Sunday, April 24, 2016

PALAGAN BERDARAH BRATAYUDHA di KURUSETRA


Akibat gelembung buih ciptaan Semar - Togog dari hasil pecahan roh Rahwana kemudian menimbulkan evolusi mental dan karakter manusia hingga sampai 300 tahun, menciptakan lingkungan sosial dan kebudayaan baru yaitu politik, ambisi dan keserakahan.

Manusia mulai mengenal politik untuk mencapai ambisinya, persaingan, nafsu kekuasaan, harta, wanita, perselingkuhan, pencemaran nama baik, fitnah, dendam dan perjudian. Nafsu keduniawian juga melanda para dewa. Para dewa berlomba menjadi backing manusia pilihan yang diharapkan dapat menjadi pion demi mengangkat gengsinya.

Para Dewa juga berlomba memberikan senjata-senjata pamungkas kepada manusia-manusia pilihannya, yang ternyata masih titisan dirinya. Perselingkuhan Dewa dan manusia sudah dianggap lumrah dan biasa. Sehingga pertumbuhan masyarakat yang semula terbentuk berdasarkan kasta-kasta dari Agama leluhur, mulai berangsur berubah bergeser kepada pemahaman kasta baru. Kasta baru kini membuat urutan baru bukan ditentukan dari derajat kehormatan dari masyarakat atau jasa kepahlawanannya, namun sudah ditentukan berdasarkan garis keturunan. Semula garis termulia setelah brahmana disusul para keturunan raja dan ksatria. Dari pemahaman kasta baru saat itu garis keturunan termulia adalah dari keturunan Para Dewa Suralaya. (Kisah epik pergeseran-pergeseran nilai hidup, pergolakan ambisi dan karakter anak manusia tertuang apik dalam kisah Mahabarata ditutup perang akbar Bratayudha dalam cergam karangan RA Kosasih).

Pergeseran nilai-nilai agama inilah yang dipertanyakan secara rahasia oleh Bisma disaat-saat akhir hayatnya. Genjatan senjata peperangan Bratayudha sementara dilakukan untuk menghormati Resi Bisma yang sekarat. Bergantian keluarga Pandawa dan keluarga Kurawa membesuk eyang mereka memberi penghormatan terakhir. Resi Bisma menolak ketika hendak dibawa ketenda kehormatan Pandawa atau Kurawa, dia lebih suka dibaringkan dimana dia dirobohkan oleh Srikandi. Resi Bisma berujar tidak akan mati sebelum matahari bergeser keutara. Keinginan sebenarnya adalah dia ingin bertemu dengan dua pengasuh setianya yaitu Semar dan Togog.

Semar dan Togog waspada akan keinginan majikan sepuh sekaligus 'anak-asuh' mereka. Maka tanpa menarik perhatian semua orang yang sedang buas-buasnya menyabung nyawa, mereka berdua menyelinap ketempat dimana Resi Bisma terbaring.

"Sampurasun uwa Semar dan Uwa Togog, terima kasih mau memenuhi panggilan saya. Mendekatlah uwa berdua, ada yang ingin aku pertanyakan sebelum aku meninggalkan kehidupan ini", sapa Resi Bisma lemah.

"Aduuh Juragan Sepuh kenapa berbaring ditempat kotor ini, tidak mau ikut saran keluarga Pandawa atau keluarga Kurawa pindah ketenda kehormatan", sapa Semar dan Togog.

"Sudahlah uwa berdua tidak perlu hormatan-hormatan kepada saya. Dengan begini aku bisa bertanya leluasa kepada uwa berdua."

Semar dan Togog semakin rikuh dan bergeserkan diri mendekat merapat ketubuh Resi Bisma.

Resi Bisma sejenak memejamkan mata, menarik nafas berat karena perut yang terajam puluhan panah, membasahi bibirnya sebelum mulai berbicara.

