANA KETIGA PULUH TUJUH
Tuan Syaikh berwejang:
Wahai orang-orang yang beriman, kenapa kau iri terhadap tetanggamu yang hidup senang, yang memperoleh rahmat-rahmat dari Tuhannya? Tidakkah kau tahu bahwa yang demikian ini melemahkan imanmu, mencampakkanmu di hadapan Tuhanmu dan membuatmu dibenci oleh-Nya? Sudahkah kau dengar sabda Nabi bahwa Allah berfirman: “Seorang yang iri hati adalah musuh rahmat kami?”

Belumkah kau dengar sabda Nabi: “Sesungguhnya, keiri-hatian melahap habis kebajikan, sebagaimana api melahap habis bahan bakar.?” 

Lantas, kenapa kau iri terhadapnya. Duhai orang yang malang? Baginyakah atau bagimu? Nah, jika kau iri terhadapnya, lantaran karunia Allah baginya, maka berarti tak selaras dengan firman-Nya: 
“Kami karuniakan di antara mereka rizki mereka di kehidupan duniawi ini.” (Qs. 43: 32).

Berarti kau benar-benar zalim terhadap orang ini, yang menikmati karunia Tuhannya, yang khusus Dia karuniakan kepadanya, yang telah dijadikan-Nya sebagai bagiannya dan yang  tidak diberikan-Nya sedikit pun dari bagian itu kepada orang lain. Nah, siapakah yang lebih zalim, serakah dan bodoh selainmu? Allah bebas dari kecacatan seperti itu. Firman-Nya:
“Firman Kami takkan berubah, dan Kami tak menzalimi hamba-hamba kami.” (Qs.1:29).

Sesungguhnya Allah takkan mencabut darimu segala yang telah ditentukan-Nya bagimu dan takkan memberikannya kepada selainmu. Maka, lebih baik bagimu iri terhadap bumi yang menyimpan aneka harta kekayaan, seperti emas, perak dan batu-batu mulia, yang telah dipendam oleh raja-raja terdahulu, seperti ‘Ad, Tsamud, para raja serta kaisar Persia dan Romawi --- daripada iri terhadap saudaramu.

Hal ini seperti seorang yang melihat seorang raja yang memiliki kekuasaan, tentara, kehormatan dan kerajaan, yang menguasai negeri-negeri, memungut pajak, memeras mereka demi keuntungan pribadi dan menikmati aneka kesenangan, tapi tak iri terhadap raja ini, sedang terhadap seekor anjing buas yang tunduk kepada salah seekor anjing raja itu, yang bersamanya siang dan malam, dan diberi sisa-sisa makanan dari dapur kerajaan, dan hidup dengannya: orang ini mulai iri terhadap anjing ini, memusuhinya, menghendaki kematiannya, dan ingin menggantikan kedudukannya sepeninggalnya, tanpa merasa enggan terhadap dunia, atau membina sikap agamis dan ridha dengan nasibnya. Adakah manusia, di sepanjang masa, yang lebih bodoh daripada orang ini?

Maka, ketahuilah. Duhai orang yang malang! Apa yang mesti dihadapi oleh tetanggamu kelak pada Hari Kebangkitan, jika ia tak mematuhi Allah, padahal ia menikmati karunia-karunia-Nya dan tak memanfaatkan karunia-karunia itu untuk mengabdi kepada-Nya? Belumlah kau dengar keterangan ini: 
“Sesungguhnya akan ada kelompok-kelompok orang yang menghendaki, pada Hari kebangkitan, agar daging mereka dipisahkan dari tubuh mereka dengan gunting, karena mereka melihat pahala bagi penderita-penderita kesulitan.”

Maka tetanggamu akan menginginkan, pada Hari Kebangkitan, kedudukanmu di dunia ini, karena pertanggungjawabannya, kesulitan-kesulitannya, keberdiriannya selama lima puluh ribu tahun di terik matahari masa itu, atas kenikmatan hidup duniawi yang telah direguknya. Sedang kau akan selamat dari hal ini di bawah naungan Arsy Allah, sembari makan, minum, bersenang-senang karena kesabaranmu dengan perintah Tuhanmu. Semoga Allah menjadikanmu orang yang sabar dalam menghadapi musibah, bersyukur atas rahmat-Nya, dan memasrahkan segala urusannya kepada Tuhan bumi dan langit.

