Dalam
Legenda Ramayana Betara Wisnu kembali turun ke Marcapada (dunia manusia), untuk
kembali menitis keraga manusia. Kali ini Betara itu memilih raga Putra Mahkota
Ayodhya Kanda / Ayodhya Kala sebagai raga titisannya. Tetapi sebagai putra
mahkota syah Kerajaan Ayodhya Kala, putramahkota bernama Sri Rama mendapat
cobaan berat. Diusia remajanya, dia diharuskan mengembara selama 14 tahun atas
tuntutan selir Raja Destarata yaitu Putri Kakiyi. Ditemani adiknya Lesmana, Sri
Rama yang sangat mencintai dan menghormati kedua orang tuanya, rela menunda
penobatannya sebagai raja untuk mengembara. Dalam pengembaraan itulah terjadi
hal-hal dahsyat pada diri dan kehidupan Sri Rama, yang memang sudah diatur
dalam skenario kehidupan oleh para Dewa Suralaya. (Kisah etos pengembaraan
Sri Rama dapat dibaca pada cergam apik RAMAYANA karya RA.Kosasih).
Thursday, March 31, 2016
Tuesday, March 29, 2016
ARJUNA SASRABAHU, SUMANTRI dan SUKRASANA.
Arjuna
Sasrabahu adalah Putra Mahkota Kerajaan Maespati merupakan titisan Batara
Wisnu. Batara Wisnu harus turun ke marcapada (dunia manusia) bertugas untuk menumpas
Dasamuka yang sudah membuat kerusakan amat parah bagi kehidupan manusia
diperbagai negara. Batara Wisnu harus menitis keraga manusia, untuk dapat
memimpin pasukan menumpas Kerajaan Alengka dan membunuh Dasamuka atau Rahwana.
Peristiwa itu merupakan rencana dari Sanghyang Otipati Jagatnata Batara
Guru.
Namun
ada yang luput dari pengamatan Sanghyang Otipati adalah kehadiran dua anak
manusia, putra Resi Suwandageni dari Pertapaan Jatisarana. Tetapi kehadiran dua
anak manusia ini sejak awal sudah terpantau oleh Semar dan Togog sebagai biang
gara-gara sumber kehancuran tatanan alam dunia sekaligus memporak porandakan
tatanan kehidupan manusia diseluruh Kerajaan manusia. Kedua anak manusia
tersebut adalah Bambang Sumantri kelak diberi gelar Patih Suwanda dan adiknya
Sukrasana. Secara kasat mata dan garis keturunan rasanya tidak mungkin keduanya
akan menjadi biang onar keseimbangan yang ditakuti Semar dan Togog. Maka supaya
bisa memantau perkembangan tindak tanduk keduanya, Semar berinisiatif untuk
melamar kerja di Kerajaan Maespati sebagai pengasuh Arjuna Sasrabahu kacil.
Karena Semar sudah tahu, kelak dua orang itu akan datang dan mengabdi di
Kerajaan Maespati ini. Kisahnya dimulai dengan uraian silsilah leluhur-leluhur
Kerajaan Maespati.
Sunday, March 27, 2016
CODEX (Naskah Kuno) PENGAYOMAN SEMAR dan TOGOG
Ratusan
codex dalam berbagai bahasa dari berbagai bangsa, kerajaan atau negeri, yang
mengulas akan kehadiran dua orang aneh kepada setiap manusia yang berniat
menempuh jalan keutamaan. Ciri kedua orang aneh diyakini persis gambaran dari
bentuk tubuh Semar -Togog. Kedua orang tsb. selalu hadir apabila ada pemimpin
atau orang yang mencari jalan bagi perubahan dirinya, baik dengan jalan
meditasi, tirakat atau ritual-ritual lainnya yang memuja hanya kepada Tuhan.
Tidak perduli dimana tempat para pemuja-semedi berada dan kapan waktunya,
karena kedua orang aneh itu bisa berada dimana saja walau dalam waktu yang
bersamaan sekalipun. Codex itu juga mengulas waktu kunjungan bagi dua orang
misterius itu bisa bersamaan bagi puluhan pemuja-semedi diberbagai negeri.
Kedua orang aneh itu menemani tirakat atau semedi para pencari jalan itu
bertahun-tahun, 'menciprati' dan 'menerangi' maksud mereka, memberi, mengajari
dan menunjuk jalan keutamaan itu, agar dikabulkan oleh Tuhan atau Dewa-dewa
menurut kepercayaan masing-masing pemuja-semedi itu.
Saturday, March 26, 2016
DEWA PENGASUH dan PENGAYOM ALAM SEMESTA.
Puas
merusak alam permukaan bumi dan angkasa, keduanya menggelopoh tercakung
dipuncak gunung. Segera melepaskan kesaktian triwikramanya tubuh keduanya
kembali mengecil keukuran manusia normal. Melihat kerusakan dahsyat dari hasil
perbuatan keduanya, ada rasa sesal di lubuk hati keduanya, walau bagaimanapun
mereka adalah dewa-dewa yang melindungi kehidupan makhluk-makhluk tribuana.
Maka dengan kesaktian keduanya pula meredakan kekacauan alam permukaan bumi.
Baru kemudian terbang kembali ke Kahyangan
Suralaya.
RIWAYAT SEMAR - TOGOG dan BATARA-GURU
Senja berganti malam
dan malam sirna berganti siang, waktu berputar menutup hari dan kemudian
berganti hari. Kini putra-putra Sang Hyang Tunggal telah tumbuh dewasa. Sang Hyang Antaga, Sang Hyang
Ismaya, dan Sang Hyang Manikmaya, mereka sama-sama mewarisi berbagai ilmu
pengetahuan dan kesaktian dari ayahnya sehingga mereka benar-benar menjadi kesatria dewa
yang pilih tanding.
Konon pada saat zaman
pertengahan, dizaman Wayang Purwa, Sang Hyang Tunggal bermaksud turun-tahta,
dan akan menyerahkan kekuasaannya kepada salah-seorang dari ketiga
putra-utamanya, yaitu Sang Hyang Ismaya, Sang Hyang Antaga dan Sang Hyang Manikmaya.
Di istana Jonggring
Salaka, Kahyangan Suralaya. Sang hyang
Tunggal yang didampingi kedua permaisurinya memanggil ketiga putranya, Sang
Hyang Antaga, Sang Hyang Ismaya dan Sang Hyang Manikmaya. Ia bermaksud ingin
menyerahkan tahta Suralaya kepada salah putranya, namun sebelumnya Sang Hyang Tunggal
mengisahkan perihal kelahiran mereka yang berasal dari sebutir telur hingga
tercipta menjadi sosok manusia dewa.
Subscribe to:
Posts (Atom)