"Uwa berdua sudah mengasuh saya dan kakang Abiyasa sejak kami masih bayi. Menuntun dan membimbing kami, sehingga kami dewasa dan mempunyai pilihan hidup, aku memilih ksatria diasuh oleh Uwa Togog, dan kakang Abiyasa memilih menjadi pertapa menjauhi kehidupan duniawi dan uwa Semar yang membimbing dia. Itu yang menjadi ganjalan dipikiran saya, hakikat hidup dan hakikat dunia, uwa Semar dan uwa Togog. Apabila kita akan pergi, sebelum melangkahkan kaki kita harus mengetahui tujuannya dan mengetahui apa maksud dari kepergian itu. Dengan mengetahui hal-hal tersebut maka kepergian kita akan terarah dan akan lebih siap menghadapi rintangan-rintangan yang mungkin terjadi selama menempuh perjalanan itu. Demikian  pula dengan perjalanan hidup manusia di dunia ini, kemana tujuan hidup ini dan apa hakekat dari perjalanan hidup ini. Kita harus mengerti agar perjalanan hidup ini terarah dan kita akan lebih siap dalam menghadapi rintangan-rintangan yang mungkin terjadi selama menempuh perjalanan ini.

Tapi kenyataan yang terjadi adalah pemenuhan nafsu kehidupan dunia yang mati-matian diperjuangkan, seperti sekarang yang sedang diperjuangkan cucu-cucuku Pandawa dan Kurawa. Kemana seharusnya kehidupan berjalan dan berarah kemana uwa Semar dan uwa Togog", tanya Resi Bisma lemah namun lancar.

Togog mempersilahkan Semar menjawab. "Hyang Esa bernama Allah SWT menyayangi umat manusia, sehingga dalam perjalanan hidupnya manusia diberikan tuntunan melalui firman-firman-Nya yang tertuang dalam kitab-kitab suci yang disampaikan kepada manusia yang menjadi Utusan-utusanNya.

Hyang Esa Allah S.W.T. berfirman kepada para Malaikat;
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?”. Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.

Kemudian Hyang Esa Allah mengajarkan semua hal rahasia tentang langit dan bumi dan semua yang kita lahirkan dan apa yang disembunyikan kepada Bapak Adam. Sehingga para Malaikat tidak punya alasan untuk menolak ketika disuruh sujud kepada Bapak Adam, kecuali Iblis. Ia enggan dan takabur karena merasa lebih baik dari Bapak Adam maka ia termasuk golongan orang-orang yang kafir. Iblis tidak mau jatuh sendiri, dia ingin menyeret pula Bapak Adam, maka dengan berbagai upaya dilakukanlah penggodaan-penggodaan. Akibatnya karena godaan Iblis Bapak Adam tergelincir dari perintah Allah dan diusir dari Syurga dan dikeluarkan dari keadaan semula dan berdiam di bumi, jauh dari kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan. Tapi Adam menerima beberapa kalimat dan diajarkan beribadah kepada Tuhan, sehingga Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.

Firman Allah tersebut menerangkan tentang riwayat manusia mendiami bumi ini, yaitu dijadikan sebagai khalifah di muka bumi oleh Allah SWT, yang mendapat komentar dari para malaikat. Namun Allah SWT mengajarkan kepada Nabi Adam “nama-nama” yang kemudian diperlihatkan kepada malaikat, untuk menunjukkan bahwa manusia layak menempati bumi ini. Skenario Allah SWT untuk menempatkan manusia di bumi ini adalah ketika Adam dan Hawa ditempatkan di syurga, Adam dan Hawa melanggar aturan yang ditetapkan oleh Allah SWT, karena terbujuk oleh tipuan syaitan. Sehingga mereka dikeluarkan dari syurga dan disuruh menempati bumi. Iblis sangat menaruh dendam pada manusia, karena kehadiran manusialah ia menjadi dikutuk Allah SWT. Iblis juga terusir dari syurga, memohon pada Allah diberi panjang umur untuk menggoda manusia agar menjadi temannya di neraka, berpaling dari ajaran-ajaran Allah.