WACANA KETIGAPULUH DELAPAN
Tuan Syaikh berwejang:
Barangsiapa menunaikan perintah Tuhannya dengan ikhlas dan sungguh-sungguh, berarti ia mencampakkan segala selain-Nya siang dan malam. Wahai manusia, jangan mengklaim segala yang tak kau miliki. Esakanlah Allah, jangan sekutukan Dia dengan sesuatu pun, dan jadikanlah dirimu sasaran kehendak-Nya, yang takkan mematikanmu, tapi melukaimu.
Dan siapa pun yang memfanakan diri demi Allah, maka ia akan memperoleh ganti dari-Nya.

WACANA KETIGA PULUH SEMBILAN
Tuan Syaikh berwejang:
Melakukan sesuatu karena nafsu, bukan karena perintah Allah, berarti menyimpang dari kewajiban dan menentang kebenaran. Melakukan sesuatu, bukan karena nafsu, berarti selaras dengan kebenaran, sedang mencampakkannya, berarti kemunafikan.

WACANA KEEMPAT PULUH
Tuan Syaikh berwejang:
Jangan berharap menjadi saleh, jika kau belum menjadi musuh kedirianmu, dan benar-benar terlepas dari semua organ tubuhmu, dan terlepas dari semua hubungan dengan kemaujudanmu, dengan gerak-gerikmu dan kediamanmu, dengan pendengaranmu dan penglihatanmu, dengan pembicaraanmu dan diammu, dengan upaya, tindakan dan pemikiranmu, dan dengan segala yang berasal darimu, sebelum kemaujudan ruhanimu mewujud dalam dirimu. Dan semua itu akan kau dapat setelah kemaujudan ruhani bersemayam di dalam dirimu, sebab ini menjadi tabir antara kau dan Tuhanmu. Bila kau menjadi seorang yang suci jiwanya, bersahaja, rahasia dari segala rahasia dan yang gaib dari segala yang gaib, maka kau benar-benar berbeda dengan segala yang rahasia, dan mengakui segala sesuatu sebagai musuh, penghalang dan kegelapan, sebagaimana Ibrahim as. Berkata: 
“Sesungguhnya mereka adalah musuh-musuhku, kecuali Tuhan semesta alam.” (Qs. 26:77).

Dia berkata begini terhadap berhala-berhala. Maka pandanglah segala kemaujudanmu sebagai berhala, begitu pula ciptaan lainnya, jangan mematuhi mereka dan jangan mengikuti mereka. Maka kau akan dikaruniai hikmah. Ma’rifat, daya cipta dan keajaiban, seperti yang dimiliki para beriman di surga.

Keberadaanmu dalam kondisi begini bak terbangkitkan dari kematian di akhirat. Menjadilah kau perwujudan kuasa Allah, kau mendengar melalui-Nya, melihat melalui-Nya, berbicara melalui-Nya, diam melalui-Nya, berjalan melalui-Nya, mengerti melalui-Nya, senang dan damai melalui-Nya. Dengan demikian kau akan tuli terhadap segala sesuatu selain-Nya; sehingga kau tak mendapati kemaujudan selain-Nya, sehingga kau mengetahui hukum dan selaras dengan kewajiban dan larangan. Maka bila sesuatu kekeliruan ada padamu, ketahuilah bahwa kau sedang diuji, digoda dan dipermainkan oleh setan-setan. Maka kembalilah kepada hukum dan pegang teguhlah ia, dan jagalah dirimu agar senantiasa bersih dari keinginan-keinginan rendah, sebab segala yang tak dikukuhkan oleh hukum adalah kekafiran.

No comments:

Post a Comment

Terima kasih telah berkunjung ke Blog saya, semoga semua hari-hari anda sejahtera dan sukses selalu, diberi petunjuk oleh-Nya, amin.