Jadi pada dasarnya tujuan manusia hidup di dunia ini adalah perjuangan menghadapi ujian dan cobaan untuk mencapai tempat semula manusia yaitu Bapak Adam dan bunda Hawa yang diciptakan di syurga.

Tentang hakekat hidup manusia di dunia. Dengan mengetahui tujuan hidup manusia di dunia, maka dalam menempuh perjalanan hidup didunia ini agar dapat tabah dan kuat dalam menghadapi rintangan-rintangan, cobaan-cobaan dan ujian-ujian, maka perlu mengetahui dan meresapi hakekat hidup manusia di dunia. Rintangan-rintangannya adalah godaan-godaan yang datangnya dari iblis untuk mengganggu manusia dari jalan yang lurus. Sedangkan cobaan-cobaan dan ujian-ujian datang dari Allah SWT untuk menguji keimanan manusia, sebagaimana firmanNya: "Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu cobaan, ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Utusan Allah dan orang-orang yang beriman bersamanya: 'Bilakah datangnya pertolongan Allah?' Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat".

Firman-firman tersebut menunjukkan, bahwa manusia di dalam menjalani hidup di dunia ini akan menerima cobaan-cobaan dan ujian-ujian dari Allah SWT. Di kala cobaan-cobaan dan ujian-ujian dari Allah SWT datang menimpa manusia disitulah syaitan menggoda manusia dengan segala cara, mengganggu manusia dari jalan yang lurus agar ingkar pada Allah SWT. Manusia itu mahluk yang lemah yang rentan terhadap godaan syaitan yang menggodanya dari segala arah dan segala cara. Namun demikian Allah SWT menyayangi manusia, sehingga dalam perjalanan hidupnya Allah SWT selalu memberi petunjuk-petunjuk-Nya sebagaimana firman-Nya: "Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak pula mereka bersedih hati”.

Jadi hakekat hidup manusia di dunia adalah untuk menyembah kepada Allah SWT., untuk taat pada perintah-perintah-Nya dan meninggalkan larangan-larangan-Nya. Manusia yang mengamati dirinya dan orang-orang di sekitarnya, akan mengetahui dengan pasti tentang berbagai kekuasaan Allah Azza wa Jalla. Dia memahami bahwa kehidupannya di dunia melewati fase-fase yang pasti dilewati dan tidak bisa dipungkiri jika dia berumur panjang. Sebelumnya dia tidak ada, kemudian lahir ke dunia sebagai bayi, lalu menjadi bocah (anak kecil), muda, dewasa, tua, dan akhirnya ajal menjemputnya.

Kematian pasti datang. Bagaimanapun manusia berusaha lari dari kematian, kematian itu pasti akan menjemputnya di manapun dia berada. Walaupun dia berada di dalam gedung yang tinggi dan kokoh. Allah berfirman: "Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh. Bahwa semua orang akan mati, tidak ada pilihan, tidak ada sesuatupun yang akan menyelamatkannya dari kematian, sama saja apakah seseorang itu berjihad atau tidak. Karena sesungguhnya manusia itu memiliki ajal yang telah ditetapkan dan waktu yang telah dibagikan".

Dunia ini fana. Itulah hakekat dunia ini, yaitu fana dan sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak. Seperti hujan yang menyirami tanam-tanaman, semula tumbuh subur menghijau, kemudian bersama berjalannya waktu tanaman itu akan menjadi kering dan warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat kelak ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.

Ada dua kelompok manusia yaitu orang-orang yang beriman dan orang-orang kafir. Keadaan kehidupan kelompok kedua yaitu orang-orang kafir yang merasa tenteram dengan dunia, dan disebutkan bahwa kehidupan dunia itu termasuk perkara-perkara kecil yang tidak akan membuat orang-orang yang berakal condong dan tenteram kepadanya. Dunia ini ‘permainan’ yang tidak ada hasilnya kecuali capai, ‘dan suatu yang melalaikan’, melalaikan manusia dari perkara yang bermanfaat dan penting baginya, dan ‘perhiasan’ yang tidak akan menghasilkan kemuliaan hakiki.

Bahwa bersamaan dengan itu, dunia itu cepat binasa dan segera hancur, demikian juga perhiasan dunia yang sangat mengagumkan orang-orang kafir. Adapun seorang yang beriman, jika melihat perkara yang mengagumkan, maka fikirannya akan tertuju kepada kekuasaan Penciptanya Hyang Esa Allah, sehingga dia menjadi kagum terhadap kekuasaan Allah. Sedangkan orang kafir, fikirannya tidak melampaui apa yang dia lihat, sehingga warna-warni dunia membuatnya tenggelam di dalam kekaguman. Allah memisalkan waktu yang telah dilalui oleh manusia dengan satu tumbuhan yang tumbuh dari tanah karena air hujan, kemudian hancur dan binasa kurang dari satu tahun. Ini mengisyaratkan alangkah cepat dan dekat kehancurannya. Setelah Allah menjelaskan kehinaan dunia ini dan memerintahkan manusia agar menganggap kecil urusan dunia dan menjauh diri agar tidak tenggelam di dalamnya, Allah menjelaskan keagungan urusan akhirat, mengagungkan kelezatan dan kepedihan siksa di akhirat agar mendorong manusia meraih kenikmatannya yang abadi dan memperingatkan siksanya yang pedih. Penyebutan siksa yang pedih di hadapan dua perkara: ampunan dari Allah dan keridhaan-Nya, demikian juga penyebutan ‘siksa yang pedih’ tanpa menyebutkan dari Allah, mengisyaratkan kepada dominannya rahmat Allah dan bahwa tujuan yang utama adalah kebaikan. ‘Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu’, yaitu bagi orang yang merasa tenteram terhadap dunia dan tidak menjadikan kehidupan dunia ini sebagai sarana untuk kebaikan akhirat dan alat untuk meraih kenikmatannya.

Keutaman akhirat. Kenikmatan dan keutamaan akhirat yang sangat besar dibandingkan kesenangan di dunia ini. Perbandingannya adalah sebanyak air yang menempel di telunjuk yang dicelupkan ke lautan, itulah dunia dan lautan adalah akhiratnya.

Berlomba didalam kebaikan. Jika manusia telah mengetahui hakekat dunia yang fana ini, maka selayaknya dia selalu ingat dan waspada, jangan sampai tergoda kenikmatan dunia yang sementara, kemudian melalaikan akhirat yang sangat berharga. Sepantasnya manusia berlomba melakukan ketaatan-ketaatan dan meninggalkan kemaksiatan-kemaksiatan untuk meraih kebaikan akhirat.

Demikian tujuan hidup kita. Ajaran luhur ini akan diturunkan dan dikitabkan kepada manusia pilihan Hyang Esa Allah SWT. belasan ribu tahun kemudian, aku hanya mendapat saripati ajarannya saja". Demikian Semar mengakhiri penjelasannya.

Masih sambil berbaring, gemetar Resi Bisma meraih tangan kanan Semar kemudian menciumnya punggung dan telapak tangan Semar dan kemudian meletakkan dikeningnya, demikian juga terhadap Togog. Tiba-tiba ada suara salam "sampurasun". Mereka bertiga menjawab serempak. Resi Abyasa tiba-tiba sudah berada ditempat mereka, menangis langsung meraih tangan Semar dan Togog, memperlakukan sama yang dilakukan Resi Bisma. Kemudian merangkul Resi Bisma, lama.

"Selamat datang kakang Abyasa, sayang pertemuan kita tidak selayak apa adanya." lemah Bisma memberi salam. "Berangkatlah Adi Bisma, matahari sudah bergeser keutara", jawab Abyasa.

Resi Bisma berdoa sebentar, kemudian menghembuskan nafas terakhirnya.

                                                          **88**

BERSAMBUNG ke AKHIR ZAMAN PEWAYANGAN.


No comments:

Post a Comment

Terima kasih telah berkunjung ke Blog saya, semoga semua hari-hari anda sejahtera dan sukses selalu, diberi petunjuk oleh-Nya, amin.